Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Objek Metode Pengumpulan Data

Vegetasi campuran Jati mengkudu Semak rumput Singkong Jati rumput 0.06 0.06

0.12 Kilometers

N E W S Peta Lokasi Penelitian Kontur DAS Ciliwung DTA Blok S Cipendawa 702000 702000 705000 705000 708000 708000 711000 711000 714000 714000 717000 717000 720000 720000 9 2 5 5 9 2 5 5 9 2 5 8 9 2 5 8 9 2 6 1 9 2 6 1 9 2 6 4 9 2 6 4 9 2 6 7 9 2 6 7 710860 710860 710880 710880 710900 710900 710920 710920 710940 710940 710960 710960 710980 710980 711000 711000 711020 711020 711040 711040 711060 711060 9 2 6 6 9 2 6 6 9 2 6 6 2 9 2 6 6 2 9 2 6 6 4 9 2 6 6 4 9 2 6 6 6 9 2 6 6 6 9 2 6 6 8 9 2 6 6 8 9 2 6 6 1 9 2 6 6 1 9 2 6 6 1 2 9 2 6 6 1 2 9 2 6 6 1 4 9 2 6 6 1 4 Sub-DAS Ciliwung Hulu Lokasi Penelitian : Blok S Cipendawa, Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Sub-DAS Ciliwung Hulu 6.38.10 LS 106.54.28 BT Legenda Sumber : Bappeda Kab. Bogor. 2005. Peta Kontur DAS Ciliwung. Ahmad Sahab. 2008. Peta DTA Blok S Cipendawa

BAB III METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di areal rehabilitasi lahan Kelompok Tani Megamendung KTM, Blok S Cipendawa, Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari – Mei 2008. Peta lokasi penelitian dapat di lihat pada gambar 8. Gambar 8 Peta lokasi penelitian.

3.2 Alat dan Objek

Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian disajikan Alat yang digunakan pada tabel 5. Tabel 5 Peralatan yang digunakan dalam penelitian No. Nama Alat Kegunaan 1. GPS Garmin 60 CS Membuat batas dan mengukur luas daerah resapan mata air, mengetahui koordinat geografis dan ketinggian tempat. 2. Ombrometer Mengukur curah hujan secara manual. 3. Infiltrometer Mengukur laju infiltrasi. 4. Tabung silinder tanah Mengambil sampel tanah. 5. Aplikasi ArcView 3.3 GIS ekstensi AVSWAT 2000 Membuat peta lokasi penelitian dan daerah resapan mata air. 6. Peta digital kontur Dasar membuat peta batas daerah resapan mata air. 7. Tally sheet Pengumpulan data historis mata air dan penggunaan lahan. 8. Stopwatch Mengukur debit mata air secara volumetrik. 9. Ember Mengukur debit mata air secara volumetrik. 10. Oven Mengukur kadar air tanah 11. Aplikasi Tank Model- GA Optimizer Analisis keseimbangan air. 12. Data curah hujan tahun 1998-2007 Informasi curah hujan. Sedangkan objek penelitian ini adalah daerah resapan mata air beserta penutupan lahan, debit mata air dan tanahnya.

3.3 Metode Pengumpulan Data

3.2.1. Penelusuran Perkembangan Mata Air dan Penggunaan Lahan

Karena tidak tersedianya data kuantitatif debit mata air dan penggunaan lahan detail maka data keberadaan dan perkembangan kondisi mata air dan penggunaan lahan diperoleh secara kualitatif dengan menggali informasi dari masyarakat sekitar yang mengetahui kondisi Blok S Cipendawa-sebelum dilaksanakannya rehabilitasi.

3.2.2. Pembuatan Peta Jaringan Sungai

Keberadaan mata air juga dapat dilihat dari bentuk peta jaringan sungai yang diperoleh dari peta kontur diolah menggunakan ArcView extention AVSWAT 2000. Mata air terdapat di pangkal sungai ordo 1 satu. Tahapan pembuatan jaringan sungai menggunakan ArcView extention AVSWAT 2000 secara umum adalah sebagai berikut : 3.2.2.1. Mengaktifkan extension Spatial Analyst pada program ArcView. 3.2.2.2. Menampilkan data spasial kontur yang akan dianalisis. 3.2.2.3. Membuat TIN Triangulated Irregular Network dari peta kontur. Pembuatan TIN dilakukan dengan menggunakan extention Spatial Analyst. 3.2.2.4. Selanjutnya TIN tersebut dilakukan gridding convert to grid, sehingga diperoleh model elevasi digital DEMDigital Elevation Model. 3.2.2.5. Mengaktifkan extension AVSWAT 2000 dan menampilkan data DEM yang telah dibuat. 3.2.2.6. Modifikasi DEM Properties dengan custom projection sebagai berikut : Category : UTM 1983 Type : Zone 48 3.2.2.7. Mendefinisikan jaringan sungai yang diinginkan dengan memasukkan angka pada Treshold Area yang ada pada tampilan window. Secara otomatis jaringan sungai terbentuk berikut outlet-nya.

3.2.3. Pembatasan Daerah Tangkapan Air

Pembuatan daerah tangkapan air DTA mata air dilakukan dengan menggunakan software ArcView versi 3.2. Tahapan pembuatan DTA secara umum adalah sebagai berikut : 3.2.3.1. Mengaktifkan extension Spatial Analyst pada program ArcView. 3.2.3.2. Menampilkan data spasial kontur yang akan dianalisis. 3.2.3.3. Membuat TIN Triangulated Irregular Network dari peta kontur. Pembuatan TIN dilakukan dengan menggunakan extention Spatial Analyst. 3.2.3.4. Selanjutnya TIN tersebut dilakukan gridding convert to grid, sehingga diperoleh model elevasi digital DEMDigital Elevation Model. 3.2.3.5. Mengaktifkan extension AVSWAT 2000 dan menampilkan data DEM yang telah dibuat. 3.2.3.6. Modifikasi DEM Properties dengan custom projection sebagai berikut : Category : UTM 1983 Type : Zone 48 3.2.3.7. Mendefinisikan jaringan sungai yang diinginkan dengan memasukkan angka pada Treshold Area yang ada pada tampilan window. Secara otomatis jaringan sungai terbentuk berikut outlet-nya. 3.2.3.8. Mendefinisikan DTA yang akan dibatasi dengan memilih outlet yang paling mendekati titik mata air. Secara otomatis batas DTA akan terbentuk berikut data luasannya.

3.2.4. Pengukuran Debit Mata Air dan Curah Hujan

Debit mata air diukur secara volumetrik yaitu dengan menampung air yang mengalir dari mata air sampai volume tertentu V dan menghitung waktu tempuhnya t. Rumus perhitungan debit secara volumetrik sebagai berikut : Q = Vt ........................................................................... 3-1 Curah hujan selama penelitian diukur secara manual menggunakan alat ombrometer. Ombrometer diletakkan di tempat terbuka, hujan yang tertampung diukur keesokan harinya pukul 07.00 WIB satu kali sehari.

3.2.5. Pendugaan Evapotranspirasi

Evapotranspirasi diduga menggunakan persamaan Hargreaves Wu 1997 diacu dalam Suprayogi et al. 2003 : ET = 0,0135 T + 17,78 Rs .................................................. 3-2 Dimana : ET = Evapotranspirasi potensial mmhari T = Suhu rata-rata harian °C Rs = Radiasi surya mmhari, ekuivalen dengan evaporasi Dengan besarnya radiasi surya yang diperoleh dari perhitungan Handoko 1995 : Rs = ε σ Ts 4 ............................................................................ 3-3 Dimana : Rs = Pancaran radiasi Wm 2 ε = Emisivitas permukaan, bernilai satu untuk benda hitam black body radiation, sedangkan untuk benda-benda alam berkisar 0,9-1,0 σ = Tetapan Stefan-Boltzman 5,67 10-8 Wm 2 Ts = Suhu permukaan °K Rs dikonversi ke dalam satuan mmhari Rs Wm 2 x 0,08642,45.

3.2.6. Pengukuran Laju Infiltrasi

Pengukuran lau infiltrasi dilakukan dengan menggunakan alat infiltrometer ganda double ring infiltrometer Turf-Tec International, yaitu satu infiltrometer silinder ditempatkan di dalam infiltrometer silinder lain yang lebih besar. Infiltrometer yang lebih kecil memiliki ukuran diameter 15 cm dan infiltrometer mempunyai ukuran diameter 30 cm dengan tinggi kedua ring adalah 10 cm. Pengukuran hanya dilakukan terhadap silinder yang kecil. Silinder yang lebih besar berfungsi sebagai penyangga yang bersifat menurunkan efek batas yang timbul oleh adanya silinder Asdak 1995. Pengukuran dilakukan sampai laju infiltrasi mencapai nilai konstan dengan dua kali ulangan pengukuran. Laju infiltrasi merupakan penurunan kedalaman air per satuan waktu tertentu. Tahapan pengukuran infiltrasi adalah sebagai berikut : 3.2.6.1. Kedua infiltrometer dibenamkan ke dalam tanah hingga kedalaman 5 cm. 3.2.6.2. Air dimasukkan ke dalam kedua silinder tersebut sampai kedalaman 4-5 cm dan dibiarkan turun sampai kedalaman tertentu. Kemudian dicatat laju penurunan kedalaman air tersebut. 3.2.6.3. Air di dalam silinder luar dipertahankan untuk mencegah aliran lateral dari silinder dalam. 3.2.6.4. Ulangi langkah 2 dan 3 sampai laju penurunan air mencapai nilai konstan. Persamaan infiltrasi yang digunakan yaitu persamaan Kostiakov 1932 dan Lewis 1937 diacu dalam Marshall dan Holmes 1988 : F = kT n dimana F = akumulasi infiltrasi liter, T = waktu jam, k dan n merupakan konstanta. Laju infiltrasi pada t tertentu didapat dengan mendeferensialkan persamaan akumulasi infiltrasi terhadap t : I = dFdt = k n t n-1 di mana I mmmenit, t menit, F mm. Nilai laju infiltrasi yang digunakan untuk perbandingan antara lahan pra-rehabilitasi dan lahan rehabilitasi adalah nilai infiltrasi minimum setelah mencapai nilai konstan dalam satuan mmjam.

3.2.7. Pengambilan Contoh Tanah dan Penentuan Sifat Tanah

Sifat-sifat tanah yang diamati adalah sifat-sifat tanah yang berkaitan dengan hasil air seperti : tekstur, struktur, porositas, C-organik, dan kapasitas lapang. Porositas dianalisis dari contoh tanah utuh, sedangkan tekstur, struktur, C- organik dan kapasitas lapang menggunakan contoh tanah terusik. Pengambilan contoh tanah dilakukan secara purpossive yang mewakili suatu tempat. Contoh tanah terusik diambil sebanyak 200 gram dan merupakan komposit dari lima titik di lokasi pengamatan, sedangkan contoh tanah utuh diambil menggunakan silinder tanah sebanyak tiga sampel. Menurut Purwowidodo 2003 tata cara pengambilan contoh tanah dengan menggunakan tabung silinder adalah sebagai berikut : 1. Membersihkan permukaan bagian tubuh tanah yang akan diambil dari penutupan tumbuhan, ceraza dan batu, kemudian meratakannya. 2. Meletakkan tabung silinder arah acak terhadap permukaan tubuh tanah yang akan diambil, dengan bagian tajamnya merapat ke tanah. 3. Menekan tabung silinder secara perlahan-lahan dengan tekanan merata, sampai terbenam tiga per empat bagian jika tanahnya padat, penekanan dilakukan dengan pukulan palu. 4. Meletakkan tabung silinder kedua di atas tabung silinder pertama, kemudian menekannya sampai tabung pertama mencapai jeluk tan yang diinginkan. 5. Menggali tanah di sekeliling tabung silinder sehingga tabung-tabung itu dapat diambil serempak dalam keadaan tetap bertautan. 6. Mengerat tanah lebihan di sisi depan tabung silinder pertama dan di antara tabung silinder itu dengan menggunakan pisau tipis dan tajam atau gergaji kecil, kemudian menutup kedua mulut tabung silinder pertama dengan tutup yang tersedia. 7. Menempatkan tabung silinder ke dalam kotak tabung sesuai nomor urutannya. Tekstur tanah ditentukan dengan metode uji rasa rabaan, dengan langkah-langkah sebagai berikut Purwowidodo 2005 : 1. Mengambil setengah genggam contoh tanah dan membuang benda asing seperti akar, biji, binatang tanah, mineral dan batu sehingga menyisakan pisahan tanah halus. 2. Menambahkan sedikit air jika tanahnya kering, membiarkannya terserap tanah, dikepal-kepal dan diuli dengan jari relunjuk dan ibu jari sampai kebasahannya merata dan hancur menjadi individu-individu jarah tanah contoh tanah yang lempungan dan awalnya kering membutuhkan pengulian lebih intensif. 3. Menambahkan massa tanah atau air jika keadaan contoh tanah terlalu basah atau kering, dilakukan pengulian sampai contoh tanah tersebut berada pada titik letaknya yaitu suatu keadaan tanah jika ditingkatkan kebasahannya akan menempel pada jari-jari tangan. 4. Menetapkan kelas tekstur tanah sebagai kategori detail dengan menggunakan panduan penentuan tekstur tanah lampiran 1. 5. Membuang contoh tanah yang diuji dan membersihkan sisa-sisanya yang menempel di tangan sebelum melakukan pemerian pada contoh tanah lainnya. Penentuan struktur tanah di lapangan adalah sebagai berikut Purwowidodo 2005 : 1. Menyiapkan tanah di loka kajian dan jika memungkinkan memungkinkan membuat penampang tanah. 2. Mengambil contoh tanah terusik dari penampang dan pada jeluk yang dikehendaki menggunakan golok atau cangkul sebanyak + 20 cm 3 kemudian ditempatkan pada nampan plastik berukuran 30 x 20 x 15 cm 3 . 3. Mengeringkan contoh tanah jka basah hingga mencapa kapasitas lapangnya 1-2 hari. 4. Melontar-lontarkan tanah dalam nampan tersebut setinggi 10-20 cm sebanyak 10 kali lontaran dalam waktu 1 menit. 5. Mengamati gumpalan-gumpalan tanah pada nampan plastik untuk memerikan ada atau tidak ada bidang belah alami, khususnya pada gumpalan berukuran besar. 6. Mengambil gumpalan besar yang tidakbelum memperlihatkan bidang belah alami, menggenggamnya dengan dua tangan dan merepihnya dengan dua ibu jari sampai diperoleh bidang belah alaminya. 7. Menetapkan tipe-tipe struktur tanah yang ditemukan dengan panduan gambar lampiran 2. Cara penentuan porositas tanah adalah sebagai berikut : 3.2.7.1. Mengeringkan contoh tanah dalam tabung silindris untuk mengetahui berat kering oven beserta tabungnya a gr. 3.2.7.2. Mengukur tinggi tabung t dan diameter tabung sisi dalam d untuk menetapkan volume tabung sisi dalam Vd dengan persamaan Vd = 14πd 2 t. Jika tanah mengalami penyusutan setelah dikeringkan maka volume yang diukur adalah volume tanah kering – Vt Islami Utomo 1995. 3.2.7.3. Menimbang berat tabung b gr. 3.2.7.4. Menetapkan bobot isi kering lapangan – BD grcc dengan persamaan BD = a-bVt 3.2.7.5. Menetapkan porositas tanah dengan persamaan = [1- BD2,65] x 100 Penentuan kapasitas lapang tanah di lapangan dilakukan dengan menyiraminya kemudian dibiarkan mengatus selama 1-2 hari. Setelah masa pengatusan berakhir, contoh tanah diambil untuk ditetapkan kandungan airnya berdasarkan metode gravimetri dengan mengovenkannya pada suhu 105 o C selama 24 jam. Kadar air contoh tanah KA tersebut dihitung menggunakan persamaan berikut : Berat contoh tanah basah – Berat vontoh tanah kering KA = x 100 Berat contoh tanah kering Penentuan C-organik dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian IPB.

3.4 Metode Analisis Data