Gambar 13 Penutupan lahan rehabilitasi tahun 2008.
Gambar 14 Mata air pasca-rehabilitasi 2008.
5.4 Curah Hujan sebagai Masukan Debit Mata Air
Air hujan merupakan sumber pengisi air tanah yang paling besar. Oleh karena itu debit mata air dapat dipengaruhi langsung atau tidak langsung oleh
curah hujan. Perbedaan curah hujan yang tinggi dalam waktu yang lama dapat menjadi faktor penyebab perbedaan debit mata air. Boleh jadi mata air yang
kering disebabkan oleh rendahnya curah hujan di suatu tempat. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan curah hujan antara masa
pra-rehabilitasi 1998-2002 dan masa pasca-rehabilitasi 2003-2007 digunakan data curah hujan dari Stasiun Klimatologi Citeko yang merupakan stasiun
Lokasi mata air
pengamat curah hujan terdekat dengan lokasi penelitian. Perbandingan curah hujan antara masa pra-rehabilitasi dengan masa pra-rehabilitasi disajikan dalam
grafik pada gambar 15.
Gambar 15 Grafik curah hujan tahunan Blok S Cipendawa.
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa curah hujan rata-rata tahunan pada masa pra-rehabilitasi 1998-2002 adalah 3.114,6 mmtahun, pada masa
rehabilitasi 2003-2007 3.038,7 mmtahun. Curah hujan tertinggi pada masa pra- rehabilitasi adalah 3.686,6 mmtahun, sedangkan masa rehabilitasi adalah 3.479,5.
Curah hujan terendah pada masa pra-rehabilitasi sebesar 2847.4 mmtahun, sedangkan pada masa rehabilitasi sebesar 2.720,9 mmtahun. Berdasarkan data
tersebut dapat dikatakan bahwa curah hujan antara masa pra-rehabilitasi relatif sama dengan masa rehabilitasi, hanya terdapat selisih 75,9 mmtahun dimana
curah hujan masa pra-rehabilitasi lebih tinggi. Dengan demikian berarti keringnya mata air pada tahun 1998-2002 atau mengalirnya kembali mata air pada tahun
2003-2007 bukan disebabkan karena perbedaan curah hujan.
5.5 Korelasi antara Debit Mata Air dengan Curah Hujan
Korelasi merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antar dua variabel atau lebih. Arah dinyatakan dalam bentuk hubungan positif
+ atau negatif -, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi. Grafik hubungan debit mata air dan curah hujan Blok S
Cipendawa disajikan pada gambar 16.
Gambar 16 Grafik hubungan debit mata air dan curah hujan.
Grafik hubungan debit mata air dan curah hujan memiliki nilai koefisien korelasi R 0,62 dengan persamaan korelasi Q = 0,494 x CH + 22.18.
Berdasarkan tabel tingkat hubungan variabel tabel 6 dengan nilai korelasi antara 0,60 - 0,799 debit mata air Blok S Cipendawa memiliki hubungan yang kuat
dengan curah hujan, artinya fluktuasi debit mata air dipengaruhi oleh besarnya curah hujan. Grafik debit mata air dan curah hujan Blok S Cipendawa gambar
17 memiliki fluktuasi yang relatif sama dimana fluktuasi debit mata air mengikuti fluktuasi curah hujan dengan debit rata-rata 35,53 m
3
hari, tertinggi 86,42 m
3
hari, terendah 12,35 m
3
hari, curah hujan rata-rata 26,77 mm, tertinggi 88 mm, terendah 0,00 mm. Berdasarkan klasifikasi mata air Meinzer tabel 2 debit mata
air Blok S Cipendawa termasuk ke dalam mata air kelas 6. Menurut Linsley Franzini 1979 mata air yang memiliki debit yang sangat berfluktuasi dan
kadang-kadang kering pada musim kemarau merupakan mata air yang airnya berasal dari akuifer yang kecil atau sangat lulus air.
Gambar 17 Grafik debit mata air dan curah hujan Blok S Cipendawa.
5.6 Keseimbangan Air Tank Model