Pupuk Urea X Sarana dan Prasarana Perhubungan

51 herbisida Bravoxone hanya berkisar Rp15 000 hingga Rp17 000. Meskipun secara teori pemakaian herbisida Round-Up sebelum menggunakan herbisida Bravoxone akan membuat penanggulangan gulma lebih efisien teori ‘Double Knock’ 10 , yang menggunakan herbisida berbahan aktif paraquat sebagai bodyguard bagi herbisida berbahan aktif glyphosate, kebanyakan petani responden di Ciaruteun Ilir cenderung memilih menggunakan salah satu saja atau tidak menggunakan sama sekali.

7. Insektisida Curacron X

7 Nilai koefisien regresi insektisida Curacron adalah -0.021, yang berarti jika penggunaan insektisida Curacron ditingkatkan sebesar 1, maka produksi kemangi akan menurun sebesar 0.021. Variabel insektisida Curacron dikatakan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil produksi jika nilai probabilitasnya lebih kecil daripada taraf nyata yang ditentukan. Maka, dengan nilai probabilitas 0.488, variabel insektisida Curacron tidak dapat dikatakan berpengaruh secara nyata terhadap hasil produksi pada taraf nyata 0.05, ceteris paribus. Menurut petani responden, kemangi merupakan salah satu tanaman yang tidak ‘rewel’ dibudidayakan. Wanginya yang khas membuat tanaman ini tidak banyak diganggu oleh hama. Jikapun ada hama biasanya ulat atau penggerek, jumlahnya sedikit dan tidak sampai berdampak negatif bagi penerimaan petani, oleh karena itu variabel insektisida hanya dianggap sebagai syarat cukup bagi petani. Jumlah pemakaian antara petani satu dengan lainnya pun bervariasi. Tidak ada takaran yang pasti mengenai penggunaan insektisida ini di kalangan petani kemangi responden. Hal ini tergantung oleh sikap masing-masing petani dalam menghadapi hama.

8. Tenaga Kerja X

9 Penggunaan tenaga kerja dalam proses produksi merupakan hal yang penting, karena produksi tak akan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya tenaga kerja yang jumlahnya cukup dan memiliki keahlian yang memadai. Namun, penggunaan tenaga kerja yang melampaui batas juga dapat menurunkan tambahan produk yang dapat diperoleh selama proses produksi. Dari hasil analisis regresi, didapat hasil bahwa nilai koefisien regresi tenaga kerja adalah -0.818, yang berarti jika penggunaan tenaga kerja ditingkatkan sebesar 1, maka produksi kemangi akan menurun sebesar 0.818. Variabel tenaga kerja dikatakan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil produksi jika nilai probabilitasnya lebih kecil daripada taraf nyata yang ditentukan. Maka, dengan nilai probabilitas 0.002, variabel tenaga kerja dikatakan berpengaruh secara nyata dan negatif terhadap hasil produksi pada taraf nyata 0.05, ceteris paribus. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja telah melampaui batas, sehingga penambahan tenaga kerja pada proses produksi tidak disarankan. Kemangi, sebagai salah satu tanaman asli Indonesia, memiliki adaptasi yang lebih baik dibandingkan tanaman-tanaman yang bukan asli Indonesia, 10 Anonim. 2010. Paraquat is Glyphosate’s Bodyguard [internet]. [diunduh 27 Mei 2013]. Tersedia pada: http:paraquat.comnews-and-featuresarchievesparaquat-is-glyphosates-bodyguard 52 karenanya tidak membutuhkan perawatan dan pemeliharaan yang rumit. Selain itu, usahatani kemangi yang dilakukan oleh petani responden rata-rata berada di lahan yang kecil kurang dari 0,1 ha, sehingga rata-rata petani kemangi responden merupakan pemilik sekaligus penggarap lahan. Proses budidaya seperti pemeliharaan yang meliputi penyiangan, pemupukan, penyiraman dilakukan secara swadaya oleh petani pemilik. Penambahan tenaga kerja hanya dilakukan saat mengolah lahan dan panen, itupun jika diperlukan. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor produksi yang berpengaruh secara signifikan terhadap hasil produksi kemangi adalah benih dan tenaga kerja. Benih berkorelasi secara positif dan signifikan terhadap hasil produksi pada taraf nyata 5, sedangkan tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap hasil produksi pada taraf nyata 5, ceteris paribus. Analisis Usahatani Kemangi Penerimaan Usahatani Penerimaan tunai usahatani merupakan akumulasi hasil kali antara harga yang berlaku pada saat itu dengan hasil panen kemangi selama satu musim tanam. Total penerimaan usahatani kemangi merupakan hasil akumulasi dari seluruh penerimaan pada panen pertama hingga terakhir ditambah dengan penerimaan tidak tunai diperhitungkan seperti cadangan hasil panen dan yang dikonsumsi sendiri. Namun, karena tidak ada dari petani responden yang menyimpan cadangan hasil panen kemanginya maupun dikonsumsi sendiri, penerimaan tidak tunai pada penelitian ini diasumsikan tidak ada, sehingga total penerimaan usahatani kemangi sama dengan penerimaan tunainya. Penerimaan setiap petani responden berbeda dengan yang lain, hal ini tergantung oleh beberapa hal seperti produktivitas, harga yang berlaku, serta jumlah panen yang dilakukan. Tidak semua petani responden di Desa Ciaruteun Ilir mengikuti kelompok tani; hanya 58 dari responden yang mengikuti poktan, itupun tidak semuanya mendistribusikan hasil panennya melalui poktan, sehingga harga yang diterima petani berbeda-beda. Selain itu, kualitas daun kemangi yang dihasilkan dan pasar yang dituju juga mempengaruhi harga yang diterima petani. Rata-rata, petani kemangi responden di Desa Ciaruteun Ilir memiliki tingkat produktivitas sebesar 7083.13 kg per seribu meter persegi. Jumlah tersebut didapat dari hasil akumulasi jumlah kemangi yang dipanen petani dari masing-masing petani responden selama satu musim tanam, kemudian dibagi dengan jumlah petani responden, yaitu sebanyak 31 orang. Dengan harga rata-rata adalah Rp872.47 per kg, maka rata-rata total penerimaan petani kemangi di Ciaruteun Ilir adalah Rp6 179 871.32 per musim tanam. Tabel 5 adalah tabel yang meringkas penerimaan tunai, produktivitas, dan harga rata-rata petani kemangi responden di Desa Ciaruteun Ilir pada tahun 2012-2013 selama satu musim tanam.