Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Faktor Internal Responden

Solusinya adalah pelibatan masyarakat dalam setiap unsur kegiatan, sehingga kegiatan yang dilaksanakan tidak menjadi sia-sia dan tepat sasaran. Untuk itu dibutuhkan kejelian DLHK dalam mengajak masyarakat untuk berpartisipasi. DLHK harus mampu menunjukkan kepada masyarakat manfaat dari kegiatan ini, sehingga masyarakat akan tertarik dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan. Masyarakat seharusnya dapat lebih bersikap pro-aktif dalam kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk kemaslahatan bersama. Partisipasi masyarakat dapat membantu suksesnya kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh pemerintah. Rendahnya tingkat partisipasi menunjukkan masyarakat tidak memiliki sense of belonging terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Beberapa warga yang ditemui mengungkapkan bahwa jarang ada masyarakat yang mau peduli terhadap lingkungannya. Mereka sudah disibukkan dengan aktivitas mereka masing-masing.

5.7 Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Faktor Internal Responden

Tingkat Partisipasi Responden terhadap kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah dapat dilihat hubungannya dengan faktor internal responden yang disajikan dalam Tabel 27. Hubungan ini dapat menggambarkan pengaruh faktor internal dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Tabel 27. Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Faktor Internal Responden No Faktor Internal Responden Koefisien Korelasi Peringkat Spearman r s P – Value 1 Umur 0,276 0,140 2 Lama Tinggal 0.384 0,036 3 Tingkat Pendidikan -0,153 0,421 4 Banyaknya Tanggungan Keluarga 0,231 0,219 5 Jenis Pekerjaan 6 Pendapatan -0,120 0,526 keterangan : terdapat hubungan yang nyata dengan α = 5 Peubah yang memiliki P-Value kurang dari 0,05 menunjukkan adanya hubungan nyata dengan tingkat partisipasi. Tabel 27 menunjukkan bahwa hubungan tingkat partisipasi dengan faktor internal responden hanya berhubungan nyata dengan peubah lama tinggal. Sedangkan peubah umur, lama pendidikan, banyaknya tanggungan keluarga, dan pendapatan tidak berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi Lampiran 2. Adapun untuk mengetahui ada atau tidaknya pegaruh jenis pekerjaan terhadap perbedaan tingkat partisipasi digunakan uji hipotesis Chi Square. Hipotesis nol pada uji Chi Square khi kuadrat ialah tidak ada perbedaan tingkat partisipasi untuk jenis pekerjaan yang berbeda atau dengan kata lain jenis pekerjaan tidak berpengaruh terhadap tingkat partisipasi, dan hipotesis tandingannya ialah ada perbedaan tingkat partisipasi untuk jenis pekerjaan yang berbeda atau dengan kata lain jenis pekerjaan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa jenis pekerjaan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi.

5.7.1 Umur

Umur merupakan salah satu faktor internal yang diduga mempunyai korelasi atau hubungan yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi seseorang. Hasil analisis uji korelasi peringkat Spearman menunjukkan bahwa umur tidak memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi. Berikut distribusi umur reponden dan tingkat partisipasinya yang dapat dilihat melalui Tabel 28. Tabel 28. Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Umur No Umur Tingkat Partisipasi Rendah Sedang Tinggi Total n n n n 1 27 - 35 12 40,0 0,0 0,0 12 40,0 2 36 - 43 4 13,3 2 6,7 0,0 6 20,0 3 44 - 51 1 3,3 2 6,7 0,0 3 10,0 4 52 - 59 5 16,7 0,0 0,0 5 16,7 5 60 - 67 1 3,3 2 6,7 0,0 3 10,0 6 68 - 75 1 3,3 0,0 0,0 1 3,3 Total 24 6 30 100,0 Tabel 28 menunjukkan bahwa pada umumnya responden berada di tingkat partisipasi rendah dimana mayoritas responden berada pada selang umur 27 - 35 tahun. Hasil perhitungan korelasi peringkat Spearman antara peubah tingkat partisipasi dengan umur responden, diperoleh nilai koefisien korelasi peringkat Spearman r s sebesar 0,276 dan P-value sebesar 0,140. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara umur dengan tingkat partisipasi, karena P-value yang dihasilkan lebih besar dari α = 0,05. Tidak adanya hubungan yang nyata menggambarkan umur tidak berpengaruh bagi responden dalam berpartisipasi di kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Tidak berpengaruhnya umur terhadap tingkat partisipasi menggambarkan partisipasi tidak dipengaruhi oleh perbedaan tingkat umur. Umur tidak menjadi pembeda bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan. Meskipun adanya perbedaan umur dapat menyebabkan perbedaan pola berpikir, namun pada kasus ini perbedaan umur tidak menjadikan faktor yang mempengaruhi partisipasi. Jika dilihat rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dapat disimpulkan bahwa masyarakat dari segala lapisan umur kurang peduli terhadap kesuksesan kegiatan. Seharusnya dengan bertambahnya umur, bertambah pula kedewasaan seseorang pola berpikirnya. Hal tersebut dapat membuat orang yang mempunyai umur lebih tua seharusnya bisa lebih berpartisipasi daripada yang masih muda. Namun pada kasus ini tidak terlihat adanya hubungan nyata, berarti masyarakat berpartisipasi tidak terpengaruh oleh status umur yang terdapat dalam dirinya. Masyarakat dari semua lapisan umur sama-sama berpartisipasi dalam kegiatan walaupun rata-rata tingkat partisipasinya rendah.

5.7.2 Lama Tinggal

Lama tinggal didasarkan pada lamanya responden tinggal di Kelurahan Babakan Pasar dalam hitungan tahun. Angka yang didapatkan akan langsung dikorelasikan dengan tingkat partisipasi masyarakat dengan uji korelasi peringkat Spearman. Berikut ditampilkan distribusi lama tinggal responden dan tingkat partisipasinya pada Tabel 29. Tabel 29. Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Lama Tinggal No Lama Tinggal tahun Tingkat Partisipasi Rendah Sedang Tinggi Total n n n n 1 1 – 11 2 6,7 1 3,3 0,0 3 10,0 2 12 – 21 3 10,0 0,0 0,0 3 10,0 3 22 – 31 8 26,7 0,0 0,0 8 26,7 4 32 – 41 5 16,7 1 3,3 0,0 6 20,0 5 42 – 51 2 6,7 3 10,0 0,0 5 16,7 6 52 – 61 4 13,3 1 3,3 0,0 5 16,7 Total 24 6 30 100,0 Tabel 29 menunjukkan distribusi lama tinggal responden dengan tingkat partisipasi dari keempat puluh responden. Distribusi yang terlihat bahwa pada umumnya responden berada di tingkat partisipasi rendah dengan kelompok lama tinggal 22 – 31 tahun merupakan jumlah terbanyak yaitu 8 responden 26,7. Hasil perhitungan korelasi peringkat Spearman antara tingkat partisipasi dengan umur responden, diperoleh nilai koefisien korelasi peringkat Spearman r s sebesar 0,384 dan P-value sebesar 0,036. Meskipun koefisien korelasi yang dihasilkan tidak besar, berdasarkan hasil analisis ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang nyata antara umur dengan tingkat partisipasi, karena P-value yang dihasilkan kurang dari α = 0,05. Adanya hubungan yang nyata menggambarkan lama tinggal mempengaruhi responden dalam berpartisipasi di kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Masyarakat yang tinggal lebih lama akan lebih mengenal pula karakterisitik dan kondisi lingkungan tempat tinggalnya. Tentu mereka menginginkan kondisi lingkungan yang lebih baik dari waktu-waktu sebelumnya. Rasa kecintaan dan rasa memiliki terhadap lingkungan, masyarakat yang sudah tinggal lebih lama tentu akan lebih besar daripada masyarakat yang baru tinggal di lingkungan tersebut. Kepentingan-kepentingan terhadap lingkungan juga akan berbeda, karena masyarakat yang tinggal lebih lama akan memandang bahwa kebersihan lingkungan adalah sebuah investasi jangka panjang. Salah seoarang warga yang sudah tinggal di Kelurahan Babakan Pasar mengungkapkan kebersihan lingkungan merupakan bagian dari kesehatan keluarga, sehingga berpartisipasi dalam kegiatan adalah sebuah kesadaran atas dasar kecintaan terhadap lingkungannya. Berbeda dengan salah seorang warga yang baru tinggal selama satu tahun mengungkapkan berpartisipasi dalam kegiatan tidak terlalu penting karena dirasakan seharusnya sudah ada petugas atau pihak yang berwenang untuk menangani masalah kebersihan di lingkungannya.

5.7.3 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang ditempuh akan mempengaruhi seseorang dalam cara berfikir, bersikap, dan memandang suatu masalah yang pada akhirnya akan berpengaruh kepada pengambilan keputusan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan program. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan membuat anggota tersebut semakin mudah mengetahui dan menyerap pentingnya program bagi mereka. Berikut distribusi persentase tingkat pendidikan responden dan tingkat partisipasinya pada Tabel 30. Tabel 30. Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Tingkat Partisipasi Rendah Sedang Tinggi Total n n n n 1 SD 8 26,7 2 6,7 0,0 10 33,3 2 SLP 10 33,3 3 10,0 0,0 13 43,3 3 SLA 6 20,0 1 3,3 0,0 7 23,3 Total 24 6 30 100,0 Tabel 30 menunjukkan distribusi tingkat pendidikan yang ditempuh responden dengan tingkat partisipasi dari keempat puluh responden. Distribusi yang terlihat bahwa pada umumnya responden berada di tingkat partisipasi rendah dimana tingkat pendidikan SD merupakan jumlah terbanyak yaitu 10 responden 33,3. Hasil perhitungan korelasi peringkat Spearman antara tingkat partisipasi dengan tingkat pendidikan yang ditempuh responden, diperoleh nilai koefisien korelasi Spearman r s sebesar -0,153 dan P-value sebesar 0,421. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan yang ditempuh dengan tingkat partisipasi, karena P-value yang dihasilkan lebih besar dari α = 0,05. Tidak adanya hubungan yang nyata menggambarkan tingkat pendidikan yang ditempuh tidak berpengaruh bagi responden dalam berpartisipasi di Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Pendidikan formal yang ditempuh responden membuat responden memiliki bekal lebih untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Pekerjaan mereka menyita waktu yang lebih banyak sehingga responden tidak memiliki waktu lebih untuk berpartisipasi dalam kegiatan. Selain itu responden yang tingkat pendidikannya lebih rendah umumnya memiliki waktu lebih banyak karena mereka bekerja serabutan. Sehingga terjadi perbandingan terbalik antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi.

5.7.4 Jumlah Pendapatan Rumah Tangga

Tingkat pendapatan merupakan salah satu faktor internal yang diduga berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Tingkat pendapatan merupakan jumlah rupiah yang diterima oleh responden per bulan dari pekerjaannya. Distribusi persentase pendapatan responden dan tingkat partisipasinya dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan Rumah Tangga No Pendapatan Rupiah Tingkat Partisipasi Rendah Sedang Tinggi Total n n n n 1 pendapatan ≤ 500.000 2 6,7 2 6,7 0,0 4 13,3 2 500.000 pendapatan ≤ 1.000.000 11 36,7 1 3,3 0,0 12 40,0 3 1.000.000 pendapatan ≤ 1.500.000 7 23,3 0,0 0,0 7 23,3 4 1.500.000 pendapatan ≤ 2.000.000 2 6,7 2 6,7 0,0 4 13,3 5 2.000.000 pendapatan ≤ 2.500.000 1 3,3 0,0 0,0 1 3,3 6 2.500.000 pendapatan ≤ 3.000.000 1 3,3 0,0 0,0 1 3,3 7 pendapatan 3.000.000 1 3,3 0,0 0,0 1 3,3 Total 24 6 30 100,0 Tabel 31 menunjukkan distribusi jumlah pendapatan keluarga responden dengan tingkat partisipasi dari keempat puluh responden. Distribusi yang terlihat bahwa pada umumnya responden berada di tingkat partisipasi rendah dimana jumlah pendapatan keluarga dengan selang Rp 500.000,00 sampai Rp 1.000.000,00 merupakan jumlah terbanyak yaitu 11 responden 36,7 diikuti oleh selang Rp 1.000.000,00 sampai Rp 1.500.000,00 yaitu 7 responden 23,3. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi peringkat Spearman antara tingkat partisipasi dengan lamanya pendidikan formal yang ditempuh responden, diperoleh nilai koefisien korelasi Spearman r s sebesar -0,120 dan P-value sebesar 0,526. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara lama pendidikan formal yang ditempuh dengan tingkat partisipasi, karena P-value yang dihasilkan lebih besar dari α = 0,05. Tidak adanya hubungan yang nyata menggambarkan pendapatan tidak berpengaruh bagi responden dalam berpartisipasi di kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Sama halnya dengan lama pendidikan formal, tingkat pendapatan yang lebih tinggi disebabkan oleh pekerjaan responden yang lebih baik dan tentunya menyita waktu lebih banyak. Mereka yang mempunyai pendapatan lebih tinggi akan cenderung berpikir untuk membayar petugas daripada mereka turun langsung berpartisipasi. Sehingga terjadi hubungan yang berbanding terbalik antara tingkat pendapatan dan tingkat partisipasi.

5.7.5 Banyaknya Tanggungan Keluarga

Banyaknya tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor internal yang diduga mempunyai hubungan dengan tingkat partisipasi. Angka yang didapat akan langsung dikorelasikan dengan tingkat partisipasi masyarakat melalui uji korelasi peringkat Spearman. Berikut ditampilkan distribusi persentase banyaknya tanggungan keluarga dan tingkat partisipasi responden pada Tabel 32. Tabel 32. Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Banyaknya Tanggungan Keluarga No Banyaknya Tanggungan Keluarga Tingkat Partisipasi Rendah Sedang Tinggi Total n n n n 1 1 - 3 13 43,3 1 3,3 0,0 14 46,7 2 4 - 6 10 33,3 3 10,0 0,0 13 43,3 3 7 - 9 2 6,7 1 3,3 0,0 3 10,0 Total 24 6 30 100,0 Tabel 32 menunjukkan distribusi banyaknya tanggungan keluarga responden dengan tingkat partisipasi dari keempat puluh responden. Distribusi yang terlihat bahwa pada umumnya responden berada di tingkat partisipasi rendah dimana banyaknya tanggungan keluarga dengan selang 1 – 3 orang merupakan jumlah terbanyak yaitu 13 responden 43,3 diikuti oleh responden dengan tanggungan keluarga dengan selang 4 - 5 orang dalam partisipasi rendah yaitu 10 responden 33,3. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi peringkat Spearman antara tingkat partisipasi dengan banyaknya tanggungan keluarga responden, diperoleh nilai koefisien korelasi Spearman r s sebesar 0,056 dan P-value sebesar 0,731. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara lama pendidikan formal yang ditempuh dengan tingkat partisipasi, karena P-value yang dihasilkan lebih besar dari α = 0,05. Tidak adanya hubungan yang nyata menggambarkan banyaknya tanggungan keluarga tidak berpengaruh bagi responden dalam berpartisipasi di kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Jumlah tanggungan keluarga ternyata tidak menjadi hal yang signifikan dalam mempengaruhi responden dalam berpartisipasi. Bisa dikatakan masyarakat tidak melihat terhadap tanggungan keluarganya dalam berpartisipasi.

5.7.6 Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh responden pada umumnya adalah buruh. Berikut distribusi persentase jenis pekerjaan responden dan tingkat partisipasinya ditampilkan pada Tabel 33. Tabel 33. Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan No Jenis Pekerjaan Tingkat Partisipasi Rendah Sedang Tinggi Total n n n n 1 PNS 0,0 1 3,3 0,0 1 3,3 2 Buruh 7 23,3 1 3,3 0,0 8 26,7 3 Karyawan 4 13,3 0,0 0,0 4 13,3 4 Pedagang 3 10,0 1 3,3 0,0 4 13,3 5 Pensiunan 3 10,0 0,0 0,0 3 10,0 6 Purnawirawan 0,0 1 3,3 0,0 1 3,3 7 Supir 3 10,0 0,0 0,0 3 10,0 8 Wiraswasta 4 13,3 2 6,7 0,0 6 20,0 Total 24 6 30 100,0 Tabel 33 menunjukkan distribusi jenis pekerjaan responden dengan tingkat partisipasi dari keempat puluh responden. Distribusi yang terlihat bahwa pada umumnya responden berada di tingkat partisipasi rendah dimana jenis pekerjaan buruh merupakan jumlah terbanyak yaitu 7 responden 23,3 diikuti oleh responden dengan jenis pekerjaan karyawan yaitu 4 responden 13,3. Uji Chi Square khi kuadrat untuk hipotesis nol bahwa tidak ada perbedaan tingkat partisipasi pada jenis pekerjaan yang berbeda, menghasilkan χ 2 hitung sama dengan 11,5104. Karena banyaknya jenis pekerjaan adalah 8 dan banyaknya tingkat partisipasi 2 maka derajad bebas yang digunakan untuk titik kritis χ 2 ialah 7. Sedangkan titik kritis χ 2 dengan derajad bebas 7 dan α = 0,05 adalah 14,067. Karena nilai kritis tersebut lebih besar dari nilai hitung maka dapat diputuskan bahwa hipotesis nol diterima yang berarti bahwa jenis pekerjaan tidak berhubungan nyata terhadap tingkat partisipasi masyarakat pada kegiatan ini Lampiran 4.

5.8 Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Faktor Eksternal

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian susu formula anak pada keluarga berpendapatan rendah (kasus di kelurahan Tegallega dan Kelurahan Babakan, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor)

1 9 80

Tingkat konsumsi kayu perkakas pada rumah kost studi kasus di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat

0 9 68

Analisis Relokasi Pemukiman Penduduk di Semapadan Sungai Ciliwung Dengan Pendekalan Willingness To Accept (Kasus Kelurahan Kedunghalang Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor).

0 9 223

Persepsi Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung tentang Kegiatan “Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat

0 4 111

Perencanaan lanskap sempadan sungai Ciliwung untuk peningkatan kualitas lingkungan alami kota Bogor

2 16 135

Kajian beban pencemaran dan daya tampung pencemaran sungai Ciliwung di Segmen kota Bogor

0 11 126

Kajian beban pencemaran dan daya tamping pencemaran sungai Ciliwung di segmen Kota Bogor

0 5 127

Strategi Meningkatkan Partisipasi Para Pihak dalam Pembangunan Hutan Kota di Kota Bogor (Studi Kasus di Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor)

2 17 159

Kajian Beban Pencemaran dan Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Ciliwung Hulu Segmen Kabupaten Bogor

1 5 47

Evaluasi Lanskap Permukiman Padat Kelurahan Babakan Pasar Sebagai Upaya Pendukung Revitalisasi Kawasan CBD (Central Business District) Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor

1 4 84