Partisipasi Responden HASIL DAN PEMBAHASAN

dari kegiatan DLHK ini pun banyak yang sudah tidak layak pakai. Ada yang sudah dirusak oleh warga karena menyebabkan tumpukan sampah, dicuri, rusak karena pemakaian yang tidak hati-hati dan sampai ada yang ditutup oleh isolasi karena menimbulkan bau tak sedap. Fasilitas pengelolaan sampah belum merata di tiap RT di Kelurahan Babakan Pasar. Salah satunya dalam hal penggunaan gerobak sampah, beberapa responden mengungkapkan gerobak sampah bantuan dari DLHK tidak bisa masuk melayani RTRW yang berada di Pulo Geulis karena lebar badan jembatan menuju Pulo Geulis yang sempit dan tidak dapat dilewati oleh gerobak sampah bantuan DLHK. Untuk mengatasinya gerobak sampah dimodifikasi bentuknya sehingga dapat digunakan di wilayah Pulo Geulis. Kegiatan untuk masyarakat hendaknya dikaji terlebih dahulu untuk kesesuaian dengan lokasi. Bantuan akan menjadi sia-sia bila fasilitas yang diberikan tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat karena ketidak sesuaian dengan lokasi.

5.5 Partisipasi Responden

Partisipasi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung Kelurahan Babakan Pasar dalam Program Pengadaan Sarana Prasana Pencegahan Pencemaran Lingkungan merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi keberhasilan dan keberlanjutan program. Partisipasi aktif masyarakat juga harus diusahakan oleh pemerintah agar peran dan partisipasi aktif masyarakat semakin baik dan meningkat. Partisipasi aktif masyarakat Babakan Pasar dilihat dari berbagai unsur dalam kegiatan Pengadaan Sarana Prasana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Berbagai unsur tersebut meliputi partisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, pelaksanaan program, pemantauan dan evaluasi, serta pemanfaatan dan pemeliharaan. 5.5.1 Partisipasi Responden dalam Perencanaan dan Pengambilan Keputusan 5.5.1.1 Kehadiran Rapat Perencanaan Kegiatan Rapat Perencanaan Kegiatan merupakan bagian dari unsur partisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Perencanaan yang dimaksud adalah menentukan tempat-tempat peletakan tong sampah, waktu kegiatan, sasaran kegiatan, dan kebutuhan fasilitas kebersihan masyarakat lainnya. Rapat perencanaan kegiatan memfasilitasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Rapat perencanaan kegiatan ini difasilitasi oleh DLHK dan RTRW setempat. Tabel 14 menyajikan banyaknya kehadiran responden dalam rapat perencanaan kegiatan. Tabel 14. Banyaknya Kehadiran Responden dalam Rapat Perencanaan Kegiatan No Banyaknya Kehadiran dalam Rapat Perencanaan Banyaknya Responden Persentase 1 Tidak pernah hadir 22 73,3 2 Hadir satu kali 1 3,3 3 Hadir dua kali 5 16,7 4 Hadir tiga kali 0,0 5 Hadir empat kali 0,0 6 Hadir lima kali 2 6,7 Total 30 100,0 Menurut informasi dari salah seorang Ketua RW di Kelurahan Babakan Pasar, rapat perencanaan dilaksanakan sebanyak lima kali. Pada lazimnya proses perencanaan suatu kegiatan dilakukan oleh perwakilan masyarakat seperti ketua RTRW, anggota karang taruna, dan pengurus organisasi warga lainnya. Hal ini juga terjadi di Kelurahan Babakan Pasar, dimana responden yang menghadiri rapat perencanaan adalah ketua RT, ketua RW, dan pengurus karang taruna di Kelurahan Babakan Pasar. Proses perencanaan yang terjadi pada Kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan tidak melibatkan masyarakat banyak, karena DLHK sebagai fasilitator kegiatan hanya mengundang beberapa ketua RTRW dan pengurus karang taruna. Sehingga untuk proses perencanaan kegiatan dalam hal ini yang menjadi fokus utama yaitu responden yang diundang untuk menghadiri rapat perencanaan kegiatan sebanyak 8 responden 26,7 dari 30 responden yang ada. Sosialisasi dan informasi merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh DLHK sebelum mengadakan rapat perencanaan. Peran masyarakat yang baik dalam perencanaan akan mempengaruhi efektifitas dari kegiatan, karena dengan melibatkan masyarakat DLHK sebagai fasilitator dapat mengetahui kebutuhan-kebutuhan masyarakat dalam kasus ini. Tidak adanya perencanaan yang baik akan menimbulkan pemborosan dalam anggaran, ketidakefektifan, bahkan sampai kegagalan dalam kegiatan.

5.5.1.2 Keaktifan Menyampaikan Pendapat

Keaktifan menyampaikan pendapat di rapat perencanaan kegiatan merupakan salah satu bentuk partisipasi responden dalam unsur perencanaan dan pengambilan keputusan. Dari 30 responden terdapat 8 responden yang pernah menghadiri rapat perencanaan kegiatan. Tabel 15 akan menyajikan keaktifan responden dalam menyampaikan pendapat di rapat perencanaan kegiatan. Tabel 15. Keaktifan dalam Menyampaikan Pendapat di Rapat Perencanaan Kegiatan No Keaktifan dalam Menyampaikan Pendapat Banyaknya Responden Persentase 1 Selalu menyampaikan pendapat di tiap kehadiran 2 25,0 2 Menyampaikan pendapat namun tidak di tiap kehadiran 2 25,0 3 Tidak pernah menyampaikan pendapat 4 50,0 Total 8 100,0 Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa sebanyak 8 responden yang pernah menghadiri rapat perencanaan kegiatan pada umumnya tidak pernah menyampaikan pendapat yaitu 4 responden 50. Keempat responden tersebut merupakan warga di Kelurahan Babakan Pasar yang secara sukarela menghadiri rapat perencanaan. Mereka sudah dapat dikatakan berpartisipasi dalam rapat perencanaan walaupun berpartisipasi secara pasif. Responden mengungkapkan rapat perencanaan sering dikuasai oleh elit-elit lokal dan tokoh masyarakat seperti ketua RTRW, sehingga bagi mereka mengungkapkan pendapat dipandang tidak perlu lagi. Pendapat masyarakat merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam perencanaan kegiatan karena dengan menerima pendapat dari masyarakat, DLHK sebagai penyelenggara kegiatan akan dapat mengetahui kondisi dan keadaan masyarakat sesungguhnya. Adanya partisipasi masyarakat dalam berpendapat akan membantu DLHK dalam perencanaan kegiatan. Pendapat masyarakat akan mempengaruhi penyelenggara kegiatan dalam mengambil keputusan. Partisipasi masyarakat dalam menyampaikan pendapat di rapat perencanaan juga merupakan salah satu indikator kepedulian masyarakat akan kegiatan ini. Masyarakat yang menyampaikan pendapat merasa memiliki kepentingan dalam kegiatan ini, sehingga mereka tidak mau bila kegiatan ini tidak berjalan dengan baik.

5.5.1.3 Keaktifan Mengajukan Pertanyaan

Keaktifan mengajukan pertanyaan di rapat perencanaan kegiatan merupakan salah satu bentuk partisipasi responden dalam unsur perencanaan dan pengambilan keputusan. Dari 30 responden terdapat 8 responden yang pernah menghadiri rapat perencananaan kegiatan. Tabel 16 akan menyajikan keaktifan responden dalam mengajukan pertanyaan di rapat perencanaan kegiatan. Tabel 16. Keaktifan Responden Mengajukan Pertanyaan pada Rapat Perencanaan Kegiatan No Keaktifan dalam Mengajukan Pertanyaan Banyaknya Responden Persentase 1 Selalu mengajukan pertanyaan di tiap kehadiran 1 12,5 2 Mengajukan pertanyaan namun tidak di tiap kehadiran 4 50,0 3 Tidak pernah mengajukan pertanyaan 3 37,5 Total 8 100,0 Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa sebanyak 8 responden yang pernah menghadiri rapat perencanaan kegiatan pada umumnya mengajukan pertanyaan namun tidak di setiap kehadiran yaitu 4 responden 50,0. Dalam mengajukan pertanyaan responden menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan yang tidak mereka pahami, namun belum tentu di tiap kehadiran mereka mengajukan pertanyaan. Pengajuan pertanyaan menunjukkan kepedulian responden terhadap kegiatan yang diadakan oleh DLHK. Responden yang ingin berpartisipasi membutuhkan informasi dan perencanaan mengenai pelaksanaan kegiatan, sehingga informasi dan perencanaan yang tidak jelas akan menimbulkan stimulus bagi responden untuk bertanya. Pertanyaan responden merupakan indikator keaktifan responden dalam perencanaan. Responden yang kritis dan peduli dengan kegiatan ini akan mengajukan pertanyaan apabila menjumpai hal-hal yang belum jelas dalam perencanaan.

5.5.1.4 Pengambilan Keputusan Mengenai Peletakan Tong Sampah Bantuan DLHK

Pengambilan keputusan peletakan tong sampah merupakan salah satu bentuk partisipasi dalam unsur perencanaan dan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan sendiri terdapat dalam rapat perencanaan kegiatan. Dari 30 responden terdapat 8 responden yang pernah menghadiri rapat perencananaan kegiatan. Tabel 17 menunjukkan partisipasi responden dalam pengambilan keputusan peletakan tong sampah bantuan DLHK. Tabel 17. Partisipasi Responden dalam Pengambilan Keputusan Peletakan Tong Sampah No Pengambilan Keputusan Peletakan Tong Sampah Bantuan DLHK Banyaknya Responden Persentase 1 Ikut menentukan 4 50,0 2 Tidak ikut menentukan 4 50,0 Total 8 100,0 Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa sebanyak 4 responden 50,0 ikut menentukan peletakan tong sampah bantuan DLHK dan 4 responden 50,0 tidak ikut menentukan dari total 8 responden yang pernah menghadiri rapat perencanaan kegiatan. Hal ini menggambarkan responden cukup berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Pertimbangan pemilihan lokasi peletakan tong sampah adalah wilayah yang berdekatan dengan sungai dan wilayah yang aksesibilitasnya bagus. Partisipasi masyarakat dalam menentukan keputusan mengenai peletakan tong sampah menunjukkan adanya kepentingan masyarakat yang dipengaruhi oleh hasil keputusan. Lokasi tong sampah merupakan hal yang penting bagi masyarakat mengingat dampak positif dan negatif yang dihasilkan dari keberadaan tong sampah. Untuk dampak positif misalnya kemudahan akses untuk membuang sampah bagi masyarakat, sedangkan dampak negatif yang dihasilkan adalah bau tak sedap di sekitar tong sampah, pemandangan yang tidak bagus akibat tumpukan sampah, dan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri-bakteri sampah. 5.5.2 Partisipasi Responden dalam Pelaksanaan Kegiatan 5.5.2.1 Pemberian Bantuan terhadap Pelaksanaan Peletakan Bantuan Tong Sampah Pengadaan sarana dan prasarana dari DLHK dilakukan dengan diborongkan kepada sebuah kontraktor. Namun, ada sebagian warga yang turut serta memberikan bantuan pada pelaksanaan kegiatan ini. Bantuan tersebut berupa konsumsi, uang, jasa, dan menggerakkan masyarakat yang ditunjukkan dalam Tabel 18. Tabel 18. Partisipasi Responden dalam Pemberian Bantuan terhadap Pelaksanaan Peletakan Bantuan Tong Sampah No Pemberian Bantuan terhadap Peletakan Bantuan Tong Sampah Banyaknya Responden Persentase 1 Konsumsi 4 13,3 2 Uang 3 10,0 3 Jasa 2 6,7 4 Menggerakkan Masyarakat 1 3,3 5 Konsumsi, Uang, dan Menggerakkan Masyarakat 1 3,3 6 Konsumsi, Jasa, dan Menggerakkan Masyarakat 1 3,3 7 Konsumsi, Jasa, Menggerakkan Masyarakat, dan Lainnya 1 3,3 8 Jasa dan Menggerakkan Masyarakat 1 3,3 9 Tidak Memberikan Bantuan 16 53,3 Total 30 100,0 Responden yang tidak memberikan bantuan di kegiatan ini 53,3 mengatakan DLHK kurang melakukan sosialisasi dalam peletakan tong sampah bantuan, sehingga banyak warga yang tidak mengetahui akan pelaksanaan kegiatan ini. Pada dasarnya masyarakat memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam kegiatan. Namun akibat kurangnya komunikasi yang baik menyebabkan banyak masyarakat yang tidak berpartisipasi. Komunikasi yang baik sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan sebuah kegiatan. Pemberian bantuan dalam peletakan tong sampah menunjukkan sikap partisipasi masyarakat dalam kegiatan ini. Konsumsi disediakan oleh ibu-ibu rumah tangga pada saat pelaksanaan peletakan tong sampah. Uang diberikan secara sukarela kepada para pekerja yang turut serta dalam peletakan tong sampah. Responden ada juga yang memberikan tenaganya atau jasa dalam pelaksanaan kegiatan dengan turut serta membantu peletakan tong sampah. Sedangkan beberapa responden ada yang berpartisipasi dengan menggerakkan masyarakat di lingkungannya.

5.5.2.2 Pembuatan Lubang Resapan Biopori

Lubang Resapan Biopori merupakan sebuah teknologi baru dalam pengelolaan sampah. Berdasarkan terminologinya biopori bermakna pori berbentuk liang terowongan-terowongan kecil di dalam tanah yang dibuat oleh akar tanaman dan fauna tanah Brata, 2007. Proses pembuatan lubang resapan biopori relatif mudah, karena dapat dikerjakan sendiri oleh masyarakat dalam waktu 10 menit per lubangnya. Pembuatan lubang resapan biopori dapat meringankan jumlah sampah yang harus diproses lebih lanjut, selain itu pembuatan lubang resapan biopori di kawasan pemukiman memiliki manfaat yaitu : 1. Memelihara biodiversitas tanah 2. Mengurangi emisi gas rumah kaca 3. Menyuburkan tanah 4. Menjadi tempat resapan air sehingga dapat mencegah genangan air dan banjir. Pembuatan lubang resapan biopori sudah sering dikampanyekan kepada masyarakat oleh pemerintah dan khususnya kepada warga di Kelurahan Babakan Pasar. Sebagai wilayah bantaran sungai yang digunakan pemukiman, tentu diperlukan pembuatan lubang resapan biopori untuk memenuhi daerah resapan air. Diharapkan tiap keluarga di Kelurahan Babakan Pasar dapat membuat lubang resapan biopori. Tabel 19 menunjukkan partisipasi responden dalam pembuatan lubang resapan biopori. Tabel 19. Partisipasi Responden dalam Pembuatan Lubang Resapan Biopori No Pembuatan Lubang Resapan Biopori Banyaknya Responden Persentase 1 Membuat lubang 3 10,0 2 Tidak membuat lubang 27 90,0 Total 30 100,0 Tabel 19 menunjukkan pada umumnya responden tidak membuat lubang resapan biopori yaitu 27 responden 90. Hal ini terjadi karena banyaknya responden yang tidak mengerti bagaimana cara pembuatan lubang resapan biopori. Sosialisasi dari pemerintah dirasakan kurang dan masih bersifat parsial sehingga banyak warga di Kelurahan Babakan Pasar yang tidak mengerti akan fungsi dan pentingnya lubang resapan biopori.

5.5.2.3 Pengolahan Sampah Menjadi Barang Bernilai Ekonomis

Sampah tidak selamanya menjadi komoditas yang tidak memiliki nilai ekonomis. Apabila dilakukan pengolahan terhadap beberapa jenis sampah akan didapatkan barang-barang bernilai ekonomis. Dalam kasus ini sampah rumah tangga dapat diolah menjadi pupuk kompos, kerajinan tangan, dan barang rumah tangga lainnya. Pada Tabel 20 disajikan partisipasi responden dalam pengelolaan sampah menjadi barang bernilai ekonomis. Tabel 20. Partisipasi Responden dalam Pengolahan Sampah Menjadi Barang Bernilai Ekonomis No Pengolahan Sampah Menjadi Barang Bernilai Ekonomis Banyaknya Responden Persentase 1 Mengolah 1 3,3 2 Tidak mengolah 29 96,7 Total 30 100,0 Tabel 20 menunjukkan bahwa pada umumnya responden tidak melakukan pengolahan sampah menjadi barang bernilai ekonomis yaitu sebanyak 29 responden 96,7. Hal ini terjadi karena responden tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam mengolah sampah meskipun berdasarkan pengamatan lapangan sudah ada sosialisasi dari DLHK melalui papan-papan petunjuk dan poster mengenai cara mengolah sampah menjadi kompos dan barang-barang ekonomis lainnya. Namun ada satu responden yang mengungkapkan mengolah sampahnya menjadi kerajinan tangan seperti tas, sampul buku, dan asesoris.

5.5.3 Partisipasi Responden dalam Pemantauan dan Evaluasi

Rapat evaluasi sebagai forum untuk melihat apakah kegiatan yang sudah dilaksankan bermanfaat atau tidak, sampai sasaran atau tidak, dan efektif atau tidak. Forum ini memfasilitasi masyarakat untuk menyampaikan hal-hal yang ditemui di lapangan yang berhubungan dengan kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Pada Tabel 21 dapat dilihat partisipasi responden dalam rapat pemantauan dan evaluasi. Tabel 21. Jumlah Kehadiran Responden dalam Rapat Evaluasi No Jumlah Kehadiran dalam Rapat Evaluasi Banyaknya Responden Persentase 1 Tidak Pernah Hadir 26 86,7 2 Hadir satu kali 0,0 3 Hadir dua kali 2 6,7 4 Hadir tiga kali 0,0 5 Hadir empat kali 0,0 6 Hadir lima kali 2 6,7 Total 30 100,0 Tabel 21 menunjukkan pada umumnya responden tidak pernah hadir dalam rapat evaluasi yaitu sebanyak 26 responden 86,7. Responden mengungkapkan mereka tidak mengetahui adanya rapat evaluasi. Selain itu banyak dari mereka yang mengungkapkan tidak peduli akan hasil dari kegiatan tersebut, karena mereka merasakan kegiatan ini hanya bersifat formalitas saja dan tidak adanya implementasi lebih lanjut dari pemerintah. 5.5.4 Partisipasi Responden dalam Pemanfaatan dan Pemeliharaan 5.5.4.1 Pemanfaatan Fasilitas Hasil Kegiatan Pemanfaatan fasilitas hasil kegiatan oleh masyarakat merupakan salah satu tujuan dari kegiatan ini. Kegiatan ini akan dirasakan berhasil apabila masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas hasil kegiatan dengan menggunakannya. Fasilitas hasil kegiatan ini berupa tong sampah, gerobak sampah, dan TPS. Pada Tabel 22 dapat dilihat bagaimana partisipasi responden dalam penggunaan fasilitas hasil kegiatan. Tabel 22. Partisipasi Responden dalam Pemanfaatan Fasilitas Hasil Kegiatan No Pemanfaatan Fasilitas Hasil Kegiatan Banyaknya Responden Persentase 1 Menggunakan 22 73,3 2 Tidak Menggunakan 8 26,7 Total 30 100,0 Tabel 22 menunjukkan bahwa pada umumnya responden menggunakan fasilitas hasil kegiatan yaitu sebanyak 22 responden 73,3. Responden mengungkapkan mereka merasakan manfaat dari kegiatan ini. Mereka menilai lingkungan menjadi lebih bersih dan teratur sejak kegiatan ini dilaksanakan. Namun bagi responden yang tidak menggunakan fasilitas kegiatan mengungkapkan bahwa fasilitas kegiatan banyak yang sudah tidak berfungsi lagi dengan baik. Padahal kegiatan ini baru saja dilaksanakan dalam beberapa bulan, sehingga mereka tidak dapat menggunakan fasilitas hasil kegiatan.

5.5.4.2 Pemeliharaan Fasilitas Hasil Kegiatan

Fasilitas hasil kegiatan merupakan properti milik umum, sehingga dalam kesehariannya perlu pemeliharaan dari masyarakat agar fungsinya tetap berjalan dengan baik. Pemeliharaan disini dengan cara membersihkan dan menjaga agar timbunan sampah tidak melebihi kapasitas. Pada Tabel 23 dapat dilihat bagaimana partisipasi responden dalam pemeliharaan fasilitas hasil kegiatan. Tabel 23. Partisipasi Responden dalam Pemeliharaan Fasilitas Hasil Kegiatan No Pemeliharaan fasilitas Banyaknya Responden Persentase 1 Selalu membersihkan setiap hari 0,0 2 Membersihkannya hanya apabila timbunan sampah sudah menumpuk 6 20,0 3 Tidak pernah membersihkannya sama sekali 24 80,0 Total 30 100,0 Tabel 23 menunjukkan pada umumnya responden tidak pernah membersihkan fasilitas kegiatan sama sekali yaitu sebanyak 24 responden 80,0. Hal ini menunjukkan bahwa responden kurang peduli terhadap kebersihan dan pemeliharaan fasilitas hasil kegiatan. Mereka hanya senang menggunakannya saja tanpa berpartisipasi untuk membersihkannya.

5.5.4.3 Memilah Sampah Organik dan Anorganik

Sampah yang telah dibuang oleh masyarakat dapat menyisakan pekerjaan yang sulit bagi institusi pengelolaan sampah apabila tidak ditangani dengan baik. Oleh sebab itu DLHK melalui kegiatannya memberikan bantuan tong sampah yang memisahkan sampah organik dan anorganik. Diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan tong sampah ini dengan memilah sampahnya menjadi organik dan anorganik sebelum membuangnya ke tempat pembuangan sampah dari DLHK. Pada Tabel 24 dapat dilihat partisipasi responden dalam memilah sampah sebelum dibuang. Tabel 24. Partisipasi Responden dalam Pemilahan Sampah Organik dan Anorganik No Pemilahan Sampah Banyaknya Responden Persentase 1 Memilah Sampah 0,0 2 Tidak Memilah Sampah 30 100,0 Total 30 100,0 Dari Tabel 24 dapat dilihat bahwa seluruh responden tidak melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik sebelum dibuang. Alasan yang banyak dikemukakan oleh responden adalah repotnya memilah sampah organik dan anorganik sebelum dibuang, meskipun hampir di setiap lokasi tong sampah terdapat papan petunjuk apa saja yang tergolong dalam sampah organik dan anorganik.

5.5.4.4 Partisipasi Responden dalam Menjaga Kebersihan Sungai Ciliwung

Salah satu tujuan dari kegiatan ini adalah menjaga kebersihan Sungai Ciliwung. Kebersihan Sungai Ciliwung sendiri ditentukan oleh perilaku masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam membuang sampahnya. Setelah dilaksanakannya kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan ini diharapakan masyarakat tidak lagi membuang sampahnya ke sungai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 25 tentang partisipasi responden dalam menjaga kebersihan Sungai Ciliwung. Tabel 25. Partisipasi Responden dalam Menjaga Kebersihan Sungai Ciliwung No Partisipasi Responden dalam Menjaga Kebersihan Sungai Ciliwung Banyaknya Responden Persentase 1 Selalu membuang sampah ke sungai 2 6,7 2 Kadang-kadang membuang sampah ke sungai 10 33,3 3 Tidak pernah membuang sampah ke sungai 18 60,0 Total 30 100,0 Tabel 25 menunjukkan pada umumnya responden tidak pernah membuang sampah ke sungai yaitu sebanyak 18 responden 60 setelah adanya kegiatan dari DLHK. Responden mengungkapkan membuang sampah di sungai dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Selain itu juga timbunan sampah-sampah tersebut dapat menyumbat saluran air dan menimbulkan banjir. Mereka sadar kebersihan lingkungan khususnya wilayah bantaran sungai merupakan tanggung jawab mereka.

5.6 Tingkat Partisipasi Responden pada Kegiatan Pengadaan Sarana

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian susu formula anak pada keluarga berpendapatan rendah (kasus di kelurahan Tegallega dan Kelurahan Babakan, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor)

1 9 80

Tingkat konsumsi kayu perkakas pada rumah kost studi kasus di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat

0 9 68

Analisis Relokasi Pemukiman Penduduk di Semapadan Sungai Ciliwung Dengan Pendekalan Willingness To Accept (Kasus Kelurahan Kedunghalang Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor).

0 9 223

Persepsi Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung tentang Kegiatan “Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat

0 4 111

Perencanaan lanskap sempadan sungai Ciliwung untuk peningkatan kualitas lingkungan alami kota Bogor

2 16 135

Kajian beban pencemaran dan daya tampung pencemaran sungai Ciliwung di Segmen kota Bogor

0 11 126

Kajian beban pencemaran dan daya tamping pencemaran sungai Ciliwung di segmen Kota Bogor

0 5 127

Strategi Meningkatkan Partisipasi Para Pihak dalam Pembangunan Hutan Kota di Kota Bogor (Studi Kasus di Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor)

2 17 159

Kajian Beban Pencemaran dan Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Ciliwung Hulu Segmen Kabupaten Bogor

1 5 47

Evaluasi Lanskap Permukiman Padat Kelurahan Babakan Pasar Sebagai Upaya Pendukung Revitalisasi Kawasan CBD (Central Business District) Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor

1 4 84