dari kegiatan DLHK ini pun banyak yang sudah tidak layak pakai. Ada yang sudah dirusak oleh warga karena menyebabkan tumpukan sampah, dicuri, rusak karena
pemakaian yang tidak hati-hati dan sampai ada yang ditutup oleh isolasi karena menimbulkan bau tak sedap.
Fasilitas pengelolaan sampah belum merata di tiap RT di Kelurahan Babakan Pasar. Salah satunya dalam hal penggunaan gerobak sampah, beberapa responden
mengungkapkan gerobak sampah bantuan dari DLHK tidak bisa masuk melayani RTRW yang berada di Pulo Geulis karena lebar badan jembatan menuju Pulo Geulis
yang sempit dan tidak dapat dilewati oleh gerobak sampah bantuan DLHK. Untuk mengatasinya gerobak sampah dimodifikasi bentuknya sehingga dapat digunakan di
wilayah Pulo Geulis. Kegiatan untuk masyarakat hendaknya dikaji terlebih dahulu untuk kesesuaian dengan lokasi. Bantuan akan menjadi sia-sia bila fasilitas yang
diberikan tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat karena ketidak sesuaian dengan lokasi.
5.5 Partisipasi Responden
Partisipasi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung Kelurahan Babakan Pasar dalam Program Pengadaan Sarana Prasana Pencegahan Pencemaran Lingkungan
merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi keberhasilan dan keberlanjutan program. Partisipasi aktif masyarakat juga harus diusahakan oleh
pemerintah agar peran dan partisipasi aktif masyarakat semakin baik dan meningkat. Partisipasi aktif masyarakat Babakan Pasar dilihat dari berbagai unsur dalam
kegiatan Pengadaan Sarana Prasana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Berbagai unsur tersebut meliputi partisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan,
pelaksanaan program, pemantauan dan evaluasi, serta pemanfaatan dan pemeliharaan.
5.5.1 Partisipasi Responden dalam Perencanaan dan Pengambilan Keputusan 5.5.1.1 Kehadiran Rapat Perencanaan Kegiatan
Rapat Perencanaan Kegiatan merupakan bagian dari unsur partisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Perencanaan yang dimaksud adalah
menentukan tempat-tempat peletakan tong sampah, waktu kegiatan, sasaran kegiatan, dan kebutuhan fasilitas kebersihan masyarakat lainnya. Rapat perencanaan kegiatan
memfasilitasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Rapat
perencanaan kegiatan ini difasilitasi oleh DLHK dan RTRW setempat. Tabel 14 menyajikan banyaknya kehadiran responden dalam rapat perencanaan kegiatan.
Tabel 14. Banyaknya Kehadiran Responden dalam Rapat Perencanaan Kegiatan No
Banyaknya Kehadiran dalam Rapat Perencanaan
Banyaknya Responden
Persentase 1
Tidak pernah hadir 22
73,3 2
Hadir satu kali 1
3,3 3
Hadir dua kali 5
16,7 4
Hadir tiga kali 0,0
5 Hadir empat kali
0,0 6
Hadir lima kali 2
6,7 Total
30 100,0
Menurut informasi dari salah seorang Ketua RW di Kelurahan Babakan Pasar, rapat perencanaan dilaksanakan sebanyak lima kali. Pada lazimnya proses
perencanaan suatu kegiatan dilakukan oleh perwakilan masyarakat seperti ketua RTRW, anggota karang taruna, dan pengurus organisasi warga lainnya. Hal ini juga
terjadi di Kelurahan Babakan Pasar, dimana responden yang menghadiri rapat perencanaan adalah ketua RT, ketua RW, dan pengurus karang taruna di Kelurahan
Babakan Pasar. Proses perencanaan yang terjadi pada Kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan tidak melibatkan masyarakat banyak,
karena DLHK sebagai fasilitator kegiatan hanya mengundang beberapa ketua RTRW dan pengurus karang taruna. Sehingga untuk proses perencanaan kegiatan dalam hal
ini yang menjadi fokus utama yaitu responden yang diundang untuk menghadiri rapat perencanaan kegiatan sebanyak 8 responden 26,7 dari 30 responden yang ada.
Sosialisasi dan informasi merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh DLHK sebelum mengadakan rapat perencanaan. Peran masyarakat yang baik dalam
perencanaan akan mempengaruhi efektifitas dari kegiatan, karena dengan melibatkan masyarakat DLHK sebagai fasilitator dapat mengetahui kebutuhan-kebutuhan
masyarakat dalam kasus ini. Tidak adanya perencanaan yang baik akan menimbulkan pemborosan dalam anggaran, ketidakefektifan, bahkan sampai kegagalan dalam
kegiatan.
5.5.1.2 Keaktifan Menyampaikan Pendapat
Keaktifan menyampaikan pendapat di rapat perencanaan kegiatan merupakan salah satu bentuk partisipasi responden dalam unsur perencanaan dan pengambilan
keputusan. Dari 30 responden terdapat 8 responden yang pernah menghadiri rapat perencanaan kegiatan. Tabel 15 akan menyajikan keaktifan responden dalam
menyampaikan pendapat di rapat perencanaan kegiatan.
Tabel 15. Keaktifan dalam Menyampaikan Pendapat di Rapat Perencanaan Kegiatan No
Keaktifan dalam Menyampaikan Pendapat Banyaknya
Responden Persentase
1 Selalu menyampaikan pendapat di tiap
kehadiran 2
25,0 2
Menyampaikan pendapat namun tidak di tiap kehadiran
2 25,0
3 Tidak pernah menyampaikan pendapat
4 50,0
Total 8
100,0 Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa sebanyak 8 responden yang pernah
menghadiri rapat perencanaan kegiatan pada umumnya tidak pernah menyampaikan pendapat yaitu 4 responden 50. Keempat responden tersebut merupakan warga di
Kelurahan Babakan Pasar yang secara sukarela menghadiri rapat perencanaan. Mereka sudah dapat dikatakan berpartisipasi dalam rapat perencanaan walaupun
berpartisipasi secara pasif. Responden mengungkapkan rapat perencanaan sering
dikuasai oleh elit-elit lokal dan tokoh masyarakat seperti ketua RTRW, sehingga bagi mereka mengungkapkan pendapat dipandang tidak perlu lagi.
Pendapat masyarakat merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam perencanaan kegiatan karena dengan menerima pendapat dari
masyarakat, DLHK sebagai penyelenggara kegiatan akan dapat mengetahui kondisi dan keadaan masyarakat sesungguhnya. Adanya partisipasi masyarakat dalam
berpendapat akan membantu DLHK dalam perencanaan kegiatan. Pendapat masyarakat akan mempengaruhi penyelenggara kegiatan dalam mengambil
keputusan. Partisipasi masyarakat dalam menyampaikan pendapat di rapat perencanaan juga merupakan salah satu indikator kepedulian masyarakat akan
kegiatan ini. Masyarakat yang menyampaikan pendapat merasa memiliki kepentingan dalam kegiatan ini, sehingga mereka tidak mau bila kegiatan ini tidak berjalan dengan
baik.
5.5.1.3 Keaktifan Mengajukan Pertanyaan
Keaktifan mengajukan pertanyaan di rapat perencanaan kegiatan merupakan salah satu bentuk partisipasi responden dalam unsur perencanaan dan pengambilan
keputusan. Dari 30 responden terdapat 8 responden yang pernah menghadiri rapat perencananaan kegiatan. Tabel 16 akan menyajikan keaktifan responden dalam
mengajukan pertanyaan di rapat perencanaan kegiatan.
Tabel 16. Keaktifan Responden Mengajukan Pertanyaan pada Rapat Perencanaan Kegiatan
No Keaktifan dalam Mengajukan Pertanyaan
Banyaknya Responden
Persentase 1
Selalu mengajukan pertanyaan di tiap kehadiran 1
12,5 2
Mengajukan pertanyaan namun tidak di tiap kehadiran
4 50,0
3 Tidak pernah mengajukan pertanyaan
3 37,5
Total 8
100,0 Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa sebanyak 8 responden yang pernah
menghadiri rapat perencanaan kegiatan pada umumnya mengajukan pertanyaan
namun tidak di setiap kehadiran yaitu 4 responden 50,0. Dalam mengajukan pertanyaan responden menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan yang
tidak mereka pahami, namun belum tentu di tiap kehadiran mereka mengajukan pertanyaan.
Pengajuan pertanyaan menunjukkan kepedulian responden terhadap kegiatan yang diadakan oleh DLHK. Responden yang ingin berpartisipasi membutuhkan
informasi dan perencanaan mengenai pelaksanaan kegiatan, sehingga informasi dan perencanaan yang tidak jelas akan menimbulkan stimulus bagi responden untuk
bertanya. Pertanyaan responden merupakan indikator keaktifan responden dalam perencanaan. Responden yang kritis dan peduli dengan kegiatan ini akan mengajukan
pertanyaan apabila menjumpai hal-hal yang belum jelas dalam perencanaan.
5.5.1.4 Pengambilan Keputusan Mengenai Peletakan Tong Sampah Bantuan DLHK
Pengambilan keputusan peletakan tong sampah merupakan salah satu bentuk partisipasi dalam unsur perencanaan dan pengambilan keputusan. Pengambilan
keputusan sendiri terdapat dalam rapat perencanaan kegiatan. Dari 30 responden terdapat 8 responden yang pernah menghadiri rapat perencananaan kegiatan. Tabel 17
menunjukkan partisipasi responden dalam pengambilan keputusan peletakan tong sampah bantuan DLHK.
Tabel 17. Partisipasi Responden dalam Pengambilan Keputusan Peletakan Tong Sampah
No Pengambilan Keputusan Peletakan Tong
Sampah Bantuan DLHK Banyaknya
Responden Persentase
1 Ikut menentukan
4 50,0
2 Tidak ikut menentukan
4 50,0
Total 8
100,0 Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa sebanyak 4 responden 50,0 ikut
menentukan peletakan tong sampah bantuan DLHK dan 4 responden 50,0 tidak ikut menentukan dari total 8 responden yang pernah menghadiri rapat perencanaan
kegiatan. Hal ini menggambarkan responden cukup berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Pertimbangan pemilihan lokasi peletakan tong sampah adalah wilayah
yang berdekatan dengan sungai dan wilayah yang aksesibilitasnya bagus. Partisipasi masyarakat dalam menentukan keputusan mengenai peletakan tong
sampah menunjukkan adanya kepentingan masyarakat yang dipengaruhi oleh hasil keputusan. Lokasi tong sampah merupakan hal yang penting bagi masyarakat
mengingat dampak positif dan negatif yang dihasilkan dari keberadaan tong sampah. Untuk dampak positif misalnya kemudahan akses untuk membuang sampah bagi
masyarakat, sedangkan dampak negatif yang dihasilkan adalah bau tak sedap di sekitar tong sampah, pemandangan yang tidak bagus akibat tumpukan sampah, dan
penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri-bakteri sampah.
5.5.2 Partisipasi Responden dalam Pelaksanaan Kegiatan 5.5.2.1 Pemberian Bantuan terhadap Pelaksanaan Peletakan Bantuan
Tong Sampah
Pengadaan sarana dan prasarana dari DLHK dilakukan dengan diborongkan kepada sebuah kontraktor. Namun, ada sebagian warga yang turut serta memberikan
bantuan pada pelaksanaan kegiatan ini. Bantuan tersebut berupa konsumsi, uang, jasa, dan menggerakkan masyarakat yang ditunjukkan dalam Tabel 18.
Tabel 18. Partisipasi Responden dalam Pemberian Bantuan terhadap Pelaksanaan Peletakan Bantuan Tong Sampah
No Pemberian Bantuan terhadap Peletakan Bantuan
Tong Sampah Banyaknya
Responden Persentase
1 Konsumsi
4 13,3
2 Uang
3 10,0
3 Jasa
2 6,7
4 Menggerakkan Masyarakat
1 3,3
5 Konsumsi, Uang, dan Menggerakkan Masyarakat
1 3,3
6 Konsumsi, Jasa, dan Menggerakkan Masyarakat
1 3,3
7 Konsumsi, Jasa, Menggerakkan Masyarakat, dan
Lainnya 1
3,3 8
Jasa dan Menggerakkan Masyarakat 1
3,3 9
Tidak Memberikan Bantuan 16
53,3 Total
30 100,0
Responden yang tidak memberikan bantuan di kegiatan ini 53,3 mengatakan DLHK kurang melakukan sosialisasi dalam peletakan tong sampah
bantuan, sehingga banyak warga yang tidak mengetahui akan pelaksanaan kegiatan ini. Pada dasarnya masyarakat memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam
kegiatan. Namun akibat kurangnya komunikasi yang baik menyebabkan banyak masyarakat yang tidak berpartisipasi. Komunikasi yang baik sangat diperlukan dalam
menunjang keberhasilan sebuah kegiatan. Pemberian bantuan dalam peletakan tong sampah menunjukkan sikap
partisipasi masyarakat dalam kegiatan ini. Konsumsi disediakan oleh ibu-ibu rumah tangga pada saat pelaksanaan peletakan tong sampah. Uang diberikan secara sukarela
kepada para pekerja yang turut serta dalam peletakan tong sampah. Responden ada juga yang memberikan tenaganya atau jasa dalam pelaksanaan kegiatan dengan turut
serta membantu peletakan tong sampah. Sedangkan beberapa responden ada yang berpartisipasi dengan menggerakkan masyarakat di lingkungannya.
5.5.2.2 Pembuatan Lubang Resapan Biopori
Lubang Resapan Biopori merupakan sebuah teknologi baru dalam pengelolaan sampah. Berdasarkan terminologinya biopori bermakna pori berbentuk
liang terowongan-terowongan kecil di dalam tanah yang dibuat oleh akar tanaman dan fauna tanah Brata, 2007. Proses pembuatan lubang resapan biopori relatif
mudah, karena dapat dikerjakan sendiri oleh masyarakat dalam waktu 10 menit per lubangnya. Pembuatan lubang resapan biopori dapat meringankan jumlah sampah
yang harus diproses lebih lanjut, selain itu pembuatan lubang resapan biopori di kawasan pemukiman memiliki manfaat yaitu :
1. Memelihara biodiversitas tanah 2. Mengurangi emisi gas rumah kaca
3. Menyuburkan tanah 4. Menjadi tempat resapan air sehingga dapat mencegah genangan air dan
banjir.
Pembuatan lubang resapan biopori sudah sering dikampanyekan kepada masyarakat oleh pemerintah dan khususnya kepada warga di Kelurahan Babakan
Pasar. Sebagai wilayah bantaran sungai yang digunakan pemukiman, tentu diperlukan pembuatan lubang resapan biopori untuk memenuhi daerah resapan air. Diharapkan
tiap keluarga di Kelurahan Babakan Pasar dapat membuat lubang resapan biopori. Tabel 19 menunjukkan partisipasi responden dalam pembuatan lubang resapan
biopori.
Tabel 19. Partisipasi Responden dalam Pembuatan Lubang Resapan Biopori No
Pembuatan Lubang Resapan Biopori Banyaknya
Responden Persentase
1 Membuat lubang
3 10,0
2 Tidak membuat lubang
27 90,0
Total 30
100,0 Tabel 19 menunjukkan pada umumnya responden tidak membuat lubang
resapan biopori yaitu 27 responden 90. Hal ini terjadi karena banyaknya responden yang tidak mengerti bagaimana cara pembuatan lubang resapan biopori.
Sosialisasi dari pemerintah dirasakan kurang dan masih bersifat parsial sehingga banyak warga di Kelurahan Babakan Pasar yang tidak mengerti akan fungsi dan
pentingnya lubang resapan biopori.
5.5.2.3 Pengolahan Sampah Menjadi Barang Bernilai Ekonomis
Sampah tidak selamanya menjadi komoditas yang tidak memiliki nilai ekonomis. Apabila dilakukan pengolahan terhadap beberapa jenis sampah akan
didapatkan barang-barang bernilai ekonomis. Dalam kasus ini sampah rumah tangga dapat diolah menjadi pupuk kompos, kerajinan tangan, dan barang rumah tangga
lainnya. Pada Tabel 20 disajikan partisipasi responden dalam pengelolaan sampah menjadi barang bernilai ekonomis.
Tabel 20. Partisipasi Responden dalam Pengolahan Sampah Menjadi Barang Bernilai Ekonomis
No Pengolahan Sampah Menjadi Barang
Bernilai Ekonomis Banyaknya
Responden Persentase
1 Mengolah
1 3,3
2 Tidak mengolah
29 96,7
Total 30
100,0 Tabel 20 menunjukkan bahwa pada umumnya responden tidak melakukan
pengolahan sampah menjadi barang bernilai ekonomis yaitu sebanyak 29 responden 96,7. Hal ini terjadi karena responden tidak memiliki pengetahuan dan
kemampuan dalam mengolah sampah meskipun berdasarkan pengamatan lapangan sudah ada sosialisasi dari DLHK melalui papan-papan petunjuk dan poster mengenai
cara mengolah sampah menjadi kompos dan barang-barang ekonomis lainnya. Namun ada satu responden yang mengungkapkan mengolah sampahnya menjadi
kerajinan tangan seperti tas, sampul buku, dan asesoris.
5.5.3 Partisipasi Responden dalam Pemantauan dan Evaluasi
Rapat evaluasi sebagai forum untuk melihat apakah kegiatan yang sudah dilaksankan bermanfaat atau tidak, sampai sasaran atau tidak, dan efektif atau tidak.
Forum ini memfasilitasi masyarakat untuk menyampaikan hal-hal yang ditemui di lapangan yang berhubungan dengan kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana
Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Pada Tabel 21 dapat dilihat partisipasi responden dalam rapat pemantauan dan evaluasi.
Tabel 21. Jumlah Kehadiran Responden dalam Rapat Evaluasi No
Jumlah Kehadiran dalam Rapat Evaluasi
Banyaknya Responden
Persentase 1
Tidak Pernah Hadir 26
86,7 2
Hadir satu kali 0,0
3 Hadir dua kali
2 6,7
4 Hadir tiga kali
0,0 5
Hadir empat kali 0,0
6 Hadir lima kali
2 6,7
Total 30
100,0
Tabel 21 menunjukkan pada umumnya responden tidak pernah hadir dalam rapat evaluasi yaitu sebanyak 26 responden 86,7. Responden mengungkapkan
mereka tidak mengetahui adanya rapat evaluasi. Selain itu banyak dari mereka yang mengungkapkan tidak peduli akan hasil dari kegiatan tersebut, karena mereka
merasakan kegiatan ini hanya bersifat formalitas saja dan tidak adanya implementasi lebih lanjut dari pemerintah.
5.5.4 Partisipasi Responden dalam Pemanfaatan dan Pemeliharaan 5.5.4.1 Pemanfaatan Fasilitas Hasil Kegiatan
Pemanfaatan fasilitas hasil kegiatan oleh masyarakat merupakan salah satu tujuan dari kegiatan ini. Kegiatan ini akan dirasakan berhasil apabila masyarakat
dapat memanfaatkan fasilitas hasil kegiatan dengan menggunakannya. Fasilitas hasil kegiatan ini berupa tong sampah, gerobak sampah, dan TPS. Pada Tabel 22 dapat
dilihat bagaimana partisipasi responden dalam penggunaan fasilitas hasil kegiatan. Tabel 22. Partisipasi Responden dalam Pemanfaatan Fasilitas Hasil Kegiatan
No Pemanfaatan Fasilitas Hasil
Kegiatan Banyaknya
Responden Persentase
1 Menggunakan
22 73,3
2 Tidak Menggunakan
8 26,7
Total 30
100,0 Tabel 22 menunjukkan bahwa pada umumnya responden menggunakan
fasilitas hasil kegiatan yaitu sebanyak 22 responden 73,3. Responden mengungkapkan mereka merasakan manfaat dari kegiatan ini. Mereka menilai
lingkungan menjadi lebih bersih dan teratur sejak kegiatan ini dilaksanakan. Namun bagi responden yang tidak menggunakan fasilitas kegiatan mengungkapkan bahwa
fasilitas kegiatan banyak yang sudah tidak berfungsi lagi dengan baik. Padahal kegiatan ini baru saja dilaksanakan dalam beberapa bulan, sehingga mereka tidak
dapat menggunakan fasilitas hasil kegiatan.
5.5.4.2 Pemeliharaan Fasilitas Hasil Kegiatan
Fasilitas hasil kegiatan merupakan properti milik umum, sehingga dalam kesehariannya perlu pemeliharaan dari masyarakat agar fungsinya tetap berjalan
dengan baik. Pemeliharaan disini dengan cara membersihkan dan menjaga agar timbunan sampah tidak melebihi kapasitas. Pada Tabel 23 dapat dilihat bagaimana
partisipasi responden dalam pemeliharaan fasilitas hasil kegiatan.
Tabel 23. Partisipasi Responden dalam Pemeliharaan Fasilitas Hasil Kegiatan No
Pemeliharaan fasilitas Banyaknya
Responden Persentase
1 Selalu membersihkan setiap hari
0,0 2
Membersihkannya hanya apabila timbunan sampah sudah menumpuk
6 20,0
3 Tidak pernah membersihkannya sama
sekali 24
80,0 Total
30 100,0
Tabel 23 menunjukkan pada umumnya responden tidak pernah membersihkan fasilitas kegiatan sama sekali yaitu sebanyak 24 responden 80,0. Hal ini
menunjukkan bahwa responden kurang peduli terhadap kebersihan dan pemeliharaan fasilitas hasil kegiatan. Mereka hanya senang menggunakannya saja tanpa
berpartisipasi untuk membersihkannya.
5.5.4.3 Memilah Sampah Organik dan Anorganik
Sampah yang telah dibuang oleh masyarakat dapat menyisakan pekerjaan yang sulit bagi institusi pengelolaan sampah apabila tidak ditangani dengan baik.
Oleh sebab itu DLHK melalui kegiatannya memberikan bantuan tong sampah yang memisahkan sampah organik dan anorganik. Diharapkan masyarakat dapat
memanfaatkan tong sampah ini dengan memilah sampahnya menjadi organik dan anorganik sebelum membuangnya ke tempat pembuangan sampah dari DLHK. Pada
Tabel 24 dapat dilihat partisipasi responden dalam memilah sampah sebelum dibuang.
Tabel 24. Partisipasi Responden dalam Pemilahan Sampah Organik dan Anorganik No
Pemilahan Sampah Banyaknya
Responden Persentase
1 Memilah Sampah
0,0 2
Tidak Memilah Sampah 30
100,0 Total
30 100,0
Dari Tabel 24 dapat dilihat bahwa seluruh responden tidak melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik sebelum dibuang. Alasan yang banyak
dikemukakan oleh responden adalah repotnya memilah sampah organik dan anorganik sebelum dibuang, meskipun hampir di setiap lokasi tong sampah terdapat
papan petunjuk apa saja yang tergolong dalam sampah organik dan anorganik.
5.5.4.4 Partisipasi Responden dalam Menjaga Kebersihan Sungai Ciliwung
Salah satu tujuan dari kegiatan ini adalah menjaga kebersihan Sungai Ciliwung. Kebersihan Sungai Ciliwung sendiri ditentukan oleh perilaku masyarakat
bantaran Sungai Ciliwung dalam membuang sampahnya. Setelah dilaksanakannya kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan ini
diharapakan masyarakat tidak lagi membuang sampahnya ke sungai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 25 tentang partisipasi responden dalam menjaga
kebersihan Sungai Ciliwung.
Tabel 25. Partisipasi Responden dalam Menjaga Kebersihan Sungai Ciliwung No
Partisipasi Responden dalam Menjaga Kebersihan Sungai Ciliwung
Banyaknya Responden
Persentase 1
Selalu membuang sampah ke sungai
2 6,7
2 Kadang-kadang membuang sampah
ke sungai 10
33,3 3
Tidak pernah membuang sampah ke sungai
18 60,0
Total 30
100,0 Tabel 25 menunjukkan pada umumnya responden tidak pernah membuang
sampah ke sungai yaitu sebanyak 18 responden 60 setelah adanya kegiatan dari
DLHK. Responden mengungkapkan membuang sampah di sungai dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Selain itu juga timbunan sampah-sampah
tersebut dapat menyumbat saluran air dan menimbulkan banjir. Mereka sadar kebersihan lingkungan khususnya wilayah bantaran sungai merupakan tanggung
jawab mereka.
5.6 Tingkat Partisipasi Responden pada Kegiatan Pengadaan Sarana