Konsumsi Beras Dugaan Model Ekonometrika

79 sebaliknya jika terjadi penurunan luas areal panen padi satu hektar, maka produktivitas padi akan berkurang sebesar 5,71E-05 ton per hektar, cateris paribus . Variabel lag upah tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap produktivitas dengan nilai koefisien sebesar -4,21E-04. Apabila lag upah tenaga kerja meningkat satu rupiah, maka produktivitas padi akan berkurang sebesar 4,21E-04 ton per hektar. Jika lag upah tenaga kerja turun satu rupiah, maka produktivitas padi akan meningkat sebesar 4,21E-04 ton per hektar, cateris paribus. Nilai koefisien variabel lag penggunaan pupuk urea yang diperoleh dari hasil analisis sebesar 7,59E-03. Varibel tersebut berpengaruh positif terhadap produktivitas. Jika lag penggunaan pupuk urea ditingkatkan satu Kg per hektar, maka produktivitas akan meningkat sebesar 7,59E-03 ton per hektar, apabila lag penggunaan pupuk urea dikurangi satu Kg per hektar, maka produktivitas padi akan berkurang sebesar 7,59E-03 ton per hektar, cateris paribus. Peningkatan ini dalam arti bahwa tingkat penggunaan pupuk di daerah tersebut belum optimal. Sehingga penambahan penggunaan pupuk terhadap tanaman padi, akan meningkatkan produktivitas padi. Nilai koefisien trend waktu yang dihasilkan dari analisis adalah 0,17 dan berpengaruh nyata pada taraf 0,20. Artinya bahwa terdapat pengaruh positif perkembangan teknologi yang diwakili oleh variabel trend waktu.

6.2.3. Konsumsi Beras

Konsumsi beras di Kabupaten Siak dipengaruhi oleh PDRB, jumlah penduduk, harga beras dan harga jagung sebagai komoditi substitusi pangan. Nilai koefisien determinasi R-square dari model konsumsi beras adalah sebesar 0,9634, 80 artinya 96,34 konsumsi beras dapat diterangkan oleh keragaman variabel- variabel eksogen dalam model yakni harga riil beras, jumlah penduduk, PDRB dan harga jagung. Sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat di dalam model. Dengan menggunakan uji statistik F diperoleh bahwa variabel eksogen secara bersama-sama berpengaruh terhadap konsumsi beras Kabupaten Siak sebesar pada taraf nyata 0,05. Hasil analisis persamaan menunjukkan variabel harga beras berpengaruh negatif tehadap konsumsi beras. Koefisen estimasi variabel harga eceran beras adalah sebesar -28,63. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi harga beras, maka konsumsi terhadap beras akan menurun. Jika harga eceran besar naik satu rupiah, maka konsumsi beras akan turun sebesar 28,63 ton dalam satu tahun dan jika harga beras turun satu rupiah maka konsumsi beras akan meningkat sebesar 28,63 ton dalam satu tahun, cateris paribus. Akan tetapi pengaruhnya tidak nyata secara statistik. Artinya dapat dilihat kondisi di lapangan bahwa berapa pun harga beras, karena beras merupakan bahan pangan pokok, maka penduduk akan berusaha untuk memenuhinya. Variabel harga jagung menunjukkan tanda koefisien positif terhadap konsumsi beras sebesar 18,54. Dengan hasil ini maka keputusan yang diambil adalah kenaikan harga jagung akan mengurangi konsumsi terhadap jagung dan akan meningkatkan konsumsi terhadap beras. Artinya apabila harga jagung meningkat satu rupiah, maka konsumsi jagung akan berkurang dan beralih ke konsumsi beras sehingga konsumsi beras akan meningkat sebesar 18,54 ton dalam satu tahun. Begitu pula sebaliknya jika terjadi penurunan harga jagung sebesar satu rupiah, maka konsumsi beras meningkat sebesar 18,54 ton dalam satu tahun, 81 cateris paribus . Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa variabel harga jagung tidak berpengaruh secara nyata. Hal ini sesuai dengan keadaan di lapangan bahwa persepsi masyarakat terhadap bahan pangan beras masih sangat kuat, sehingga konsumsi terhadap bahan pangan selain beras jagung masih sangat rendah. Variabel PDRB menurut hasil analisis juga menunjukkan pengaruh yang positif terhadap konsumsi beras di Kabupaten Siak. Artinya semakin tinggi pendapatan maka konsumsi terhadap beras semakin meningkat, sebaliknya jika pendapatan turun, maka konsumsi terhadap beras juga akan turun. Nilai koefisien variabel PDRB yang diperoleh dari hasil analisis sebesar 1,32E-03 artinya jika pendapatan naik sebesar satu juta rupiah, maka konsumsi beras naik sebesar 1,32E-03 ton dalam satu tahun dan jika terjadi penurunan pendapatan sebesar satu juta rupiah, maka konsumsi terhadap beras akan berkurang sebesar 1,32E-03 ton dalam satu tahun, cateris paribus. Akan tetapi pengaruh tersebut tidak signifikan secara statistik maka dapat diambil kesimpulan bahwa beras yang merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Kabupaten Siak khususnya dan Indonesia pada umumnya, sehingga pengaruh pendapatan seseorang tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi beras yang merupakan bahan pangan pokok, bahkan cenderung tetap. Salah satu variabel yang cukup signifikan mempengaruhi konsumsi beras di Kabupaten Siak adalah jumlah penduduk. Hasil analisis menunjukkan pengaruh positif terhadap konsumsi beras, yang berarti bahwa semakin tinggi jumlah penduduk, maka konsumsi terhadap beras semakin meningkat. Koefisien variabel jumlah penduduk sebesar 0,11. Artinya jika terjadi jumlah penduduk di 82 Kabupaten Siak bertambah satu jiwa, maka konsumsi terhadap beras akan meningkat sebesar 0,11 ton dalam satu tahun, sebaliknya jika jumlah penduduk berkurang satu jiwa, maka konsumsi beras akan turun sebesar 0,11 ton dalam satu tahun, cateris paribus. Dengan demikian, secara umum konsumsi beras di Kabupaten Siak sangat ditentukan oleh jumlah penduduk dan tidak terpengaruh terhadap perkembangan harga beras, harga jagung sebagai komoditi substitusi dan PDRB. Hasil estimasi parameter konsumsi beras di Kabupaten Siak dapat disajikan pada Persamaan 6.3 berikut. t KB = 62132,72 - 28,63 t HB - 18,54 t HJGG + 0,11 t PDD + 0,04 1,32E-03 t PDRB ................................................................6.3 R-square = 96,34, Adj-R square = 91,45 dan Prob F-statistik = 0,02 Keterangan: t KB : Konsumsi beras di Kabupaten Siak tahun ke t ton t HB : Harga riil beras tahun ke t RpKg t PDRB : PDRB tahun ke t Rptahun t PDD : Jumlah penduduk tahun ke t jiwa t HJGG : Harga jagung tahun ke t RpKg

6.2.4. Harga Eceran Beras