Peran Beras dalam Ketahanan Pangan Kebijakan Beras

2.2. Peran Beras dalam Ketahanan Pangan

Beras merupakan komoditas pangan yang dijadikan makan pokok bagi bangsa Asia, khususnya Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, Jepang dan Myanmar. Beras adalah hasil olahan dari produk pertanian yang berasal dari padi. Menurut Khimaidi 1997 makanan pokok adalah makanan yang dalam sehari- hari, mengambil porsi terbesar dalam hidangan dan merupakan sumber energi terbesar. Sedangkan pangan pokok utama adalah pangan yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk serta dalam situasi normal tidak dapat diganti oleh jenis komoditas lain. Menurut Suryana dan Mardianto 2001 beras mempunyai peran yang strategis dalam memantapkan ketahanan pangan, ketahanan ekonomi dan ketahanan atau stabilitas politik nasional. Beras memiliki karakteristik menarik antara lain: 1 90 produksi dan konsumsi beras dilakukan di Asia; 2 pasar beras dunia sangat rendah, yaitu hanya 4-5 dari total produksi, berbeda dengan komoditi tanaman pangan lainnya seperti gandum, jagung dan kedelai yang masing-masing mencapai 20, 15, dan 30 dari total produksi; 3 harga beras sangat tidak stabil dibanding dengan produk lainnya; 4 80 perdagangan beras dunia dikuasai oleh enam negara, yaitu Thailand, Amerika Serikat, Vietnam, Pakistan, Cina dan Myanmar; 5 struktur pasar oligopolistik; 6 Indonesia merupakan negara net importir sejak tahun1998; dan 7 sebagian besar negara di Asia, umumnya beras diperlakukan sebagai wage goods dan political goods. Oleh karena itu, peran beras dalam pemenuhan kebutuhan pangan sangat besar. 14

2.3. Kebijakan Beras

Kebijakan dapat digunakan sebagai suatu peraturan yang telah dirumuskan dan disetujui untuk dilaksanakan guna mempengaruhi suatu keadaan yang terjadi pada masyarakat umum. Menurut Sanim dalam Situmorang 2005 kebijakan adalah campur tangan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mempengaruhi secara sektoral magnitude dari suatu aktivitas yang dilakukan masyarakat. Secara umum kebijakan ekonomi dapat dibedakan kedalam dua kategori yaitu kebijakan pada tingkat makro dan tingkat mikro. Kebijakan pada tingkat makro meliputi kebijakan fiskal dan moneter yang diarahkan untuk menciptakan kondisi kondusif untuk menumbuhkembangkan produksi pangan, kelancaran distribusi dan meningkatkan akses dan kemampuan masyarakat untuk memperoleh pangan yang cukup sesuai kebutuhannya. Sedangkan pada tingkat mikro, diarahkan untuk mewujudkan produktivitas usaha, efisiensi, pemerataan pendapatan, dan peningkatan daya saing Sudaryanto, et al. 2000. Kebijakan nasional pemerintah yang paling menonjol pada pemasaran beras di Indonesia dimulai sejak tahun 196869 adalah kebijakan harga, stabilitas harga dalam negeri dan perdagangan Darmanto dalam Suryana dan Mardianto, 2001. Sebagai instrumen kebijakan harga adalah penetapan harga dasar dengan tujuan meningkatkan produksi beras dan pendapatan petani melalui pemberian jaminan harga yang wajar dan penetapan batasan harga eceran tertinggi dengan tujuan memberikan perlindungan kepada konsumen. Agar pelaksanaan tersebut berjalan efektif, pemerintah menunjang dengan sistem pengelolaan stok beras nasional melalui Badan Urusan Logistik Bulog di tingkat nasional dan Depot Logistik Dolog untuk tingkat propinsi. 15 Akan tetapi, penetapan kebijakan harga dasar gabah memiliki keterbatasan pada kemampuan anggaran pemerintah dan hanya membuat kredibilitas pemerintah semakin menurun Bahri dalam Suryana et. al 2001. Karena perubahan secara drastis mungkin akan membuat gejolak, maka diperlukan kebijakan transisi dalam bentuk kebijakan Harga Pembelian Pemerintah HPP. Melalui kebijakan ini pemerintah melakukan pembelian pada masa panen raya dengan jumlah yang ditentukan pada tingkat harga pasar. Kebijakan ini tidak distortif karena sifatnya hanya menambah permintaan sehingga pada tingkat harga pasar, petani telah memperoleh keuntungan yang memadai. Selain kebijakan di atas, beberapa kebijakan beras nasional lainnya adalah kebijakan produksi yang bertujuan untuk mencukupi kebutuhan beras dalam negeri melalui intensifikasi dan ekstensifikasi, kebijakan impor bertujuan untuk menekan dan mengurangi tingkat ketergantungan impor beras Indonesia yang diimplementasikan melalui dua instrumen pokok yaitu hambatan tarif dan nontarif quota tarif, dan kebijakan distribusi yang diperlukan untuk menjaga ketahan pangan setiap daerah. Kabupaten Siak juga menerapkan beberapa kebijakan beras yakni kebijakan peningkatan produksi melalui perluasan lahan pertanian, pemberian modal kepada petani berupa modal bibit unggul dan modal pupuk. Untuk mendukung stabilitas harga beras, kebijakan yang dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Daerah BUMD yang sedang berjalan satu tahun ini adalah kegiatan dalam bentuk Permodalan Rakyat Siak Persi dengan menampung pembelian gabah di tingkat petani kilang-kilang padi yang ada di daerah-daerah pusat pertanian padi. Selain itu, dalam jangka panjang untuk meningkatkan produksi padi, 16 meningkatkan intensitas penanaman dari satu kali penanaman menjadi dua kali penanaman dan yang dua kali penanaman menjadi tiga kali penanaman melalui pembangunan sarana dan prasarana irigasi untuk mendukung ketersediaan air Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Siak, 2008.

2.4. Hasil Penelitian Terdahulu