11. Deparafinisasi : -
perendaman gelas obyek dalam xylol I selama 2 menit. - perendaman dalam xylol II selama 2 menit.
Setelah proses pewarnaan selesai preparat direkatkan dengan cover glass dengan menggunakan Permount®, lalu diberi label.
3.5. Parameter Pengamatan Histopatologi dan Evaluasi Data
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui tingkat perubahan komponen- komponen penyusun organ hati bila dibandingkan dengan sampel kontrol.
Evaluasi histopat menggunakan metode scoring. Setiap sampel organ diamati sebanyak sepuluh lapang pandang, dari setiap lapang pandang akan diberikan skor
tergantung seberapa besar perubahan yang terjadi. Skor yang diberikan terdapat pada rentang 0-3, kriteria untuk masing-masing skor tersebut yaitu:
- skor 0 : sel parenkim hati sel Hepatosit tersusun radial,
vena centralis normal, segitiga Kiernan normal. pembesaran 40x. normal
- skor 1 : sel parenkim hati tidak beraturan terjadi oedema,
dilatasi vena centralis.perbesaran 40x. Lesio sangat ringan
- skor 2: hiperemi, kongesti, degenerasi berbutir-degenerasi
lemak. perbesaran 40x. Lesio ringan - skor 3 :
nekrosa sel parenkim hati berupa inti piknosis, inti pereksis, inti lisis. perbesaran 40x. Lesio berat
Semakin besar rataan skor yang diperoleh dalam satu preparat dengan 10 lapang pandang mengindikasikan terjadinya perubahan yang makin besar.
Berdasarkan skor tersebut dapat dilihat kelompok mana yang memberikan efek minimal sampai yang maksimal sehingga kesimpulan tentang perubahan yang
terjadi bisa didapat. Pengamatan histopatologi menggunakan mikroskop Olympus BH-1 Japan.
Data yang akan diolah meliputi data bobot badan perlakuan per minggu dan skor histopatologi organ perlakuan dibandingkan dengan data organ kontrol,
juga antar kelompok perlakuan. Setelah itu pengujian dilakukan dengan Uji Sidik
Ragam ANOVA yang kemudian dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan untuk melihat ada tidaknya perbedaan secara nyata p0.5.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Evaluasi dataPerforman Ayam
Dari hasil penelitian didapatkan rataan bobot badan ayam pada masing-masing kelompok perlakuan, data tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel
2 pemberian ekstrak tanaman obat pada minggu pertama memberikan gambaran bobot badan ayam broiler yang tidak berbeda nyata antar perlakuan p0.05,
tetapi berbeda nyata dengan kontrol p0.05. Ekstrak tanaman obat yang memiliki efek paling baik terhadap bobot badan pada minggu tersebut adalah
temu ireng. Tabel 2 Rataan bobot badan ayam gram yang diberikan ekstrak tanaman obat
dari minggu ke-1 sampai dengan minggu ke-4
Perlakuan P
Perlakuan Bobot badan gram
Minggu-1 Minggu-2
Minggu-3 Minggu-4
1 Adas
134.40
a
448.75
a
776.8
ab
1143.2
ab
2
Temu ireng
141.90
a
496.83
a
871.50
a
1252.2
a
3 Sirih merah
134.56
a
456.45
a
760.38
ab
1113.7
abc
4 Sambiloto
125.18
ab
452.68
a
734.95
ab
1099.18
abc
5 Adas + temu ireng +
sirih merah + sambiloto 128.78
ab
437.33
a
837.55
ab
1092.75
bc
6 Adas + temu ireng +
sirih merah 128.58
ab
461.33
a
775.18
abc
1132.7
abc
7 Adas + temu ireng +
sambiloto 126.80
ab
423.95
a
695.18
cd
1013.6
bc
8 Temu ireng + sirih
merah + sambiloto 133.53
ab
484.63
a
850.63
ab
1228.5
ab
9 Adas + sirih merah +
sambiloto 121.88
ab
419.18
a
754.7
abc
1110.2
abc
10 Kontrol aquadestilata
109.78
b
351.33
b
653.80
d
962.68
d
Ket: Angka yang diikuti huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata p0.05
28