Pemeriksaan Heteroskedastisitas Pemeriksaan Autokorelasi Multikolinieritas

artinya setiap error term mempunyai varian sama atau mempunyai penyebaran yang sama homoskedastis 1. Pemeriksaan Kenormalan Pemeriksaan kenormalan bertujuan untuk melihat distribusi dari error term. Untuk mendeteksi normalitas, dapat dilakukan dengan melihat penyebaran error term pada sumbu diagonal grafik. Jika error term menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dalam hal ini dapat digunakan plot persentil-persentil P-P plot.

2. Pemeriksaan Heteroskedastisitas

Varian dari error term adalah konstan. Pelanggaran terhadap asumsi homoskedastisitas disebut dengan heteroskedastis. Asumsi ini diuji dengan membuat sketergram antara residual kuadrat dengan nilai prediksi variabel dependen. Jika sebaran data tidak membentuk suatu pola, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas Gujarati, 2003.

3. Pemeriksaan Autokorelasi

Dalam analisis deret waktu, observasi sebelumnya dapat berkorelasi dengan observasi sesudahnya. Hal ini terutama terjadi pada data bulanan, triwulanan, kwartalan, tahunan dan sebagainya. Pendeteksian autokorelasi dapat dilakukan dengan statistik d Durbin-Watson sebagai berikut: - Hipotesis Ho: Tidak ada autokorelasi H 1 : Ada autokorelasi - Statistik uji: 2 1 1 2 1 n t t t n t t e e d e − = = − = ∑ ∑ - Syarat keputusan 1 d d L : menolak Ho, berarti ada autokorelasi positif. 2 d 4-d L : menolak Ho, berarti ada autokorelasi negatif. 3 d U d 4-d U : menerima Ho. 4 d L d d U : pengujian tidak meyakinkan 5 4-d L d 4-d U : pengujian tidak meyakinkan dengan d L dan d U masing-masing merupakan batas bawah dan batas atas pada tabel Durbin-Watson.

4. Multikolinieritas

Asumsi yang harus dipenuhi lainnya adalah tidak adanya kolinieritas atau korelasi antara variabel independennya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas, dengan melihat nilai tolerance 0,1 10 dan nilai VIF 10, maka data tidak mengalami multikolinieritas.

IV. GAMBARAN UMUM

4.1. Kekayaan Wealth Rumah Tangga

Kekayaan wealth rumah tangga dapat berupa tabungan dalam bentuk uang dan aset fisik. Tabungan rumah tangga bukan hanya sebagai sisa atau selisih antara pendapatan dan pengeluaran rumah tangga serta dalam bentuk uang, tetapi bisa dalam bentuk aset fisik, misalnya bangunan tempat tinggal, lahan, alat produksi, atau perhiasan. Tabel 4.1. Kekayaan wealth rumah tangga di DKI Jakarta, 2010 Jenis Kekayaan Nilai ribu rupiah Persentase Tabungan 4.587.740 86,51 Bangunan tempat tinggal 332.215 6,26 Bangunan fasilitas tempat tinggal 121.800 2,30 Lahan bangunan tempat tinggal 17.000 0,32 Emas batangan 45.275 0,85 Alat produksi 199.110 3,75 Jumlah 5.303.140 100,00 Sumber: data primer diolah Tabungan dalam bentuk uang selama setahun sebesar 4,6 miliar atau 86,51 persen dari total kekayaan rumah tangga. Penambahan aset fisik selama setahun sebesar 715 juta atau sekitar 13,49 persen dari total kekayaan rumah tangga. Bangunan tempat tinggal sebesar 332 juta rupiah 6,26 persen, alat produksi sebesar 199 juta 3,75 persen, bangunan fasilitas tempat tinggal sebesar 122 juta 2,30 persen, emas batangan sebesar 45 juta 0,85 persen dan lahan bangunan sebesar 17 juta 0,32 persen. Penambahan alat produksi terdiri dari penambahan alat angkutankendaraan bermotor, bangunan bukan tempat tinggal, lahan untuk usaha, komputerTI dan lainnya.