61
sebanyak 34,78. Alat tangkap pancing menangkap jenis ikan dengan trofik level 2 sebanyak 17,39, pada trofik level 3 sebanyak 34,78, pada trofik level 4
sebanyak 8,70 dan pada trofik level 5 sebanyak 39,13. Alat tangkap payang dan jaring insang banyak menangkap jenis ikan dengan trofik level 3 42,31 dan
39,13 yaitu omnivora yang cenderung pemakan hewan zooplankton, sedangkan alat tangkap payang banyak menangkap jenis ikan dengan trofik level
5 39,13 yaitu carnivora yang menyukai ikan dan cephalopoda. Alat tangkap payang, jaring insang, dan pancing sedikit menangkap jenis ikan dengan trofik
level 4 7,69 dan 8,70 yaitu carnivora yang menyukai decapoda dan ikan Gambar 32.
Gambar 32 Komposisi trofik level hasil tangkapan setiap jenis alat tangkap di Bojonegara.
.
5.2 Pembahasan
Selama penelitian yang dilakukan pada bulan Maret – Mei 2010, terdapat 5
alat tangkap yang digunakan di Bojonegara yaitu payang, payang ampera, payang bondet, jaring koped jaring insang dan pancing. Hasil tangkapan utama dari
masing-masing alat tangkap tersebut adalah ikan teri nasi Stolephorus commersonnii, lemuru Sardinella longiceps, belanak Valamugil speigleri,
kembung lelaki Rastrelliger kanagurta dan tenggiri Scomberomorus commerson.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
payang jaring insang
pancing TL
TL5 TL4
62
Dari hasil pengukuran panjang total ikan hasil tangkapan utama, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar panjang dan berat rata-rata ikan hasil
tangkapan utama pada bulan Mei lebih besar dibandingkan pada bulan Maret Tabel 15.
Tabel 15 Hasil pengukuran rataan dan standar deviasi panjang dan berat ikan hasil tangkapan utama di Bojonegara
No. Jenis ikan
Panjang cm Berat gram
Keterangan 1.
Teri nasi 3,5 ± 0,2
- Payang Maret
3,5 ± 0,2 -
Payang Mei 2.
Lemuru 16,4 ± 0,5
36 ± 9,7 Payang ampera Maret 16,7 ± 0,4
51,5 ± 4,1 Payang ampera Mei 3.
Belanak 17,5 ± 1,2
61 ± 12 Payang bondet Maret 17,9 ± 0,8
65 ± 9,7 Payang bondet Mei 4.
Kembung lelaki 18,1 ± 0,6
52 ± 6,3 Jaring insang Maret 18,3 ± 0,8
62 ± 9,2 Jaring insang Mei 5.
Tenggiri 55,9 ± 7,8 1090 ± 249,2 Pancing Maret
56,3 ± 4,6 1081 ± 208,8 Pancing Mei
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dengan menghitung indeks keragaman Shannon-Wiener berdasarkan berat hasil tangkapan. Indeks ini
menggambarkan keragaman ikan di lingkungan. Pada penelitian Silvano dan Begossi 2001, penelitian juga dilakukan dengan menghitung indeks keragaman
Shannon-Wiener berdasarkan berat hasil tangkapan karena parameter tersebut lebih relevan untuk nelayan. Pada penelitian ini indeks keragaman ikan hasil
tangkapan di lingkungan berdasarkan musim. Indeks keragaman pada musim gugur yaitu 3,01, pada musim dingin yaitu 2,63, pada musim semi yaitu 2,65 dan
pada musim panas yaitu 1,93. Dari hasil penelitian Silvano dan Begossi di sungai Piracicaba Brazil 2001 didapatkan hasil indeks keragaman yang lebih rendah
dibandingkan indeks keragaman produksi perikanan tangkap di kabupaten Serang yaitu 3,34 pada tahun 2005 dan 3,49 pada tahun 2007 dan 2008.
63
Ikan kembung merupakan ikan yang paling banyak ditangkap oleh semua alat tangkap yang digunakan di Bojonegara. Ikan kembung juga merupakan ikan
dengan produksi tertinggi di Kabupaten Serang DKP Kabupaten Serang, 2009. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa hasil tangkapan dominan
yang didaratkan di Bojonegara adalah ikan pelagis. Menurut DKP Kabupaten Serang 2009, kelompok ikan pelagis menjadi kelompok dominan dan penting
dalam produksi perikanan Kabupaten Serang. Hampir 60 produksi perikanan berasal dari kelompok ikan pelagis terutama ikan pelagis kecil, sehingga
kelompok ikan pelagis kecil menjadi penting dan mendapat perhatian khusus untuk dapat dijaga kelestariannya.
Model regresi linear antara panjang dan berat ikan lemuru hasil tangkapan utama payang ampera pada bulan Maret 2010 yaitu ln W = -10,605 + 5,0617 ln L
atau y = -10,605 + 5,0617x R² = 29,84. Model ini hanya berlaku untuk kisaran panjang 15,5
– 17,5 cm. Untuk jenis ikan lemuru pada bulan Mei 2010 mempunyai model regresi linear antara panjang dan berat yaitu ln W = -4,0652 +
2,842 ln L atau y = -4,0652 + 2,842 R² = 88,01 berlaku untuk kisaran panjang 16,0
– 17,7 cm. Hasil tangkapan utama payang bondet pada ikan belanak mempunyai model regresi linear antara panjang dan berat yaitu ln W = -2,0294 +
2,1394 ln L atau y = -2,0294 + 2,1394x R² =58,94 berlaku untuk kisaran panjang 16,0
– 19,5 cm, sedangkan pada bulan Mei 2010 ikan belanak mempunyai model regresi linear antara panjang dan berat yaitu ln W = -0,394 +
1,5813 ln L atau y = -0,394 + 1,5813x R² = 23,31 untuk kisaran panjang 16,6 – 19,0 cm. Ikan kembung lelaki hasil tangkapan utama jaring insang pada bulan
Maret 2010 mempunyai model regresi linear antara panjang dan berat yaitu ln W = -3,3287 + 2,512 ln L atau y = -3,3287 + 2,512x R² = 55,69 dan berlaku
untuk kisaran panjang 16,5 – 18,5 cm. Untuk jenis ikan kembung lelaki pada
bulan Mei mempunyai model regresi linear antara panjang dan berat yaitu ln W = -42775 + 2,8881 ln L atau y = -42775 + 2,8881x R² = 74,11. Model ini hanya
berlaku untuk kisaran panjang 16,7 – 19,0 cm. Hasil tangkapan utama pancing
pada ikan tenggiri, model regresi linear antara panjang dan berat pada bulan Maret 2010 adalah ln W = 0,3541 + 1,6474 ln L atau y = 0,3541 + 1,6474x R² =
84,54 untuk kisaran panjang 46 – 74 cm. Pada ikan tenggiri di bulan Mei
64
2010, model regresi linear antara panjang dan berat hasil tangkapan utama pancing pada bulan Mei 2010 adalah ln W = 0,7001 + 1,5566 ln L atau y = 0,7001
+ 1,5566x R² = 49,9. Model ini hanya berlaku untuk kisaran panjang 46 – 74
cm. Hasil penelitian Binohlan Crispina 1991 vide Pauly et al 1996 di
Calicut India menunjukkan hubungan linear panjang dan berat populasi ikan lemuru dengan model y = 0,0135 + 2,926x L = 6,5
– 24 cm. Hubungan linear panjang dan berat populasi ikan belanak pada penelitian Binohlan Crispina
2005 Pauly et al. 1996 di perairan bagian barat Indonesia mempunyai model y = 0,0502 + 2,528x. Untuk jenis ikan kembung lelaki pada penelitian Binohlan
Crispina B 1991 vide Pauly et al. 1996 di perairan bagian barat Indonesia menunjukkan hubungan linear panjang dan berat populasi ikan kembung lelaki
dengan model y = 0,0061 + 3,174x. Model ini berlaku untuk kisaran L = 5,0 –
26,5 cm. Hasil penelitian Binohlan Crispina 1996 vide Pauly et al 1996 pada ikan tenggiri di perairan bagian barat Indonesia menunjukkan hubungan
linear panjang dan berat populasi ikan tenggiri dengan model y = 0,0057 + 3,125x berlaku untuk kisaran L = 14
– 106 cm. Sebagian besar hasil tangkapan utama nelayan berada di bawah ukuran
standar tangkap menurut indikator length at first at maturity Lm sehingga dalam jangka panjang berpotensi mengganggu keberlanjutan sumberdaya ikan di lokasi
studi. Menurut Saputra, 2009, ukuran pertama kali ikan matang gonad penting diketahui karena dengan mengetahui nilai Lm maka dapat digunakan untuk
menyusun suatu konsep pengelolaan lingkungan perairan. Banyaknya hasil tangkapan ikan yang tertangkap pada TL5 dan TL3
menyebabkan struktur trofik level hasil tangkapan menjadi tidak seimbang Gambar 33a dan 33b.
65
Gambar 33a Ilustrasi struktur trofik level seimbang alamiah.
Pada ekosistem produktif dunia dan khususnya ekosistem upwelling, trofik level peralihan ditempati oleh sedikit ikan kecil, ikan pelagis pemakan plankton
dan komponen populasi yang secara besar-besaran dieksploitasi terus-menerus dan sangat melimpah. Ikan pelagis kecil berperan penting dalam menentukan
keseimbangan energi di dalam ekosistem perairan yang menyebabkan upwelling dan ini dikenal dengan istilah kontrol wasp-waist. Penurunan mangsa-mangsa
dominan dapat menimbulkan perubahan drastis pada bagian trofik level yang lebih tinggi carnivora, tetapi juga terjadi perubahan keseimbangan pada bagian
trofik level yang lebih rendah Cury et al., 2000.
Omnivora yang cenderung pemakan hewan zooplankton
Carnivora yang cenderung pemakan ikan dan cephalopoda
Carnivora yang menyukai decapoda dan ikan
Omnivora yang cenderung pemakan
tumbuhan
Fitoplakton
66
Gambar 33b Ilustrasi struktur trofik level hasil tangkapan di lokasi studi.
Kelimpahan ikan mangsa prey atau ikan-ikan pelagis kecil tergantung pada lingkungan dan kontrol baik kelimpahan predator maupun produsen utama.
Penurunan kelimpahan ikan mangsa secara negatif dipengaruhi kelimpahan predator. Penurunan yang sama dalam kelimpahan ikan mangsa mengurangi
predasi proses memakan zooplankton sehingga ketersediaan zooplankton semakin melimpah. Populasi zooplankton yang besar meningkatkan penguraian
dan mengurangi kelimpahan fitoplankton Sinclair Valdimarsson, 1988. Dari gambaran di atas terlihat bahwa kegiatan penangkapan ikan yang
cenderung lebih mengeksploitasi ikan pelagis kecil seperti kasus di Serang berpotensi merusak keseimbangan ekosistem jaring makanan .
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan