Latar Belakang Trofik level hasil tangkapan berdasarkan alat tangkap yang digunakan nelayan di Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perikanan tangkap adalah suatu upayakegiatan yang menyangkut pengusahaan suatu sumberdaya di laut atau melalui perairan umum melalui cara penangkapan baik secara komersial atau tidak. Kegiatan ini meliputi penyediaan prasarana, sarana, kegiatan penangkapan, penanganan hasil tangkapan, pengolahan serta pemasaran hasil Nurhakim, 2006. Penangkapan ikan memiliki dampak langsung dan tidak langsung pada pantai dan ekosistem pesisir. Dampak ini diidentifikasi pada skala waktu dan level yang berbeda pada populasi, komunitas dan ekosistem. Saat ini ekosistem laut telah mengalami penurunan kondisi alaminya, baik keragaman spesies maupun biomassanya Jackson et al., 2001 vide Stergiou et al., 2007. Pengelolaan sumberdaya perikanan adalah suatu tindakan melalui pembuatan peraturan yang didasari oleh kajian ilmiah yang kemudian dalam pelaksanaannya diikuti oleh kegiatan monitoring, controlling dan surveilance dengan tujuan akhirnya adalah suatu kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungannya serta memberikan keuntungan secara ekonomi dan biologi. Arti pengelolaan mencakup pengembangan dan pengendalian, dimana acuan yang dianut dalam pelaksanaannya adalah konsep perikanan yang bertanggung jawab Nurhakim, 2006. Pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan merupakan salah satu implementasi dari perikanan bertanggung jawab. Pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan merupakan istilah yang digunakan dalam kerangka menggabungkan dua prinsip yang berbeda yaitu pengelolaan perikanan konvensional dan pengelolaan berbasis ekosistem. Pengelolaan berbasis ekosistem lebih terfokus kepada pengelolaan untuk kelestarian ekosistem yang ada sedangkan pengelolaan perikanan secara konvensional lebih terfokus kepada kegiatan perikanan dan sumberdaya target untuk bidang ekonomi dan kebutuhan pangan FAO, 2005. 2 Pada dasarnya trofik level adalah posisi suatu organisme dalam jaring makanan Froese Pauly, 2000. Konsep trofik level telah membuka topik baru untuk penelitian ekologi laut, seperti: 1 Perbandingan berbagai ekosistem berdasarkan distribusi frekuensi trofik level spesies tertentu Froese et al., 2005 vide Stergiou et al., 2007. 2 Hubungan antara trofik level dengan variabel biologi lainnya dengan ukuran tertentu, misalnya variabel biologi antar spesies Froese Pauly, 2000. Selektivitas alat, baik dalam ukuran alat dan spesies tangkapan dibedakan sesuai dengan tipe alat, mulai dari yang tidak selektif hingga paling selektif. Sebagai contoh, trawl, purse seine dan pukat pantai relatif tidak selektif pada spesies dan ukuran Millar Fryer, 1999 vide Stergiou et al., 2007. Selain itu, teknologi dan mesin penangkapan modern saat ini membantu nelayan dalam mengakses semua habitat sumberdaya ikan, yang sering dibedakan pada selang trofik level yang berbeda Stergiou Karpouzi, 2002 vide Stergiou et al., 2007. Oleh karena itu, menjadi pertanyaan penting apakah spesies ikan yang ditangkap pada trofik level berhubungan dengan jenis alat tangkap yang digunakan, sehingga dampak penggunaan alat tersebut terhadap ekosistem dapat dianalisis. Selama ini penelitian tentang hubungan antara kegiatan penangkapan ikan dan dampaknya terhadap ekosistem telah dilakukan, walaupun masih sangat terbatas, contoh penelitiannya, yaitu tentang kajian kerusakan ekosistem terumbu karang akibat penangkapan ikan hias dan pengambilan bunga karang di Kelurahan Pulau Panggang Kepulauan Pulau Seribu, Jakarta Utara Mahaza, 2003 serta penelitian tentang pendekatan ekosistem untuk pengelolaan perikanan karang di Pulau Weh, Nangroe Aceh Darussalam Yulianto, 2010. Namun penelitian- penelitian tersebut belum menganalisis potensi dampak kegiatan alat tangkap terhadap jaring makanan trofik level. Berdasarkan demikian tersebut, maka penelitian ini penting untuk dilakukan dalam kerangka mewujudkan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. 3

1.2 Tujuan