mempengaruhi keabsahan akad, karena akad ini adalah akad hibah. Dan gharar dalam akad hibah dibolehkan serta tidak termasuk judi. Berbeda
dengan asuransi komersial, akad yang terjadi adalah akad tukar-menukar.
3. Akad Dalam Asuransi Syariah
Akad dalam asuransi syariah ada tiga :
12
a. Musyarakah. Akad antara sesama para pemegang polis asuransi syariah.
b. Wakalah. Akad antara perusahaan yang ditunjuk untuk mengelola dana yang
terhimpun. Jika perusahaan juga dipercayakan untuk mengembangkan dana maka akadnya adalah mudharabah.
c. Hibah yang bersifat mengikat. Akad antara pemegang polis dan badan dana
pada saat awal perjanjian. Dan pada saat klaim ganti rugi diberikan oleh badan dana maka akadnya adalah Al-iltizam.
4. Prinsip-Prinsip Dasar Asuransi Syariah
13
Prinsip dasar yang ada dalam asuransi syariah tidaklah jauh berbeda dengan prinsip dasar yang berlaku pada konsep ekonomika islami secara
komprehensif dan bersifat major. Hal ini disebabkan karena kajian asuransi syariah merupakan turunan minor dari konsep ekonomika Islami.
12
Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, Bogor: PT. Berkat Mulia Insani, 2013, h.250
13
Ali Hasan, Asuransi dalam Prespektif Hukum Islam, Jakarta: Prenada Media,2004,h. 125-136
Dalam hal ini, prinsip dasar asuransi syariah ada sepuluh macam, yaitu: 1.
Tauhid Dalam berasuransi yang harus diperhatikan adalah bagaimana
seharusnya menciptakan suasana dan kondisi bermuamalah yang tertuntun oleh nilai-nilai ketuhanan.
2. Keadilan
Keadilan dalam berasuransi adalah terpenuhinya nilai-nilai keadilan antara pihak-pihak yang terikat dengan akad asuransi. Keadilan dalam
hal ini menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah anggota dan perusahaan asuransi.
3. Tolong-menolong
Seseorang yang masuk asuransi, sejak awal harus mempunyai niat dan motivasi untuk membantu dan meringankan beban temannya yang
pada suatu ketika mendapatkan musibah atau kerugian. 4.
Kerja sama Kerja sama dalam asuransi dapat berwujud dalam bentuk akad yang
dijadikan acuan antara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu antara anggota dan perusahaan asuransi.
5. Amanah
Seseorang yang
menjadi nasabah
asuransi berkewajiban
menyampaikan informasi yang benar berkaitan dengan pembayaran
dana iuran premi dan tidak memanipulasi kerugian peril yang menimpa dirinya.
6. Kerelaan
Kerelaan dapat diterapkan pada setiap anggota asuransi agar mempunyai motivasi dari awal untuk merelakan sejumlah dana
premi yang disetorkan ke perusahaan asuransi, yang difungsikan sebagai dana sosial tabarru.
7. Larangan Riba
Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan,
baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat.
8. Larangan Maisir Judi
Unsur maisir dalam asuransi artinya adanya salah satu pihak yang untung namun di lain pihak justru mengalami kerugian. Hal ini tampak
jelas apabila pemegang polis dengan sebab-sebab tertentu membatalkan kontraknya sebelum masa reversing period, biasanya
tahun ketiga maka yang bersangkutan tidak akan menerima kembali uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian kecil saja.
9. Larangan gharar ketidakpastian
Gharar dalam asuransi ada dua bentuk:
14
a. Bentuk akad syariah yang melandasi penutupan polis.
b. Sumber dana pembayaran klaim dan keabsahan syar’i penerimaan
uang klaim itu sendiri. Secara syariah, dalam akad pertukaran harus jelas berapa yang
harus dibayarkan dan berapa yang harus diterima. Keadaan ini akan menjadi rancu gharar karena kita tahu berapa yang akan diterima
sejumlah uang pertanggungan, tetapi tidak tahu berapa yang akan dibayarkan jumlah seluruh premi karena hanya Allah yang tahu
kapan seseorang akan meninggal. 10.
Kemaslahatan
15
Pada kenyataannya dalam praktik muamalah yang Islami di Indonesia, Lembaga Keuangan Syariah masih baru dilingkungan atau negara
yang tidak belum menerapkan sistem syariah, maka sering menghadapi situasi yang sulit. Dalam situasi seperti ini, Dewan
Pengawas Syariah DPS sering mengeluarkan fatwa dengan latar belakang dharurah, yang isinya dalam rangka kemaslahatan.
14
Muha ad Syafi’i Antonio, Asuransi dalam Prespektif Islam ,Jakarta: STI, 1994,h. 1-3.
15
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General: Konsep dan Sistem Operasional, Jakarta: Gema Insani Press,2004,h. 743
Dr. Muhammad Muslehuddin mengatakan bahwa keadaan darurat membolehkan hal yang terlarang, adalah sudah menjadi kaidah umum
dalam Islam.
C. Strategi Pemasaran