Manajemen Pemasaran Program Ta’min Ta’awuni Bmt Bintaro
MANAJEMEN
PEMASARAN PROGRAM TA’MIN TA’AWUNI
BMT BINTARO
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
OLEH :
ALVINASIH NOOR SIAMI
NIM: 109046100090
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
ii SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh
Alvinasih Noor Siami NIM: 109046100090
Dibawah Bimbingan: Pembimbing
Siti Hanna, Lc, MA NIP. 197402162008012013
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(3)
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “MANAJEMEN PEMASARAN PROGRAM TA’MIN
TA’AWUNI PADA BMT BINTARO” telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 21 Januari 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada program studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 21 Januari 2014 Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012
PANITIA SIDANG MUNAQASYAH
1. Ketua : Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM (...) NIP. 197107011998032002
2. Sekretaris : Mu’min Rauf, S.Ag, MA (...) NIP.197004161997031004
3. Pembimbing : Siti Hanna, Lc, MA (...) NIP 197402162008012013
4. Penguji 1 : Djaka Badranaya, SEI, M.E (...) NIP. 197705302007011008
5. Penguji 2 : Ahmad Chairul Hadi, MA (...) NIP. 197205312007101002
(4)
iv
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau merupakan
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 1 Januari 2014
(5)
v ABSTRAK
Alvinasih Noor Siami. 109046100090. Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2014.
Kesadaran urusan asuransi kesehatan, rata-rata lebih dimiliki oleh kalangan menengah keatas, sebab mereka yang telah sadar memasuki lingkaran proteksi asuransi jiwa kesehatan itu, tentulah orang-orang yang sudah memiliki dana lebih besar dari menutup biaya hidup bulanan atau tahunan. Sedangkan pada masyarakat Indonesia yang relatif rendah pada kalangan menengah kebawah, asuransi adalah mustahil bagi mereka. Karena semua penghasilan mereka habis di kebutuhan primer (sementara asuransi adalah kebutuhan tersier). Padahal masalah sakit tidak ada yang tahu dan dapat menimpa semua orang baik kaya maupun miskin. BMT Bintaro adalah salah satu badan usaha berbentuk koperasi jasa keuangan syariah yang sesuai
dengan pemahaman salaful ummah. BMT Bintaro memiliki produk unggulan yaitu
program ta’min taawuni yang merupakan akad hibah yang pada dasarnya bertujuan untuk saling tolong-menolong meringankan beban kerugian, dan ikut andil
menanggung penderitaan saat terjadi musibah. Program ta’min taawuni adalah
layanan bantuan biaya pengobatan atau perawatan yang dikelola oleh koperasi BMT Bintaro yang memberikan kontribusi tabarru Tujuan penelitian ini ada tiga, yaitu: (1)
Untuk mengetahui konsep dan prosedur program ta’min ta’awuni (2) Untuk
mengetahui manajemen pemasaran (3) Untuk menganalisis kesesuaian syariah berdasarkan fiqh muamalat dan Fatwa DSN-MUI.
Manajemen pemasaran BMT Bintaro belum dilakukan secara optimal sehingga berdampak pada program ta’min ta’awuni yang hingga kini belum banyak dikenal masyarakat. BMT Bintaro seharusnya membuat suatu komunitas dalam daerah tertentu untuk mengumpulkan anggota ta’min dan bukan untuk perorangan. Program ta’min ta’awuni telah sesuai dengan kaidah Fiqh Muamalat dan Fatwa DSN -MUI
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif analisis. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kulitatif. Teknik pengumpulan melalui Library Research dan Field Research. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan observasi. Teknik analisis data dengan pendekatan analisis deskriptif kualitatif.
Kata kunci: Asuransi Kesehatan, Ta’min Ta’awuni, Manajemen Pemasaran
Pembimbing: Siti Hanna, Lc, MA
(6)
vi
Alhamdulillahirabbil ‘alamiin. Segala puji dan syukur hanya kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya serta pertolongan-Nya yang tiada terhingga kepada semua makhluk-Nya, khususnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah keharibaan baginda Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya kepada jalan kebesaran hingga yaumil qiyamah.
Perkenankan penulis berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi serta masukan terhadap penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, diantaranya:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Euis Amalia M.Ag., Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. H. Mu’min Rouf, M.Ag., Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Siti Hanna, Lc, MA. Dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan,
(7)
vii
5. Bapak Irfan Wajidi, selaku bendahara BMT Bintaro yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan informasi kepada penulis.
6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu dan akhlak yang tidak ternilai harganya.
7. Segenap staff akademik dan staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Orang tua tercinta dan tersayang yang telah memberikan doa dan motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Adikku tersayang Adam yang selalu bersedia membantu dalam transportasi.
10.Sahabat-sahabat terdekat penulis: Siti, Tika, Anggi, Fani yang selalu memberikan
support kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.
11.Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini
dan tidak dapat disebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat penulis. Terimakasih dan semoga masukan dan bantuannya di catat oleh Allah sebagai pahala disisi-Nya. Amiinn
Jakarta, 1 Januari 2014
(8)
viii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... . iii
LEMBAR PERNYATAAN ... ..iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... ..vi
DAFTAR ISI ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
E. Review Studi Terdahulu ... 8
F. Kerangka Teori dan Konseptual... 11
G. Metode dan Penelitian ... 12
(9)
ix
BAB II ASURANSI SYARIAH & MANAJEMEN PEMASARAN ... 16
A. Asuransi 1. Pengertian Asuransi ... 16
2. Dalil-Dalil Asuransi Haram ... 17
B. Asuransi Syariah 1. Pengertian Asuransi Syariah ... 20
2. Dalil-Dalil Asuransi Syariah ... 23
3. Akad dalam asuransi syariah ... 24
4. Prinsip dasar asuransi syariah ... 24
C. StrategiPemasaran 1. Pengertian strategi pemasaran ... 28
2. Konsep Strategi Pemasaran ... 29
3. Konsep Pemasaran dalam Islam... 30
4. Perumusan Strategi Pemasaran ... 31
a. Strategi Pasar Yang Dituju ... 31
b. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ... 32
BAB III GAMBARAN UMUM BMT BINTARO ... 36
A. Profil BMT Bintaro ... 36
B. Sejarah Singkat BMT Bintaro ... 37
C. Visi dan Misi ... 39
(10)
x
BAB IV ANALISA PROGRAM TA’MIN TA’AWUNI BMT BINTARO ... 49
A. Mekanis e Progra Ta’ in Ta’awuni ... 50
1. Prosedur Ta’ in Ta’awuni ... 50
2. Akad Disetujui ... 51
3. Pengelolaan Dana ... 52
4. Syarat Pengajuan Dana ... 53
5. Klaim ... 53
6. Prinsip Asuransi Syariah BMT Bintaro ... 54
B. Pelaksanaan Strategi Pe asaran Progra Ta’ in Ta’awuni... 55
C. Peluang dan Tantangan Progra Ta’ in Ta’awuni ... 58
1. Peluang ... 58
2. Tantangan ... 59
D. Kesesuaian Syariah ... 59
1. Akad Ta’ in Ta’awuni ... 59
2. Pengelolaan Dana ... 61
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 65
(11)
xi
DAFTAR PUSTAKA ... 67
(12)
1
A.Latar Belakang Masalah
Sedia payung sebelum hujan. Pepatah lama ini memang sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semua orang memang harus mempersiapkan segala sesuatunya untuk mengantisipasi hal-hal yang mungkin akan terjadi. Jadi saat hujan benar-benar turun, kita sudah punya payung untuk melindungi diri dari guyuran hujan.
Dalam kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan pada kemungkinan terjadinya musibah dan bencana yang dapat menyebabkan hilang atau berkurangnya ekonomi seseorang. Segala musibah dan bencana merupakan ketentuan Allah SWT, namun manusia wajib berikhtiar melakukan tindakan
antisipasi untuk memperkecil risiko yang timbul.1 Bukan perkara yang sukar
apabila masa depan diisi dengan keberuntungan, namun kontras apabila yang terjadi adalah kemalangan, kerugian, jatuh sakit, dan lainnya. Pastinya tidak ada yang rela menanggung risiko hidup ini.
Sehat adalah anugrah yang tak ternilai harganya, sebab dengan tubuh dan jiwa yang sehat, seseorang bisa menikmati hidup secara sempurna. Umumnya orang menyadari ketika umurnya bertambah kala itu biasanya orang terdorong
1 Cacan S. Agis,
Modul Pengetahuan Dasar Takaful, Edisi Revisi, (Jakarta:Trendi, PT. Syarikat Takaful Indonesia, 2005),h.9
(13)
2
memelihara kesehatan.2 Ketika seseorang mengalami suatu penyakit, biasanya
biaya yang dikeluarkan terkadang tidak kecil dan di luar jangkauan.
Perencanaan biaya untuk di masa akan datang sangat diperlukan, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Mengelola risiko merupakan suatu upaya yang ditempuh agar seseorang dapat selalu dalam keamanan dan hidup tentram. Akan tetapi, kebanyakan orang takut menanggung risiko dan kemampuan
kita mengelak atau lari dari risiko, maka ditemukan risiko lainnya.3
Salah satu upaya untuk menekan biaya pelayanan kesehatan adalah lewat asuransi. Asuransi syariah adalah kesepakatan sekelompok orang yang menghadapi risiko tertentu untuk mengurangi dampak risiko yang terjadi, dengan cara membayar kewajiban atas dasar hibah yang mengikat, sehingga menghimpun dana tabarru’. Dana ini memiliki tanggungan sendiri yang digunakan untuk membayar ganti rugi para peserta asuransi syari’ah atas risiko yang terjadi, sesuai
dengan ketentuan yang disepakati.4
Kesadaran urusan asuransi kesehatan, rata-rata lebih dimiliki oleh kalangan menengah keatas, sebab mereka yang telah sadar memasuki lingkaran proteksi asuransi jiwa kesehatan itu, tentulah orang-orang yang sudah memiliki dana lebih besar dari menutup biaya hidup bulanan atau tahunan. Ketimbang biaya proteksi
2
Sudirman Tebba,Sehat Lahir Batin, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2005),h.21
3
Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, (Jakarta: Sinar Grafika, 1997) Edisi ke-1,h.3
4 Erwandi Tarmizi,
(14)
saja, tentu lebih optimal jika sumber dana itu juga sekaligus dibagi ke dalam investasi yang memberikan hasil.
Sedangkan pada masyarakat Indonesia yang relatif rendah pada kalangan menengah kebawah, asuransi adalah mustahil bagi mereka. Karena semua penghasilan mereka habis di kebutuhan primer (sementara asuransi adalah kebutuhan tersier). Padahal masalah sakit tidak ada yang tahu dan dapat menimpa semua orang baik kaya maupun miskin.
Soal asuransi mikro, Firdaus Djaelani selaku Kepala Ekselutif Pengawa OJK bidang Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) mengaku pelakunya masih sedikit. Di satu sisi, peluang pengembangannya masih cukup terbuka. Karena hingga saat ini asuransi mikro masih sangat kecil, yaitu 2 persen dari total industri.5 Tidak adanya perlindungan atas risiko keuangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah berpotensi mendorong masyarakat jatuh ke dalam kemiskinan apabila terjadi musibah.
Melihat permasalahan yang terjadi, maka dirasakan perlu adanya lembaga keuangan non bank yang dapat menjangkau kebutuhan masyarakat. Pada kondisi demikianlah, BMT memposisikan diri, dengan tujuan untuk membantu masyarakat ekonomi lemah baik itu dalam bentuk simpanan maupun dalam bentuk pinjaman tanpa harus memberatkan masyarakat. Kehadiran Baitul Mal Wa Al-Tamwil yang disingkat BMT, dalam pedoman Bahasa Indonesia adalah Balai Usaha Mandiri
5Harian Terbit, “Dianggap Mahal Asuransi Mikro Masih Minim“, artikel diakses pada 18 Oktober 1
(15)
4
Terpadu, merupakan lembaga keuangan syariah yang tumbuh seiring dengan perkembangan lembaga keuangan maupun keuangan syariah lainnya di Indonesia. Baitul Mal wa Al-Tamwil (BMT) adalah salah satu lembaga pendukung kegiatan
ekonomi masyarakat kecil dengan landasan sistem syariah.6
Pada sisi birokrasi, BMT berupaya menyerhanakan, demikian pula aspek jaminan. Jaminan bukan syarat pokok seseorang memperoleh pembiayaan (pinjaman) akan tetapi kepercayaan yang sudah dijalani, menjadi syarat pokok bekerjasama dengan BMT. Selain itu, BMT juga dilengkapi dengan kegiatan Baitul Mal yang lebih bersifat sosial. Ini berarti secara kelembagaan BMT merupakan lembaga sosial dan komersial. Sebagai lembaga sosial BMT menghimpun dana dari zakat, infaq, shadaqah (ZIS), hibah, dan sebagainya, yang kemudian disalurkan kepada mereka yang dananya berasal dari simpanan, khususnya simpanan untuk kesehatan.
BMT Bintaro adalah salah satu badan usaha berbentuk koperasi jasa
keuangan syariah yang sesuai dengan pemahaman salaful ummah. BMT Bintaro
memiliki produk unggulan yaitu program ta’min ta’awuni. Program ta’min
ta’awuni (asuransi kooperatif) merupakan akad hibah yang pada dasarnya
bertujuan untuk saling tolong-menolong meringankan beban kerugian, dan ikut
andil menanggung penderitaan saat terjadi musibah. Program ta’min ta’awuni
adalah layanan bantuan biaya pengobatan atau perawatan yang dikelola oleh koperasi BMT Bintaro yang memberikan kontribusi tabarru. Tujuan dari program
6
(16)
ini adalah membantu para peserta jika mengalami sakit/dirawat dan membutuhkan biaya pengobatan/perawatan hingga Rp 2.000.000 per peserta dalam periode 3 bulan.
Program ta’min taawuni merupakan bentuk penyederhanaan dari asuransi
yang biasa dipakai kalangan menengah ke atas. Karena program ini hanya mewajibkan kepada calon peserta untuk membayar infaq program sebesar Rp 100.000 dengan masa kepersetaan per-3 bulan dan bisa mempunyai peluang mendapatkan bantuan biaya kesehatan hingga Rp 2.000.000. Dengan biaya infaq yang murah ini diharapkan bisa menjangkau kalangan menengah ke bawah untuk mendapatkan asuransi kesehatan.
Program ta’min taawuni merupakan program yang sangat diharapkan oleh banyak orang terutama bagi masyarakat yang belum mampu mendapatkan asuransi. Asuransi yang notabenenya lebih banyak dimiliki oleh perusahaan besar, saat ini di lembaga keuangan mikro seperti BMT khususnya BMT Bintaro juga mempunyai produk asuransi. Karena program asuransi belum begitu banyak di BMT, maka diperlukan penelitian yang lebih dalam lagi untuk mengetahui kejelasan managemennya terutama dalam hal pemasarannya agar lebih dikenal masyarakat. Berdasarkan pemikiran diatas, maka saya tertarik untuk mengangkat
masalah ini dengan judul “MANAJEMEN PEMASARAN PROGRAM
(17)
6
B.Identifikasi Masalah
Dari tema yang telah diambil penulis, ada beberapa hal yang terkait didalamnya yang akan penulis teliti, yaitu:
1. Mekanisme program ta’min ta’awuni dalam bantuan biaya pengobatan. Dalam suatu kegiatan muamalah, akad yang harus digunakan harus jelas agar tidak merugikan salah satu pihak.
2. Pengelolaan dana tabarru yang didapat dari kontribusi peserta tabarru
3. Proses pengajuan klaim yang dilakukan oleh peserta program ta’min ta’awuni. 4. Manajemen pemasaran program ta’min ta’awuni kepada masyarakat.
5. Manajemen resiko apabila terjadi kekurangan dana tabarru
6. Kesesuaian program ini dengan kaidah fiqh muamalat. Apabila program ini
tidak bertentangan dengan fiqh muamalat, maka program ini bisa diteruskan. Begitupula sebaliknya, apabila bertentangan maka program ini tidak bisa dilanjutkan.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan tema penilitian yang diambil penulis masih terlalu luas, sehingga penulis membuat pembatasan masalah agar penilitian menjadi spesifik dan terarah. Oleh karena itu, penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti yaitu:
1. Penelitian ini dilakukan pada BMT Bintaro yang beralamat di Jl. Bintaro
(18)
2. Penelitian dilakukan untuk mengetahui prosedur, strategi pemasaran,dan kesesuaian fiqh muamalat program ta’min ta’awuni.
3. Penelitian ini berdasarkan Fatwa DSN MUI No.21 (Pedoman Asuransi
Syari’ah), No. 52 (Akad Wakalah bil Ujroh Pada Asuransi Syariah) dan No. 53 (Akad Tabarru Pada Asuransi Syariah).
Dari pembatasan masalah tersebut, penulis merumuskan masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep/prosedur program ta’min ta’awuni pada BMT Bintaro?
2. Bagaimana manajemen pemasaran program ta’min ta’awuni yang
diterapkan BMT Bintaro?
3. Apa kekuatan dan kelemahan strategi pemasaran program ta’min ta’awuni
yang diterapkan BMT Bintaro?
4. Bagaimana perspektif fikih terhadap program ta’min ta’awuni di BMT ini?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitiaan
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk menguraikan mekanisme/prosedur program ta’min ta’awuni
b. Untuk mengetahui manajemen pemasaran program ta’min ta‘awuni
c. Untuk mengetahui peluang dan tantangan dari penerapan strategi
pemasaran yang dilakukan BMT Bintaro.
(19)
8
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
a. Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
program ta’min ta’awuni khususnya mengenai masalah diatas.
b. Bagi institusi untuk membantu menjelaskan mekanisme program dan
sebagai pertimbangan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan sistem yang telah dilakukan.
c. Bagi masyarakat memberikan informasi mengenai mekanisme penerapan
program ta’min ta’awuni
E. Review Studi Terdahulu
No Studi Terdahulu Studi Terdahulu Rencana Skripsi
1 a.Judul Penyelesaian Klaim Asuransi
Kesehatan Kumpulan Untuk Penanganan Circumsisi. Penulis: Fitri Ristiani Badri (Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum).
Manajemen Pemasaran
Program Ta’min Ta’awuni BMT Bintaro.
b. Fokus Skripsi ini membahas
mengenai prosedur,
pengajuan, dan penyelesaian klaim penanganan circumsisi
Skripsi ini membahas
mengenai manajemen
asuransi syariah pada BMT yaitu mengenai mekanisme
/prosedur, manajemen
pemasaran, dan kesesuaian
fiqh muamalat program
(20)
c. Metode Penelitian Skripsi ini menggunakan
jenis metode kualitatif
dengan penelitian deskriptif
dan pendekatan survey,
wawancara dan documenter.
Skripsi ini menggunakan jenis
metode kualitatif dengan
penelitian deskriptif dan
pendekatan survey,
wawancara dan documenter.
d. Waktu dan tempat Penelitian dalam skripsi ini
dilakukan pada tahun 2012 di PT. BNI Life Insurance Pusat Unit Syariah.
Penelitian dalam skripsi ini dilakukan pada tahun 2013 di BMT Bintaro.
2 a. Judul Analisis SWOT Sistem
Klaim Pada Asuransi
Kesehatan Syariah
Penulis: Azzah Fadilatul
Maisah (Perbankan Syariah
Fakultas Syariah dan
Hukum).
Manajemen Pemasaran
Program Ta’min Ta’awuni BMT Bintaro
b. Fokus Membahas analisis SWOT,
jenis-jenis klaim asuransi kesehatan individu dengan system reimbusement dan sistem profider.
Skripsi ini membahas
mengenai manajemen
asuransi syariah pada BMT yaitu mengenai mekanisme
/prosedur, manajemen
pemasaran, dan kesesuaian
fiqh muamalat program
ta’min ta’awuni.
c. Metode Penelitian Metode deskriptif dengan
pendekatan Mix Research (penelitian campuran) yaitu dengan Library Research (
penelitian dengan bahan
pustaka yang relevan) dan Field Research ( meneliti data dengan melihat langsung fenomena yang ada dan terjadi di lapangan).
Skripsi ini menggunakan jenis
metode kualitatif dengan
penelitian deskriptif dan
pendekatan survey,
wawancara dan dokumenter.
d. Waktu dan Tempat Penelitian dalam skripsi ini
dilakukan pada tahun 2012 di
PT. Prudential Life
Assurance.
Penelitian dalam skripsi ini dilakukan pada tahun 2013 di BMT Bintaro.
(21)
10
3 a. Judul Strategi Pemasaran
Berdasarkan Prinsip Syariah
Dalam Meningkatkan
Permintaan Produk Koperasi BMT Bintaro.
Penulis: Nisa’ul Khasanah
(Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum)
Managemen Pemasaran
Program Ta’min Ta’awuni BMT Bintaro.
b.Fokus Untuk mengetahui strategi
yang digunakan untuk
mempertahankan produk
unggulan yang kompetitif.
Skripsi ini membahas
mengenai manajemen
asuransi syariah pada BMT yaitu mengenai mekanisme
/prosedur, manajemen
pemasaran, dan kesesuaian
fiqh muamalat program
ta’min ta’awuni.
c. Metode Penelitian Skripsi ini menggunakan
jenis metode kualitatif
dengan penelitian deskriptif
dan pendekatan survey,
wawancara dan dokumenter.
Skripsi ini menggunakan jenis
metode kualitatif dengan
penelitian deskriptif dan
pendekatan survey,
wawancara dan dokumenter.
d.Tempat dan waktu Penelitian dalam skripsi ini
dilakukan pada tahun 2011 di BMT Bintaro.
Penelitian dalam skripsi ini dilakukan pada tahun 2013 di BMT Bintaro.
4 a. Judul Produk Kavling Tanah Pada
BMT Al-Kautsar.
Penulis: Reny Syukrillah
(Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum)
Manajemen Pemasaran
Program Ta’min Ta’awuni BMT Bintaro.
b. Fokus Skripsi ini membahas
mekanisme dan prosedur
produk kavling tanah dan menganalis SWOT untuk perencanaan masa depan.
Skripsi ini membahas
mengenai manajemen
asuransi syariah pada BMT yaitu mengenai mekanisme
/prosedur, manajemen
pemasaran, dan kesesuaian
fiqh muamalat program
(22)
c. Metodelogi Penelitian Skripsi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif
dalam bentuk desain
deskriptif dan metode
pengumpulan data dengan cara observasi.
Skripsi ini menggunakan
metode kualitatif dengan
pendekatan survey dan
deskriptif analisis.
d. Waktu dan Tempat Penelitian dalam skripsi ini
dilakukan pada tahun 2011 di BMT Al-Kautsar Cabang Bekasi Timur.
Penelitian dalam skripsi ini dilakukan pada tahun 2013 di BMT Bintaro.
F. Kerangka Teori dan Konseptual
Program Ta’min Ta’awuni BMT Bintaro
Mekanisme program Manajemen
Pemasaran
Analisa Kesesuaian Syariah
Sesuai Tidak Sesuai
Solusi Fiqh Muamalat Fatwa DSN
(23)
12
Dalam program ta’min ta’awuni, akan diteliti bagaimana mekanisme atau prosedur dan manajemen pemasaran. Setelah mengetahui kedua aspek tersebut, maka akan dianalisis kesesuaian syariahnya yang berlandaskan pada kaidah fiqh muamalat dan Fatwa DSN. Apabila telah sesuai dengan peraturan yang ada maka penulis akan
merekomendasikan program ini kepada masyarakat bahwa program ta’min ta’awuni
ini baik untuk dipilih masyarakat terutama yang belum mampu untuk mengasuransikan kesehatannya di perusahaan asuransi besar dengan harga yang sangat terjangkau.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu penulis menggambarkan permasalahan data-data yang ada lalu dianalisis lebih lanjut untuk kemudian diambil kesimpulan. Dengan metode analisis ini, penulis mengumpulkan dan memaparkan data terlebih dahulu yang telah diperoleh dari hasil interview di lapangan kemudian menganalisisnya dengan berpedoman pada sumber yang tertulis yang didapatkan dari teori di perpustakaan.
Dalam metode penelitiannya, skripsi ini menggunakan pendekatan Mix
Research (penelitian campuran, yaitu suatu metode yang digunakan untuk meneliti data-data dengan cara menggabungkan dua metode penelitian atau
(24)
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti data-data dengan cara mempelajari, mengkaji, dan meneliti bahan-bahan pustaka yang relevan.
Kedua, Field Research, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti data-data dengan cara melihat langsung fenomena yang ada dan terjadi di lapangan.
Penelitian ini juga menggunakan teknik observasi dan wawancara agar mampu memperkuat data-data yang diteliti.
2. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini, dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Data Primer
Merupakan data yang didapat dari sumber pertama yaitu hasil wawancara
yang dilakukan langsung kepada objek penelitian.7 Dengan teknik
pengumpulan data dari para karyawan terkait mengenai program ta’min
taawuni di BMT Bintaro. b. Data Sekunder
Merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer. Data yang telah didapat dari hasil observasi, wawancara, literatur-literatur kepustakaan, dan dokumentasi yang berkaitan dengan materi penelitian ini.
7 Dergibson Siagian dan Sugiarto,
Metode Statistik Untuk Bisnis dan Ekonomi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000),h.16
(25)
14
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini oleh penulis diantaranya adalah dengan wawancara agar mampu mendapatkan informasi yang tepat antara teori yang didapat dengan praktek yang ada di lapangan.Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab kepada petugas dan pegawai yang terlibat perihal program ta’min
ta’awuni.
4. Teknik Analisis Data
Seluruh data yang penulis peroleh baik dari observasi, wawancara dan literature-literatur yang ada mengenai materi penelitian, akan diolah dengan pendekatan analisis deskriptif kualitatif. Hal ini karena data yang didapat akan berupa kata-kata dan angka-angka yang akan diolah menjadi suatu kesimpulan.
5. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah BMT Bintaro yang terletak di Jl. Bintaro Utama Blok F 2 no 5 Bintaro Sektor 2, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
6. Teknik Penulisan
Teknik penulisan penelitian ini merujuk pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2012.
(26)
H. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan pembahasan skripsi ini, penulis mengurutkan permasalahannya menjadi 5 bab, yaitu:
BAB I Pendahuluan, yaitu meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka teori dan kerangka konsep, metodelogi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Asuransi Syariah dan Manajemen Pemasaran, yaitu meliputi tinjauan teoritis mengenai tentang asuransi syariah, dan manajemen pemasaran.
BAB III Profil BMT Bintaro, meliputi sejarah singkat berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi, dasar legalitas, serta cakupan usahanya.
BAB IV Analisa Program Ta’min Ta’awuni BMT Bintaro, yaitu menjelaskan tentang mekanisme, manajemen pemasaran, analisis program, serta analisis kesesuaian syariah.
BAB V Penutup, yaitu meliputi kesimpulan dari penelitian ini dan memberikan saran-saran yang dapat dijadikan masukan.
(27)
16
BAB II
ASURANSI SYARIAH DAN MANAJEMEN PEMASARAN
A.Asuransi
1. Pengertian Asuransi
Kata asuransi berasal dari bahasa Belanda assurantie, dan di dalam
bahasa hukum Belanda dipakai kata verzekering. Sedangkan dalam bahasa
Inggris disebut Insurance.1 Kata tersebut kemudian disalin dalam bahasa
Indonesia dengan kata pertanggungan. Dari peristilahan assurantie kemudian
timbul istilah assuradeur bagi penanggung, dan geassureerde bagi
tertanggung.2 Dalam bahasa Arab, asuransi digunakan istilah at-ta’min,
penanggungnya disebut mu’ammin, dan tertanggung disebut dengan
musta’min.3
Asuransi adalah sebuah mekanisme perpindahan risiko yang oleh suatu organisasi dapat diubah dari tidak pasti menjadi pasti. Pertukaran kerugian tidak pasti dengan kerugian pasti, seperti diterapkan dalam asuransi
konvensional masuk dalam ruang lingkup pengertian gharar dan tidak
diperbolehkan dalam Islam.4
1
John M. Echols dan Hasan Syadiliy, Kamus Inggris-Indonesia ,(Jakarta: Gramedia, 1990), h.326
2
Worjono Projodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia ,(Jakarta: PT. Intermasa, 1981), h. 1
3 Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial ,(Bandung: Mizan, 1884), h. 205 4
(28)
Sistem proteksi atau asuransi dibenarkan sejauh telah memenuhi syarat-syarat lain dalam konsep muamalat secara Islami. Dalam konsep muamalat secara Islami setidaknya ada beberapa hal yang jelas diharamkan, yaitu
adanya unsur gharar (ketidakjelasan dana), maisir (judi/gambling), riba,
barang haram dan perbuatan maksiat.
Pada tahun 1985 para ulama Islam sedunia yang berada di bawah OKI dalam konfrensi ke II di Jeddah sepakat mengeluarkan keputusan No. 9 (9/2)
1985, yang berbunyi, “Transaksi asuransi dengan premi tertentu yang
diselenggarakan oleh perusahaan asuransi merupakan transaksi dengan tingkat gharar (spekulasi) tinggi. Hal ini membuat hukum transaksi asuransi batal (menurut syariat). Oleh karena itu, transaksi ini diharamkan Islam“ 2 . Dalil-Dalil Asuransi Haram
Keputusan lembaga-lembaga fatwa Internasional yang mengharamkan asuransi didasarkan kepada dalil-dalil berikut:5
a. Polis asuransi termasuk dalam akad tukar-menukar uang dengan uang
(sharf). Akad asuransi ini mengandung gharar (ketidakjelasan) tingkat tinggi. Pihak tertanggung, pada saat akad tidak tahu berapa jumlah premi yang harus ia bayar, karena jika terjadi kerugian yang dipertanggungkan
5 Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, (Bogor: PT. Berkat Mulia Insani, 2013), h.
(29)
18
setelah pembayaran premi pertama, maka akad langsung berakhir dan pihak tertanggung terus membayar premi hingga waktu yang telah disepakati. Tingkat gharar dalam polis asuransi sangat tinggi, dan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam telah mengharamkan tukar-menukar (jual beli) yang
mengandung gharar.
ها َّص ها ل سر ن
ِهيل
ِهب ِنل مَيس
ررغِلا ع
"Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi melarang jual beli gharar". (HR. Muslim No. 942)6
b. Polis asuransi termasuk qimar (judi). Karena bisa jadi pihak tertanggung
baru membayar premi pertama dan terjadi kerugian yang
dipertanggungjawabkan maka pihak tertanggung memperoleh uang dari pihak penanggung jauh lebih besar daripada yang dibayarnya. Pihak tertanggung beruntung dan pihak penanggung merugi. Dan jika premi dibayarkan sampai waktu yang ditetapkan dalam perjanjian dan tidak terjadi kerugian maka pihak tertanggung merugi dan pihak penanggung beruntung. Inilah hakikat judi jika satu pihak beruntung maka pihak lain merugi. Allah telah mengharamkan perjudian dalam firmanNya,
6
Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Mukhtashhar Shahih Muslim,(Jakarta: Pustaka Azzam,2003), h.661
(30)
‘’Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya arak, judi, dan berhala dan mengundi nasib adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan ”. (Al-Maidah :90)
c. Polis asuransi adalah akad tukar-menukar uang dengan uang (sharf),
karena pada saat tertanggung menerima uang ganti rugi berarti ia memberikan uang dalam bentuk premi dan menerima uang dalam bentuk ganti rugi. Dalam akad tukar-menukar uang dengan uang, bila uangnya sejenis disyaratkan harus sama nominalnya dan harus serah terima tunai pada saat itu juga. Jika tidak terpenuhi salah satu persyaratan tersebut
maka akad tukar menukar uang dengan uang ini termasuk riba ba’i.
Kenyataannya dua persyaratan tersebut tidak terpenuhi pada polis asuransi. Pada saat terjadi perbedaan antara nominal premi yang dibayar
dengan ganti rugi yang diterima maka transaksi ini dinamakan riba fadhl
dan riba nasi’ah.
Yaitu, nominal kedua uang tidak sama dan tidak tunai (uang premi telah diserahkan beberapa waktu yang lalu namun ganti rugi baru diterima setelah berlalu beberapa waktu). Dan jika nominal premi dan ganti rugi
(31)
20
sama maka termasuk riba nasi’ah karena tukar-menukar dua uang tidak
tunai.
B.Asuransi Syariah
1. Pengertian Asuransi Syariah
Secara etimologi bahasa arab, takaful berasal dari akar kata kafala atau tafaa ’ala yang berarti saling menanggung. Sementara ada yang mengartikan dengan makna saling menjamin. Dalam bidang mu’amalah, asuransi syariah
(takaful) adalah saling memikul risiko diantara sesama orang sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas risiko lainnya. Saling pikul risiko ini dilakukan atas dasar saling tolong-menolong dalam kebaikan dengan
cara masing-masing mengeluarkan dana ibadah (tabarru) yang ditujukan untuk
menanggung risiko tersebut.7
Dalam asuransi syariah tidak hanya melibatkan dua pihak yang bertakaful yakni orang-orang yang saling mengikatkan dirinya untuk saling menjamin risiko yang diderita masing-masing, melainkan diperlukan pihak ketiga. Pihak ketiga yang dimaksud ini adalah lembaga atau badan hukum atau perusahaan yang menjamin kegiatan kerja sama atau asuransi ini terjamin berjalan dengan baik dan tidak termasuk kegiatan yang dilarang oleh syariat yaitu gharar,
7 Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter Dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Salemba Empat, 2002),
(32)
maisir, riba. Berkaitan dengan ini, ada unsur-unsur penting yang mesti ada demi terlaksananya takaful, yaitu :8
a. Beberapa pihak yang berasuransi
b. Pengelola asuransi (Perusahaan Asuransi). Dalam hal ini, perusahaan
asuransi hanya bertindak sebagai fasilitator saling menanggung diantara para peserta asuransi.
Produk asuransi syariah ditawarkan kepada seluruh masyarakat, bukan saja muslim tetapi juga non-muslim. Prinsip tolong-menolong (takaful) dalam asuransi syariah bermakna universal, tolong-menolong bukan saja ditujukan kepada sesama muslim tetapi seluruh manusia. Dimana satu diantara lain sebagai sesama manusia mempunyai potensi mendapatkan risiko yang sama dalam hidup ini. Prinsip tolong-menolong inilah yang menjadi kelebihan asuransi syariah dibandingkan asuransi konvensional, hal ini yang menjadikan alasan bagi masyarakat untuk tertarik menjadi bagian dari penyelenggaraan asuransi syariah. Asuransi syariah didasarkan pada prinsip agama tentang saling kerjasama dan solidaritas sebagaimana dinyatakan oleh Allah SWT :
اعت
ِلا يل اِ ن
ِر
: دئاملا ر س) ا ِقتلا
۲
(
…
”…dan tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan ”(QS. Al-Maidah :2)
8 Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia,
(33)
22
Konsekuensi dari perkembangan asuransi syariah dan banyaknya masalah masyarakat yang ditemui, akan berdampak semakin beragam produk yang ditawarkan masyarakat. Produk asuransi syariah merupakan representasi dari kondisi ‘‘permintaan’’ masyarakat akan keberadaan suatu produk. Maka dengan keadaan ini perlu dukungan dari berbagai elemen masyarakat untuk menjadikan posisi asuransi syariah dengan produk-produknya semakin berarti
dalam pembangunan.9
Selain itu, asuransi syariah juga memiliki fungsi yang dapat membantu program pemerintah dalam mensejahterakan kehidupan rakyat. Fungsi ini dapat dilihat segi pembangunan nasional. Maka dari itu kehadiran asuransi syariah memiliki fungsi untuk mensejahterakan dan mententramkan kehidupan
rakyat ketika tertimpa musibah atau bencana.10
Ketika para ulama mengharamkan asuransi berdasarkan dalil-dalil dari Al-qur’an dan sunnah, maka mereka merumuskan penggantiannya yang terbebas dari gharar, qimar, riba, dan dari sisi bisnis lebih menguntungkan bagi kedua belah pihak. Hal ini mengingat asuransi merupakan kebutuhan manusia di abad modern agar kehidupan mereka lebih tentram untuk menghadapi risiko hari esok.
9
Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah:Deskripsi dan Ilustrasi, cet IV, ( Yogyakarta: Ekonisis. Edisi Kedua), h.126
10 Elida Hayati, “Strategi Penge bangan Diri Agen Asuransi Syariah Dala Men apai Produktifitas.
(34)
2. Dalil-Dalil Asuransi Syariah
Al-Majma ‘Al Fiqhiy Al Islami(divisi fikih Rabithah Alam Islami) dalam muktamar I, tahun 1978 setelah mengeluarkan fatwa yang mengharamkan
asuransi menyertakannya dengan fatwa asuransi Islami yang berbunyi, “Majlis
Al Majma’ sepakat membolehkan asuransi kooperatif (ta’min ta’awuni) sebagai
ganti dari asuransi komersial yang diharamkan, berdasarkan dalil-dalil berikut:11
a. Asuransi kooperatif (ta’min ta’awuni) merupakan akad hibah yang pada
dasarnya bertujuan untuk saling tolong-menolong meringankan beban kerugian, dan ikut andil menanggung penderitaan saat terjadi musibah. Dengan membayar sejumlah uang tunai yang dikhususkan untuk mengganti kerugian orang yang ditimpa musibah. Maka sekelompok orang tergabung dalam ta’min ta’awuni tidak bertujuan komersial, meraup laba dari harta orang lain. Semata-mata tujuan mereka pemerataan risiko diantara mereka dan saling tolong-menolong dan menanggung sebagian risiko.
b. Asuransi kooperatif (ta’min ta’awuni) terbebas dari riba dengan segala
bentuknya, riba fadhl dan riba nasi’ah. Transaksi para peserta asuransi tidak termasuk akad riba. Dan pengelola tidak akan menggunakan dana yang terhimpun dari para peserta untuk suatu transaksi riba dalam bentuk apapun.
c. Ketidakjelasan besarnya klaim ganti rugi yang akan diterima peserta
asuransi kooperatif (ta’min ta’awuni) pada saat akad dilangsungkan tidak
11 Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer ,(Bogor: PT. Berkat Mulia Insani, 2013), h.
(35)
24
mempengaruhi keabsahan akad, karena akad ini adalah akad hibah. Dan gharar dalam akad hibah dibolehkan serta tidak termasuk judi. Berbeda dengan asuransi komersial, akad yang terjadi adalah akad tukar-menukar. 3. Akad Dalam Asuransi Syariah
Akad dalam asuransi syariah ada tiga :12
a. Musyarakah. Akad antara sesama para pemegang polis asuransi syariah. b. Wakalah. Akad antara perusahaan yang ditunjuk untuk mengelola dana yang
terhimpun. Jika perusahaan juga dipercayakan untuk mengembangkan dana
maka akadnya adalah mudharabah.
c. Hibah yang bersifat mengikat. Akad antara pemegang polis dan badan dana pada saat awal perjanjian. Dan pada saat klaim ganti rugi diberikan oleh
badan dana maka akadnya adalah Al-iltizam.
4. Prinsip-Prinsip Dasar Asuransi Syariah13
Prinsip dasar yang ada dalam asuransi syariah tidaklah jauh berbeda dengan prinsip dasar yang berlaku pada konsep ekonomika islami secara
komprehensif dan bersifat major. Hal ini disebabkan karena kajian asuransi
syariah merupakan turunan (minor) dari konsep ekonomika Islami.
12
Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, (Bogor: PT. Berkat Mulia Insani, 2013), h.250
13
(36)
Dalam hal ini, prinsip dasar asuransi syariah ada sepuluh macam, yaitu:
1. Tauhid
Dalam berasuransi yang harus diperhatikan adalah bagaimana seharusnya menciptakan suasana dan kondisi bermuamalah yang tertuntun oleh nilai-nilai ketuhanan.
2. Keadilan
Keadilan dalam berasuransi adalah terpenuhinya nilai-nilai keadilan antara pihak-pihak yang terikat dengan akad asuransi. Keadilan dalam hal ini menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah (anggota) dan perusahaan asuransi.
3. Tolong-menolong
Seseorang yang masuk asuransi, sejak awal harus mempunyai niat dan motivasi untuk membantu dan meringankan beban temannya yang pada suatu ketika mendapatkan musibah atau kerugian.
4. Kerja sama
Kerja sama dalam asuransi dapat berwujud dalam bentuk akad yang dijadikan acuan antara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu antara anggota dan perusahaan asuransi.
5. Amanah
Seseorang yang menjadi nasabah asuransi berkewajiban
(37)
26
dana iuran (premi) dan tidak memanipulasi kerugian (peril) yang menimpa dirinya.
6. Kerelaan
Kerelaan dapat diterapkan pada setiap anggota asuransi agar mempunyai motivasi dari awal untuk merelakan sejumlah dana (premi) yang disetorkan ke perusahaan asuransi, yang difungsikan sebagai dana sosial (tabarru).
7. Larangan Riba
Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat.
8. Larangan Maisir (Judi)
Unsur maisir dalam asuransi artinya adanya salah satu pihak yang untung namun di lain pihak justru mengalami kerugian. Hal ini tampak jelas apabila pemegang polis dengan sebab-sebab tertentu
membatalkan kontraknya sebelum masa reversing period, biasanya
tahun ketiga maka yang bersangkutan tidak akan menerima kembali uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian kecil saja.
(38)
9. Larangan gharar (ketidakpastian) Gharar dalam asuransi ada dua bentuk:14
a. Bentuk akad syariah yang melandasi penutupan polis.
b. Sumber dana pembayaran klaim dan keabsahan syar’i penerimaan uang klaim itu sendiri.
Secara syariah, dalam akad pertukaran harus jelas berapa yang harus dibayarkan dan berapa yang harus diterima. Keadaan ini akan menjadi rancu (gharar) karena kita tahu berapa yang akan diterima (sejumlah uang pertanggungan), tetapi tidak tahu berapa yang akan dibayarkan (jumlah seluruh premi) karena hanya Allah yang tahu kapan seseorang akan meninggal.
10.Kemaslahatan15
Pada kenyataannya dalam praktik muamalah yang Islami di Indonesia, Lembaga Keuangan Syariah masih baru dilingkungan atau negara yang tidak (belum) menerapkan sistem syariah, maka sering menghadapi situasi yang sulit. Dalam situasi seperti ini, Dewan Pengawas Syariah (DPS) sering mengeluarkan fatwa dengan latar
belakang dharurah, yang isinya dalam rangka kemaslahatan.
14Muha ad Syafi’i
Antonio, Asuransi dalam Prespektif Islam ,(Jakarta: STI, 1994),h. 1-3.
15
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional, (Jakarta: Gema Insani Press,2004),h. 743
(39)
28
Dr. Muhammad Muslehuddin mengatakan bahwa keadaan darurat membolehkan hal yang terlarang, adalah sudah menjadi kaidah umum dalam Islam.
C. Strategi Pemasaran
1. Pengertian Strategi Pemasaran
Strategi adalah suatu rencana permainan untuk pencapaiannya. Strategi adalah pola fundamental dari tujuan sekarang dan yang direncanakan, pengetahuan sumber daya, dan interaksi dari organisasi dengan pasar, pesaing,
dan faktor-faktor lingkungan lain.16
Pemasaran adalah proses merencanakan dan melaksanakan konsep, memberi harga, melakukan promosi, dan mendistribusikan ide, barang dan jasa, untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan individu dan organisasi.17
Pemasaran memiliki dua hal, pertama, pemasaran merupakan filosofi, sikap, perspektif atau orientasi manajemen yang menekankan pada kepuasan konsumen. Kedua, pemasaran adalah sekumpulan aktivitas yang digunakan
untuk mengimplementasikan filosofi ini.18
16
Harper W. Boyd, dkk. Manajemen Pemasaran Suatu Pendekatan Strategis Dengan Orientasi Global, Edisi kedua, (Jakarta: Erlangga, 2000), h.29
17 Carl McDaniel dan Roger Gates, Riset Pemasaran Kontemporer, (Jakarta: Salemba Empat, 2001, h.4) 18
(40)
Pemasaran menurut perspektif syariah adalah segala aktivitas yang dijalankan dalam kegiatan bisnis berbentuk kegiatan penciptaan nilai (value creating activities) yang memungkinkan siapapun melakukannya bertumbuh serta mendayagunakan kemanfaatannya yang dilandasi kejujuran, keadilan, keterbukaan, dan keikhlasan sesuai dengan proses yang berprinsip pada akad bermuamalah Islami atau perjanjian transaksi bisnis dalam Islam.
Menurut pendapat M. Syakir Sula, pemasaran syariah merupakan sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan
perubahan value dari satu inisiator kepada stakeholders-nya dan dalam
keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad serta prinsip muamalah dalam Islam. Allah mengingatkan agar senantiasa menghindari perbuatan zalim dalam bisnis termasuk dalam proses penciptaan, penawaran, dan proses
perubahan nilai dalam pemasaran.19
2. Konsep Strategi Pemasaran
Konsep pemasaran adalah suatu falsafah manajemen dalam bidang pemasaran yang berorientasi kepada kebutuhan dan keinginan konsumen dengan didukung oleh kegiatan pemasaran terpadu yang diarahkan untuk memberikan kepuasan konsumen sebagai kunci keberhasilan organisasi dalam usahanya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi, konsep pemasaran merupakan orientasi perusahaan yang menekankan bahwa tugas pokok perusahaan adalah menentukan kebutuhan dan keinginan tersebut sehingga
19
(41)
30
dicapai tingkat kepuasaan langganan yang melebihi dari kepuasan yang diberikan oleh para saingan.20
Tujuan penggunaan konsep pemasaran adalah mengubah orientasi falsafah manajemen pemasaran lain yang ternyata telah terbukti tidak berhasil mengatasi berbagai persoalan, karena adanya perubahan dalam ciri-ciri pasar dewasa ini yang cenderung berkembang. Perubahan tersebut terjadi antara lain karena pertumbuhan jumlah penduduk, pertambahan daya beli, peningkatan dan meluasnya hubungan atau komunikasi, perkembangan teknologi dan
perubahan faktor lingkungan pasar lainnya.21
3. Konsep Pemasaran dalam Islam22
Konsep dasar spiritual marketing adalah tata olah, cipta, rasa, hati, dan karsa (implementasi) yang dibimbing oleh integritas keimanan, ketaqwaan, dan ketaatan kepada syariat Allah SWT. Jika iman, takwa, dan taat syariah ini
semu, maka aktivitas marketing yang dilakukan itu tidak ada sangkut pautnya
dengan syariat Islam.
Ada empat hal yang setidaknya berkaitan dengan konsep pemasaran berorientasi Islam:
a. Kebutuhan dan keinginan untuk memperoleh produk (permintaan) tidak
diperbolehkan dengan cara bathil (bohong, tipu, rampok, curi, korupsi)
20
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, cet. VII, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004),h. 81.
21 Ibid, h. 85 22
(42)
b. Untuk memperolehnya harus dilakukan melalui pertukaran (barang dari marketer-uang dari konsumen) proses pertukaran unit (barang dan uang) inilah disebut transaksi yang dilakukan dengan cara suka sama suka. c. Proses jual beli atau berbisnis ini terjadi pada sejumlah kumpulan orang
(pasar) sebagai tempat terkjadinya pertukaran transaksi.
d. Kesesuaian harga (pengorbanan biaya yang dikeluarkan oleh konsumen)
dengan fisik produk.23
4. Perumusan Strategi Pemasaran
a. Strategi Pasar yang Dituju
(1) Segmentasi Pasar
Menurut Wendel R. Smith, segmentasi pasar adalah pembagian dari pasar secara keseluruhan dalam kelompok-kelompok sesuai dengan kebutuhan dan ciri-ciri konsumen. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa mengadakan segmentasi pasar berarti perusahaan telah menetapkan secara jelas kelompok-kelompok pasar yang sesuai untuk dilayani secara
efektif dan efisien melalui kombinasi kebijakan marketing mix yang
berbeda-beda antara segmen yang satu dengan segmen yang lain.
(2) Penentuan Pasar Sasaran
Yaitu pemilihan besar atau luasnya segmen sesuai dengan kemampuan suatu perusahaan untuk memasuki segmen tersebut. Sebagian besar
23
(43)
32
perusahaan memasuki sebuah pasar baru dengan melayani satu segmen tunggal, dan jika terbukti berhasil, maka mereka menambah segmen dan kemudian secara vertical atau horizontal.
(3) Penentuan Posisi Pasar
Yaitu menentukan posisi yang kompetitif untuk produk atau suatu pasar. Produk atau jasa ditempatkan pada posisi yang diinginkan konsumen sehingga dapat menarik minat konsumen untuk membeli produk dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan.
b. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Pemasar menggunakan sejumlah peralatan untuk memperoleh tanggapan yang diinginkan target pasarnya. Peralatan tersebut adalah bauran pemasaran. McCarthy mengelompokkan bauran pemasaran tersebut dalam
empat kelompok besar yang disingkat menjadi 4 P, yaitu Product (produk),
Price (harga), Place (tempat), dan Promotion (promosi). Penjelasannya adalah sebagai berikut:
(1) Product (produk)
Produk berdasarkan definisi dari Philip Kotler yaitu segala sesuatu yang dapat ditawarkan kedalam pasar untuk dapat diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Karena merupakan suatu penawaran maka produk juga sering disebut
(44)
tawaran pasar.24 Dalam memasarkan suatu barang, produk merupakan hal yang paling penting untuk diketahui mengenai bauran pemasaran. Istilah bauran pemasaran mengacu pada paduan strategi produk, distribusi, promosi, dan penentuan harga yang bersifat unik yang dirancang untuk menghasilkan pertukaran yang saling memuaskan dengan pasar yang dituju. Produk adalah hal penting yang perlu diperhatikan dalam strategi bauran pemasaran, karena tanpa adanya produk, strategi bauran pemasaran lainnya tidak dapat dilakukan.
Produk merupakan segala sesuatu yang memiliki nilai di suatu pasar dimana kemampuannya memberikan manfaat dan kepuasan termasuk jasa,
benda, organisasi, tempat, orang, dan ide-ide.25 Philip Kolter mendefinisikan
produk sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan
suatu kebutuhan dan keinginan.26 Jadi produk bukan hanya berbentuk
sesuatu yang berwujud (tangible) saja, akan tetapi juga sesuatu yang tidak berwujud (intangible) seperti pelayanan jasa.
(2) Price (Harga)
Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang
24
Herry Achmad Buchory dan Djaslim Saladin, Dasar-Dasar Pemasaran Bank, (Bandung: Linda Karya, 2006), h.45
25 David W. Cravens, Pemasaran Strategis, Loc.cit, h.3 26
(45)
34
beserta pelayanannya.27 Penentuan sebuah harga sering menjadi perhatian saat membeli barang atau layanan. Harga salah satu aspek penting dalam kegiatan pemasaran. Dalam konsep ekonomi Islam, penentuan harga dilakukan oleh kekuatan pasar yaitu kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran.
Penentuan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan, mengingat harga sangat menentukan laku tidaknya produk dan jasa perbankan. Salah dalam menentukan harga akan berakibat fatal terhadap produk yang ditawarkan. Bagi perbankan terutama bank yang berdasarkan prinsip konvensional, harga adalah bunga, biaya administrasi, biaya provisi, dan komisi, biaya kirim, biaya tagih, biaya sewa, biaya iuran, dan biaya-biaya lainnya. Sedangkan harga bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah bagi hasil.28
(3) Place (tempat)
Place dalam service merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan bagaimana cara penyampaian jasa kepada konsumen dan dimana lokasi yang strategis. Distribusi merupakan kegiatan penyampaian produk sampai ke mitra pada waktu yang tepat. Oleh karena itu kebijakan distribusi merupakan salah satu
27 Basu Swastha, Azas-Azas Marketing, Cet.V, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2002), h.147 28
(46)
kebijakan pemasaran terpadu yang mencakup penentuan saluran pemasaran (marketing channels) dan distribusi fisik (physical distribution). Kedua faktor ini mempunyai hubungan yang sangat erat dalam keberhasilan penyaluran dan sekaligus keberhasilan pemasaran produk perusahaan. Efektivitas penggunaan saluran distribusi diperlukan untuk menjamin
tersedianya produk di setiap mata rantai saluran tersebut.29
(4) Promotion (promosi)
Promosi merupakan kegiatan marketing mix yang terakhir. Serta inilah yang paling diidentikan sebagai aktivitas pemasaran dalam arti sempit.
Promosi merupakan sarana paling ampuh untuk menarik dan
mempertahankan nasabahnya. Tanpa promosi jangan diharapkan nasabah dapat mengenal produk suatu perusahaan. Oleh karena itu, promosi merupakan sarana yang paling ampuh untuk menarik dan mempertahankan
nasabahnya. Salah satu tujuan promosi perusahaan adalah
menginformasikan segala jenis produk yang ditawarkan dan berusaha menarik calon nasabah yang baru. Kemudian promosi juga berfungsi mengingatkan nasabah akan produk, promosi juga ikut mempengaruhi nasabah untuk membeli dan akhirnya promosi juga akan meningkatkan citra perusahaan dimata para nasabahnya.
29
(47)
36
BAB III
GAMBARAN UMUM KOPERASI BMT BINTARO
A. Profil Koperasi BMT Bintaro1
BMT Bintaro adalah badan usaha yang berbentuk Koperasi Jasa
Keuangan Syari’ah yang didirikan pada tanggal 5 Muharram 1430 H
bertepatan dengan tanggal 2 Januari 2009 Notaris Ny. IRMA SAVYNA FIRDAUS, S.H, dengan pengesahan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia nomor: 518/12/BH/Dis-KUKM tanggal 7 Mei 2009.
Koperasi BMT Bintaro adalah penggabungan sistem perbankan
dengan pelaku usaha sektor riil, yang Insya Allah menjalankan syari’ah secara
murni, yang menerima penanaman modal dan para shohibul maal dan
menggunakan dana tersebut dalam berbagai sektor usaha riil yang dijalankan langsung oleh BMT mulai dari sektor perdagangan, jasa, dan pabrikasi. Koperasi BMT Bintaro lebih berhati-hati dalam menerapkan muamalahnya sehingga hasil yang didapatkan lebih optimal, menghindari riba dan
cabang-cabangnya serta terbebas dari hal-hal yang dilarang secara syar’i.
1
(48)
B. Sejarah Singkat Koperasi BMT Bintaro
Sejarah pendirian Koperasi BMT Bintaro ini berawal dari keinginan beberapa orang calon pengelola untuk menerapkan konsep perbankan yang benar. Hal ini disebabkan oleh karena keraguan yang besar terhadap sistem perbankan syariah maupun lembaga keuangan non bank lainnya. Sementara mereka sudah memahami ilmu terhadap perbankan syariah itu sendiri, jauh
sebelum perbankan syariah di Indonesia muncul. Allah Ta’ala telah menjamin
kebenaran syari’ah-Nya yang mencakup dari berbagai segi baik itu hukum, sosial, maupun ekonomi. Maka dalam syariah pun diberikan petunjuk mengelola lembaga keuangan. Kehadiran lembaga keuangan khususnya dalam bidang perbankan yang berbasis pada syariah-Nya yang biasa disebut perbankan syariah ini diharapkan dapat membawa perkembangan baik pada perekonomian masyarakat bahwa perbankan syariah tersebut dapat menjadi solusi pengganti sistem perbankan ribawi. Dalam usahanya BMT ini
menjalankan syariah Allah Ta’ala, dan juga menghadapi tantangan pandangan
masyarakat bahwa lembaga keuangan syariah dapat menjadi solusi pengganti
sistem lemaga keuangan ribawi.2
Berangkat dari pemahaman mereka tentang lembaga keuangan yang bebas riba, berkumpullah 5 orang pada pertemuan pertama yang dilakukan sekitar akhir tahun 2008, diantaranya:
2Nisa’ul
Khasanah. “Strategi Pe asaran berdasarkan Prinsip Syariah Dala Meningkatkan Produk -Produk BMT Bintaro. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Huku , Universitas Isla Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
(49)
38
1. Muhammad Dian Ghazali yang selaku sebagai pelopor dari pendirian
BMT.
2. Ustad Mukhtahrom
3. Mangaraja P Nasution
4. Suparman (Allahu Yarham)
5. Jaksa (Allahu Yarham)
Dari kelima orang tersebut, Muhammad Dian Ghazali merupakan pelopor dari pendirian Koperasi BMT Bintaro. Beliau belajar ilmu tentang
syari’ah dari para Ustadz besar, belajar dari berbagai kita ulama Mujtahid (ulama yang telah melakukan ijtihad). Kemudian, belajar dari bukunya Dr. Arifin Badri seorang ilmuwan Universitas Madinah dan seorang ahli hadits
muamalah yang berjudul ‘‘Riba dan Mengkritisi Perbankan Syariah“. Lalu
buku yang kedua, “Sifat Perniagaan Nabi SAW“. Beliau telah berpengalaman
dalam bidang muamalah selama 30 tahun, dan pernah menjadi seorang akuntan. Dari berbagai ilmu yang dipelajarinya, beliau berkeinginan untuk membuat suatu lembaga keuangan yang bebas riba.
Kemudian setelah pertemuan pertama dilakukan, diadakan lagi pertemuan kedua pada awal Januari 2009 dengan melibatkan calon-calon pendiri yang terdiri dari 20 orang yang menggagas untuk mendirikan koperasi. Tetapi pada waktu itu namanya masih BMT, dan ada yang mengusulkan untuk memberi nama BMT Bintaro. Kemudian setelah rapat pendiri tersebut, pada bulan berikutnya diantaranya bulan Februari sampai April mempersiapkan
(50)
prosedur legalitas dari pemerintahan yang bernama koperasi. Sehingga BMT
ini merubah namanya menjadi Koperasi BMT Bintaro.3
C. Visi dan Misi4
Visi : Insya Allah, ber-azam dalam Muamalah yang benar pada sektor riil
dengan skala Nasional dan Internasional.
Misi :
1. Penggabungan sistem perbankan dengan pelaku usaha sektor riil.
2. Penyebaran jenis usaha, lebih dari 50 unit Insya Allah sedang dan
segara dijalankan.
3. Mengutamakan keamanan usaha, kemudian kesinambungan,
perputaran, tingkat keuntungan.
D. Prinsip Operasional
Dalam setiap organisasi, lembaga maupun perusahaan diperlukan suatu prinsip yang mana prinsip tersebut dapat menjadi pedoman dasar sebuah organisasi dalam menjalankan setiap kegiatannya. Prinsip tersebut merupakan pola yang dibuat berdasarkan pemikiran-pemikiran para pendiri koperasi.
3Nisa’ul
Khasanah. “Strategi Pe asaran berdasarkan Prinsip Syariah Dala Meningkatkan Produk -Produk BMT Bintaro. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Huku , Universitas Isla Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.,
4
(51)
40
Koperasi BMT Bintaro ini merupakan koperasi yang didirikan oleh para pelopor yang mayoritas merupakan para paham kaum salafi. Salafi
merupakan suatu pemahaman. Istilah salaf telah digunakan Rasulullah SAW
ketika berkata kepada Fatimah:
كل اّأ فلَّلا مْعّ هَّإف
“Maka sesungguhnya sebaik-baik salaf adalah saya buatmu”(HR.Muslim No.2450)
Istilah salaf tidak hanya dipakai untuk menunjukkan kurun waktu yang terdahulu saja. Ia bahkan digunakan untuk mengungkapkan generasi sahabat, tabiin, tabiut tabiin, dan yang mengikuti mereka dengan istiqomah, baik secara jaman maupun manhaj. Alhasil, salafi menjadi istilah yang sah untuk disematkan pada setiap orang yang berusaha memelihara kemurnian akidah dan manhaj agar selalu sesuai dengan cara bagaimana Rasulullah SAW dan para sahabat sebelum terjadi perpecahan, dan juga generasi berikutnya yang mengikuti mereka terutama dari kalangan tabiin dan tabiut tabiin serta para
Imam Sunnah yang senantiasa menjaga kemurnian Islam.5
Berikut adalah prinsip operasional yang ditetapkan pada Koperasi
BMT Bintaro, yaitu:6
a. Tidak memakai tenaga wanita untuk mempromosikan barang, dari front
office, back office, dan juga presentasi.
5 Zaenal Abidin,
Buku Putih Dakwah Salafiah, (Jakarta: Pustaka Imam Abu Hanifah, 2009),h.,23-24
6
(52)
b. Tidak mengikuti pola Bank Syariah dan BMT yang lainnya karena dianggap masih menganut sistem riba.
c. Mewajibkan seluruh karyawan mengikuti pengajian sesuai dengan
pemahaman salafi, pemahaman generasi terbaik dari umat Islam.
d. Menjalin hubungan kerjasama diantara anggota yang sudah terjalin dalam
kajian yang sama yaitu salaf.
e. Menerima anggota koperasi BMT tidak hanya golongan salaf saja
(umum).
E. Produk-Produk Koperasi BMT Bintaro
Produk yang disediakan Koperasi BMT Bintaro, yaitu:7
1. Mudharabah Mutlaqah merupakan produk investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang rupiah yang dikelola oleh BMT ke sektor
manapun berdasarkan prinsip syariah Mudharabah Mutlaqah.
Karakteristik:
a. Jangka waktu yang fleksibel antara 12 bulan
b. Simpanan tidak dicairkan sebelum jatuh tempo
c. Bagi hasil dapat menambah pokok simpanan, ditransfer, atau
dipindahbukukan ke rekening tabungan.
d. Fasilitas Automatic Roll Over
7
(53)
42
Manfaat:
Mendapatkan bagi hasil yang kompetitif dan terbebas riba.
2. Mudharabah Muqayadah adalah akad komersial kerjasama usaha antara
shohibul mal (penanam modal) dengan mudharib (pengusaha) pada usaha
yang ditunjuk dengan nisbah dan jangka waktu yang ditentukan. Pengusaha hanya menjalankan dan menggunakan modal yang diberikan oleh shahibul mal untuk usaha yang disepakati bersama. Sebagai contoh shahibul mal memberikan kepada mudharib sebesar Rp 650.000.000 untuk menjalankan usaha Jual Cara Angsuran (JCA) dalam jangka waktu 1 tahun dengan nisbah bagi 50:50 bagi hasil perbulan. Dalam kaitannya dengan anggota BMT Bintaro, maka penanam modal mudharabah muqayyadah ini memberikan kebebasan bagi para anggota koperasi BMT Bintaro untuk memilih tempat ia menanam modal.
Karakteristik Mudharabah Muqayadah
a. Pemakaian rekening bersama agar penanam modal dapat melihat
perputaran dana melalui Bank Syariah yang ditunjuk.
b. Penarikan dana dapat dilakukan secara tunai dengan menggunakan slip
penarikan atau dapat dilakukan melalui ATM khusus.
c. Informasi bagi hasil akan disamaikan dalam bentuk statement.
(54)
Manfaat: Mendapatkan bagi hasil yang kompetitif dan Koperasi BMT Bintaro mengharapkan bagian profit yang diperoleh agar dapat digunakan untuk menambahkan modal.
3. Tabungan Wadiah Koperasi Bintaro adalah simpanan dalam mata uang
rupiah berdasarkan prinsip Wadiah yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat berdasarkan syarat-syarat tertentu yang disepakati. Wadiah
merupakan titipan murni. Dimana nasabah menitipkan uangnya di BMT tanpa adanya penambahan atau pengurangan saldo. Karena pada sistem Wadiah yang diterapkan dana nasabah tidak diinvestasikan oleh BMT ke sektor manapun.
Karakteristik tabungan Wadiah:
a. Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Wadiah
b. Setoran minimal yang ringan
c. Dilengkapi dengan Kartu ATM sekaligus Kartu Debet (Optional)
d. Dapat ditarik / disetor setiap saat di seluruh cabang BMT (akan
datang).
e. Tidak ada bagi hasil, baik untung atau rugi atas penitipan dalam
bentuk tabungan Al-Wadi’ah
f. Untuk tabungan Al-Wadi’ah minimal 30% dari total dana yang
dititipkan dimasukkan sebagai Penanaman Modal Koperasi Bintaro,
Misal: Bapak/Ibu ingin menabung di tabungan Al-Wadiah sejumlah
(55)
44
kedalam investasi mudharabah, sehingga posisi Rp. 100.000.000,00
berada pada tabungan Al-Waidah, dan Investasi Mudharabah Rp
30.000.000,00. Manfaat:
a. Dana aman dan tersedia setiap saat
b. Transaksi online di seluruh cabang BMT (akan datang)
c. Mendapatkan kartu ATM sekaligus debet (akan datang)
Peruntukkan: Individu / Perorangan
Fasilitas: BMT Card, BMT Bintaro Card merupakan sarana untuk melakukan transaksi penarikan, dan pembayaran pada ATM BSM, ATM Mandiri, jaringan ATM Prima-BCA, dan ATM Bersama, serta ATM Bank Card. BSM Card juga berfungsi sebagai kartu debit yang dapat digunakan untuk transaksi belanja di seluruh merchant yang menggunakan EDC Prima-BCA.
4. Ba’i
Ba’i merupakan akad jual beli. Pada produk jual beli Koperasi BMT Bintaro melakukan jual belinya pada beberapa sektor, yaitu:
a. ESL (Titipan Kilat)
b. Laundry
c. Beras
d. Air Galon
(1)
2. Hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam, antara lain:
١
(
ﺒﻋ ﻦﺑ ﻲِﻠﻋ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ
ﻦﺑ ﺐﻴِﺒﺷ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ،ﹸﻥﺎﻴﹾﻔﺳ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ،ِﷲﺍ ِﺪ
ﹶﻝﺎﹶﻗ ،ﹶﺓﺪﹶﻗﺮﹶﻏ
:
ﹶﺓﻭﺮﻋ ﻦﻋ ﹶﻥﻮﹸﺛﺪﺤﺘﻳ ﻲﺤﹾﻟﺍ ﺖﻌِﻤﺳ
:
ﻰﱠﻠﺻ ﻲِﺒﻨﻟﺍ ﱠﻥﹶﺃ
ﻪﹶﻟ ﻯﺮﺘﺷﺎﹶﻓ ،ﹰﺓﺎﺷ ِﻪِﺑ ﻪﹶﻟ ﻱِﺮﺘﺸﻳ ﺍﺭﺎﻨﻳِﺩ ﻩﺎﹶﻄﻋﹶﺃ ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪِﻟﺃﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋ ُﷲﺍ
ﺎﺷ ِﻪِﺑ
ﻪﹶﻟ ﺎﻋﺪﹶﻓ ،ٍﺓﺎﺷﻭ ٍﺭﺎﻨﻳِﺪِﺑ َﺀﺎﺠﹶﻓ ،ٍﺭﺎﻨﻳِﺪِﺑ ﺎﻤﻫﺍﺪﺣِﺇ ﻉﺎﺒﹶﻓ ،ِﻦﻴﺗ
ِﻪﻴِﻓ ﺢِﺑﺮﹶﻟ ﺏﺍﺮﺘﻟﺍ ﻯﺮﺘﺷﹶﺍ ِﻮﹶﻟ ﹶﻥﺎﹶﻛﻭ ،ِﻪِﻌﻴﺑ ﻲِﻓ ِﺔﹶﻛﺮﺒﹾﻟﺎِﺑ
)
ﻩﺍﻭﺭ
،ﻱﺭﺎﺨﺒﻟﺍ
]
ﺕﻭﲑﺑ
:
،ﺮﻜﻔﻟﺍ ﺭﺍﺩ
١٩٩٥
[
ﺝ ،
٢
ﺹ ،
٣٢٣
،
ﻢﻗﺭ
٣٦٤٢
(
“Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, Syabib binGharqadah menceritakan kepada kami, ia berkata: saya mendengar penduduk bercerita tentang ‘Urwah, bahwa Nabi s.a.w. memberikan uang satu dinar kepadanya agar dibelikan seekor kambing untuk beliau; lalu dengan uang tersebut ia membeli dua ekor kambing, kemudian ia jual satu ekor dengan harga satu dinar. Ia pulang membawa satu dinar dan satu eor kambing. Nabi s.a.w. mendoakannya dengan keberkatan dalam jual belinya. Seandainya ‘Urwah membeli tanah pun, ia pasti beruntung.” (H.R. Bukhari).
٢
(
ﹶﻝﺎﹶﻗ ،ﻪﻨﻋ ُﷲﺍ ﻲِﺿﺭ ﻱِﺪِﻋﺎﺴﻟﺍ ٍﺪﻴﻤﺣ ﻲِﺑﹶﺃ ﻦﻋ
:
ﹸﻝﻮﺳﺭ ﹶﻞﻤﻌﺘﺳِﺍ
ِﺕﺎﹶﻗﺪﺻ ﻰﹶﻠﻋ ِﺪﺳَﻷﹾﺍ ﻦِﻣ ﹰﻼﺟﺭ ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪِﻟﺃﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋ ُﷲﺍ ﻰﱠﻠﺻ ِﷲﺍ
،ِﺔﻴِﺒﺘﱡﻠﻟﺍ ﻦﺑﺍ ﻰﻋﺪﻳ ٍﻢﻴﹶﻠﺳ ﻲِﻨﺑ
ﻪﺒﺳﺎﺣ َﺀﺎﺟ ﺎﻤﹶﻠﹶﻓ
)
،ﻱﺭﺎﺨﺒﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ
]
ﺕﻭﲑﺑ
:
،ﺮﻜﻔﻟﺍ ﺭﺍﺩ
١٩٩٥
[
ﺝ ،
١
ﺹ ،
٣٢٢
ﻢﻗﺭ ،
١٥٠٠
(
“Diriwayatkan dai Abu Humaid al-Sa’idi r.a., ia berkata: Rasulullah s.a.w. mengangkat seorang laki-laki dari suku Asd bernama Ibn Lutbiyah sebagai amil (petugas) untuk menarik zakat dari Bani Sulaim; ketika pulang (dari tugas tersebut), Rasulullah memeriksanya.” (H.R. Bukhari).
٣
(
ﹶﻝﺎﹶﻗ ﻲِﻜِﻟﺎﻤﹾﻟﺍ ﻱِﺪﻌﺴﻟﺍ ﻦﺑﺍ ﱠﻥﹶﺃ ٍﺪﻴِﻌﺳ ِﻦﺑ ِﺮﺴﺑ ﻦﻋ
:
ﻲِﻨﹶﻠﻤﻌﺘﺳﺍ
ﻭ ﺎﻬﻨِﻣ ﺖﹾﻏﺮﹶﻓ ﺎﻤﹶﻠﹶﻓ ،ِﺔﹶﻗﺪﺼﻟﺍ ﻰﹶﻠﻋ ﺮﻤﻋ
،ٍﺔﹶﻟﺎﻤﻌِﺑ ﻲِﻟ ﺮﻣﹶﺃ ِﻪﻴﹶﻟِﺇ ﺖﻳﺩﹶﺃ
ﺖﹾﻠﹸﻘﹶﻓ
:
ﹶﻝﺎﹶﻘﹶﻓ ،ِﷲ ﺖﹾﻠِﻤﻋ ﺎﻤﻧِﺇ
:
ﺖﹾﻠِﻤﻋ ﻲﻧِﺈﹶﻓ ،ﺖﻴِﻄﻋﹸﺃ ﺎﻣ ﹾﺬﺧ
(2)
ﻮﺳﺭ ﻲِﻟ ﹶﻝﺎﹶﻘﹶﻓ ،ﻚِﻟﻮﹶﻗ ﹶﻞﹾﺜِﻣ
ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪِﻟﺃﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋ ُﷲﺍ ﻰﱠﻠﺻ ِﷲﺍ ﹸﻝ
:
ﺍﹶﺫِﺇ
ﻕﺪﺼﺗﻭ ﹾﻞﹸﻜﹶﻓ ﹶﻝﺄﺴﺗ ﹾﻥﹶﺃ ِﺮﻴﹶﻏ ﻦِﻣ ﺎﹰﺌﻴﺷ ﺖﻴِﻄﻋﹸﺃ
) .
ﻞﻴﻧ ؛ﻪﻴﻠﻋ ﻖﻔﺘﻣ
،ﱐﺎﻛﻮﺸﻠﻟ ﺭﺎﻃﻭﻷﺍ
]
ﺓﺮﻫﺎﻘﻟﺍ
:
،ﺚﻳﺪﳊﺍ ﺭﺍﺩ
٢٠٠٠
[
ﺝ ،
:.
٤
ﺹ ؛
:.
٥٢٧
(
“Diriwayatkan dari Busr bin Sa’id bahwa Ibn Sa’diy al-Maliki berkata: Umar mempekerjakan saya untuk mengambil sedekah (zakat). Setelah selesai dan sesudah saya menyerahkan zakat kepadanya, Umar memerintahkan agar saya diberi imbalan (fee). Saya berkata: saya bekerja hanya karena Allah. Umar menjawab: Ambillah apa yang kamu beri; saya pernah bekerja (seperti kamu) pada masa Rasul, lalu beliau memberiku imbalan; saya pun berkata seperti apa yang kamu katakan. Kemudian Rasul bersabda kepada saya: Apabila kamu diberi sesuatu tanpa kamu minta, makanlah (terimalah) dan bersedekahlah.”
(Muttafaq ‘alaih. Al-Syaukani, Nail al-Authar, [Kairo: Dar al-Hadits, 2000], j. 4, h. 527).
٤
(
ﹰﺔﺑﺮﹸﻛ ﻪﻨﻋ ُﷲﺍ ﺝﺮﹶﻓ ،ﺎﻴﻧﺪﻟﺍ ِﺏﺮﹸﻛ ﻦِﻣ ﹰﺔﺑﺮﹸﻛ ٍﻢِﻠﺴﻣ ﻦﻋ ﺝﺮﹶﻓ ﻦﻣ
ِﻥﻮﻋ ﻲِﻓ ُﷲﺍﻭ ،ِﺔﻣﺎﻴِﻘﹾﻟﺍ ِﻡﻮﻳ ِﺏﺮﹸﻛ ﻦِﻣ
ِﻥﻮﻋ ﻲِﻓ ﺪﺒﻌﹾﻟﺍ ﻡﺍﺩﺎﻣ ِﺪﺒﻌﹾﻟﺍ
ِﻪﻴِﺧﹶﺃ
)
ﻢﻠﺴﻣ ﻩﺍﻭﺭ
.(
“Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
٥
(
...
ﱠﻞﺣﹶﺃ ﻭﹶﺃ ﹰﻻﹶﻼﺣ ﻡﺮﺣ ﺎﹰﻃﺮﺷ ﱠﻻِﺇ ﻢِﻬِﻃﻭﺮﺷ ﻰﹶﻠﻋ ﹶﻥﻮﻤِﻠﺴﻤﹾﻟﺍﻭ
ﺎﻣﺍﺮﺣ
) .
ﻑﻮﻋ ﻦﺑ ﻭﺮﻤﻋ ﻦﻋ ﻱﺬﻣﺮﺘﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ
(
“…Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” (HR. Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf)
3. Kaidah fiqh:
ﺎﻬِﻤﻳِﺮﺤﺗ ﻰﹶﻠﻋ ﹲﻞﻴِﻟﺩ ﱠﻝﺪﻳ ﹾﻥﹶﺃ ﱠﻻِﺇ ﹸﺔﺣﺎﺑِﻹﹾﺍ ِﺕﹶﻼﻣﺎﻌﻤﹾﻟﺍ ﻰِﻓ ﹸﻞﺻَﻷﹾﺍ
“Pada dasarnya, semua bentuk mu’amalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”Memperhatikan : 1. Pendapat para ulama, antara lain:
١
(
ﱠﻥِﺈﹶﻓ ،ٍﻞﻌﺟ ِﺮﻴﹶﻏﻭ ٍﻞﻌﺠِﺑ ﹸﻞﻴِﻛﻮﺘﻟﺍ ﺯﻮﺠﻳﻭ
ِﻪﻴﹶﻠﻋ ُﷲﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﻲِﺒﻨﻟﺍ
ﺮﻋﻭ ،ﺪﺤﹾﻟﺍ ِﺔﻣﺎﹶﻗِﺇ ﻲِﻓ ﺎﺴِﻴﻧﹸﺃ ﹶﻞﱠﻛﻭ ﻢﱠﻠﺳﻭ ِﻪِﻟﺃﻭ
،ٍﺓﺎﺷ ِﺀﺍﺮِﺷ ﻲِﻓ ﹶﺓﻭ
(3)
ِﺑ ِﺡﺎﹶﻜﻨﻟﺍ ِﻝﻮﺒﹶﻗ ﻲِﻓ ٍﻊِﻓﺍﺭ ﺎﺑﺃﻭ
ﻪﹶﻟﺎﻤﻋ ﹸﺚﻌﺒﻳ ﹶﻥﺎﹶﻛﻭ ؛ٍﻞﻌﺟ ِﺮﻴﻐ
ﹰﺔﹶﻟﺎﻤﻋ ﻢﻬﹶﻟ ﹸﻞﻌﺠﻳﻭ ِﺕﺎﹶﻗﺪﺼﻟﺍ ِِﺾﺒﹶﻘِﻟ
)
،ﺔﻣﺍﺪﻗ ﻦﺑﻹ ﲎﻐﳌﺍ
]
ﺓﺮﻫﺎﻘﻟﺍ
:
،ﺚﻳﺪﳊﺍ ﺭﺍﺩ
٢٠٠٤
[
ﺝ ،
.
٦
ﺹ ،
.
٤٦٨
(
“Akad taukil (wakalah) boleh dilakukan, baik dengan imbalan maupun tanpa imbalan. Hal itu karena Nabi
shallallahu 'alaihi wa alihi wa sallam pernah mewakilkan kepada Unais untuk melaksanakan hukuman, kepada Urwah untuk membeli kambing, dan kepada Abu Rafi’ untuk melakukan qabul nikah, (semuanya) tanpa memberi-kan imbalan. Nabi pernah juga mengutus para pegawainya untuk memungut sedekah (zakat) dan beliau memberikan imbalan kepada mereka.” (Ibn Qudamah, al-Mughni, [Kairo: Dar al-Hadis, 2004], juz 6, h. 468).
Pendapat Imam Syaukani ketika menjelaskan hadis Busr bin Sa’id :
٢
(
ِﺓﺮﺟُﻷﹾﺍ ﹸﺬﺧﹶﺃ ﻪﹶﻟ ﺯﻮﺠﻳ ﻉﺮﺒﺘﻟﺍ ﻯﻮﻧ ﻦﻣ ﱠﻥﹶﺃ ﻰﹶﻠﻋ ﹲﻞﻴِﻟﺩ ﺎﻀﻳﹶﺃ ِﻪﻴِﻓﻭ
ﻚِﻟﹶﺫ ﺪﻌﺑ
)
،ﱐﺎﻛﻮﺸﻠﻟ ﺭﺎﻃﻭﻷﺍ ﻞﻴﻧ
]
ﺓﺮﻫﺎﻘﻟﺍ
:
،ﺚﻳﺪﳊﺍ ﺭﺍﺩ
٢٠٠٠
[
ﺝ ،
:.
٤
ﺹ ؛
:.
٥٢٧
(
“Hadis Busr bin Sa’id tersebut menunjukkan pula bahwa orang yang melakukan sesuatu dengan niat tabarru’
(semata-mata mencari pahala, dalam hal ini menjadi wakil) boleh menerima imbalan.” (Al-Syaukani, Nail al-Authar,
[Kairo: Dar al-Hadits, 2000], j. 4, h. 527).
٣
(
ﺟ ﻰﹶﻠﻋ ﹸﺔﻣُﻷﹾﺍ ِﺖﻌﻤﺟﹶﺃﻭ
ٍﺮﺟﹶﺄِﺑ ﺢِﺼﺗﻭ ،ﺎﻬﻴﹶﻟِﺇ ِﺔﺟﺎﺤﹾﻠِﻟ ِﺔﹶﻟﺎﹶﻛﻮﹾﻟﺍ ِﺯﺍﻮ
ٍﺮﺟﹶﺃ ِﺮﻴﻐِﺑﻭ
) .
ﻰﻠﻴﺣﺰﻟﺍ ﺔﺒﻫﻭ ﺭﻮﺘﻛﺪﻠﻟ ﺓﺮﺻﺎﻌﳌﺍ ﺔﻴﻟﺎﳌﺍ ﺕﻼﻣﺎﻌﳌﺍ
ﺹ
:.
٨٩
(
“Umat sepakat bahwa wakalah boleh dilakukan karena diperlukan. Wakalah sah dilakukan baik dengan imbalan maupun tanpa imbalan.” (Wahbah al-Zuhaili, al-Mu’amalat al-Maliyyah al-Mu’ashirah, [Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002], h. 89)
٤
(
ﱠﻥﻷ ،ٍﺮﺟﹶﺃ ِﺮﻴﻐِﺑﻭ ٍﺮﺟﹶﺄِﺑ ﹸﺔﹶﻟﺎﹶﻛﻮﹾﻟﺍ ﺢِﺼﺗ
ِﻪِﻟﺃﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋ ُﷲﺍ ﻰﱠﻠﺻ ﻲِﺒﻨﻟﺍ
ﻢﱠﻠﺳﻭ
ﺼﻟﺍ ِِﺾﺒﹶﻘِﻟ ﻪﹶﻟﺎﻤﻋ ﹸﺚﻌﺒﻳ ﹶﻥﺎﹶﻛ
ﻢﻬﹶﻟ ﹸﻞﻌﺠﻳﻭ ِﺕﺎﹶﻗﺪ
ﹰﺔﹶﻟﻮﻤﻋ
...
ﻱﹶﺃ ٍﺮﺟﹶﺄِﺑ ﹸﺔﹶﻟﺎﹶﻛﻮﹾﻟﺍ ِﺖﻧﺎﹶﻛ ﺍﹶﺫِﺇﻭ
)
ٍﻞﻌﺠِﺑ
(
ﻢﹾﻜﺣ ﺎﻬﻤﹾﻜﺤﹶﻓ
(4)
ِﺕﺍﺭﺎﺟِﻹﹾﺍ
) .
ﺝ ،ﺮﻳﺪﻘﻟﺍ ﺢﺘﻓ ﺔﻠﻤﻜﺗ
.
٦
ﺹ ،
.
٢
ﻪﻘﻔﻟﺍ ؛
ﺝ ﻰﻠﻴﺣﺰﻟﺍ ﺔﺒﻫﻭ ﺭﻮﺘﻛﺪﻠﻟ ﻪﺘﻟﺩﺃﻭ ﻰﻣﻼﺳﻹﺍ
.
٥
ﺹ
.
٤٠٥٨
(
“Wakalah sah dilakukan baik dengan imbalan maupun tanpa imbalan, hal itu karena Nabi shallallahu 'alaihi wa alihi wa sallam pernah mengutus para pegawainya untuk memungut sedekah (zakat) dan beliau memberikan imbalan kepada mereka… Apabila wakalah dilakukan dengan memberikan imbalan maka hukumnya sama dengan hukum ijarah.” (Fath al-Qadir, juz 6, h. 2; Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh alIslami wa Adillatuh, [Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002], juz 5, h. 4058).
٥
(
ﹶﻥِﺫﹶﺃ
)
ﹸﻞﱢﻛﻮﻤﹾﻟﺍ
(
ﻪﹶﻟ
)
ِﻞﻴِﻛﻮﹾﻟﺍ
(
ﻪﻧَﻷ ،ﻚِﻟﹶﺫ ﻪﹶﻟ ﺯﻮﺠﻴﹶﻓ ِﻞﻴِﻛﻮﺘﻟﺍ ﻲِﻓ
ﺪﹾﻘﻋ
ﻪﹸﻠﻌِﻓ ﻪﹶﻟ ﹶﻥﺎﹶﻜﹶﻓ ،ِﻪِﺑ ﻪﹶﻟ ﹶﻥِﺫﹶﺃ
) .
،ﺔﻣﺍﺪﻗ ﻦﺑﻹ ﲎﻐﳌﺍ
]
ﺓﺮﻫﺎﻘﻟﺍ
:
،ﺚﻳﺪﳊﺍ ﺭﺍﺩ
٢٠٠٤
[
ﺝ ،
.
٦
ﺹ ،
.
٤٧٠
(
“(Jika) muwakkil mengizinkan wakil untuk mewakilkan (kepada orang lain), maka hal itu boleh; karena hal tersebut merupakan akad yang telah diizinkan kepada wakil; oleh karena itu, ia boleh melakukannya (mewakilkan kepada orang lain).” (Ibn Qudamah, al-Mughni, [Kairo: Dar al-Hadis, 2004], juz 6, h. 470).
2. Hasil Lokakarya Asuransi Syari’ah DSN-MUI dan AASI (Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia) tanggal 7-8 Jumadi al-Ula 1426 H / 14-15 Juni 2005 M.
3. Pendapat dan saran peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada 23 Shafar 1427 H/23Maret 2006.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : FATWA TENTANG AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA
ASURANSI SYARI’AH DAN REASURANSI SYARI’AH
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan:
a. asuransi adalah asuransi jiwa, asuransi kerugian dan reasuransi syariah;
b. peserta adalah peserta asuransi (pemegang polis) atau perusahaan asuransi dalam reasuransi syari’ah.
Kedua : Ketentuan Hukum
1. Wakalah bil Ujrah boleh dilakukan antara perusahaan asuransi dengan peserta.
2. Wakalah bil Ujrah adalah pemberian kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dengan imbalan pemberian ujrah (fee).
(5)
3. Wakalah bil Ujrah dapat diterapkan pada produk asuransi yang mengandung unsur tabungan (saving) maupun unsur tabarru’ (non-saving).
Ketiga : Ketentuan Akad
1. Akad yang digunakan adalah akad Wakalah bil Ujrah. 2. Objek Wakalah bil Ujrah meliputi antara lain:
a. kegiatan administrasi b. pengelolaan dana c. pembayaran klaim d. underwriting
e. pengelolaan portofolio risiko f. pemasaran
g. investasi
3. Dalam akad Wakalah bil Ujrah, harus disebutkan sekurang-kurangnya:
a. hak dan kewajiban peserta dan perusahaan asuransi; b. besaran, cara dan waktu pemotongan ujrah fee atas premi; c. syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan jenis
asuransi yang diakadkan.
Keempat : Kedudukan dan Ketentuan Para Pihak dalam Akad Wakalah bil
Ujrah
1. Dalam akad ini, perusahaan bertindak sebagai wakil (yang mendapat kuasa) untuk mengelola dana.
2. Peserta (pemegang polis) sebagai individu, dalam produk saving dan tabarru’, bertindak sebagai muwakkil (pemberi kuasa) untuk mengelola dana.
3. Peserta sebagai suatu badan/kelompok, dalam akun tabarru’ bertindak sebagai muwakkil (pemberi kuasa) untuk mengelola dana.
4. Wakil tidak boleh mewakilkan kepada pihak lain atas kuasa yang diterimanya, kecuali atas izin muwakkil (pemberi kuasa); 5. Akad Wakalah adalah bersifat amanah (yad amanah) dan bukan
tanggungan (yad dhaman) sehingga wakil tidak menanggung risiko terhadap kerugian investasi dengan mengurangi fee yang telah diterimanya, kecuali karena kecerobohan atau wanprestasi. 6. Perusahaan asuransi sebagai wakil tidak berhak memperoleh bagian dari hasil investasi, karena akad yang digunakan adalah akad Wakalah.
Kelima : Investasi
1. Perusahaan asuransi selaku pemegang amanah wajib menginvestasikan dana yang terkumpul dan investasi wajib dilakukan sesuai dengan syariah.
2. Dalam pengelolaan dana investasi, baik tabarru’ maupun saving, dapat digunakan akad Wakalah bil Ujrah dengan mengikuti ketentuan seperti di atas, akad Mudharabah dengan mengikuti ketentuan fatwa Mudharabah.
(6)
Keenam : Ketentuan Penutup
1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 23 Shafar 1427 H
23 Maret 2006 M
DEWAN SYARI’AH NASIONAL
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua, Sekretaris,