Contoh orang-orang yang memiliki khasyyyatullâh

C. Contoh orang-orang yang memiliki khasyyyatullâh

C.1. Umat sebelum Nabi Muhammad SAW

C.1.1. Para Nabi alaihim al-shalât wa al-salâm Tanpa harus mempermasalahkan pembatasan dan definisi waktu, penulis mengarahkan maksud dari "umat terdahulu" adalah umat yang telah hadir lebih dahulu di muka bumi sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus Allah SWT dengan membawa risalah Islam sebagai penyempurna risalah-risalah yang dibawa oleh nabi-nabi sebelum beliau. Para nabi terdahulu menyebarkan ajaran dan membawa misi ilahi kepada umat yang beragam karakter dan respon penerimaannya. Ada di antara umat para nabi tersebut yang mau mengikuti dan menerima ajaran yang dibawanya, namun tidak sedikit pula yang justru mengingkari bahkan menentangnya. Meskipun tantangan

69 al-Syaukani, Tafsîr Fath al-Qadîr, j.5, h.524. Bandingkan dengan al-Biqa'i, Nazhm al- Durar fi Tanâsub al- Â yât wa al-Suwar , j.9, h.319.

yang dihadapi tidak ringan, namun hal itu tidak menciutkan nyali para nabi dan tidak membuat mereka merasa takut. Rasa takut hanya mereka tujukan kepada Allah SWT.

Beberapa indikasi adanya rasa takut kepada Allah SWT yang dipunyai para nabi dan rasul sebagaimana yang terdapat dalam ayat-ayat al-Qur'an adalah : 1).senantiasa berdo'a kepada Allah SWT dengan harap cemas.

Rasa takut dan ketundukan kepada Allah SWT yang dipunyai para nabi ini sebagaimana Allah gambarkan dengan nada pujian bahwa mereka bersegera berbuat kebaikan, berdoa dengan penuh rasa harap dan takut, dan mereka juga tunduk

kepada-Nya. Dalam QS. al-Anbiya' : 90 Allah SWT berfirman :                      

Maka kami memperkenankan doanya, dan kami anugerahkan kepada nya Yahya dan kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang- orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada kami dengan harap dan cemas. dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami.

Ibn Katsir menuliskan beberapa pendapat tentang arti "khâsyi'în". Riwayat dari Abi al-'Aliyah mengatakan bahwa "khâsyi'în" adalah "khâifîn" (orang-orang yang takut); riwayat dari Abu Sinan mengartikannya sebagai "al-khauf al-lâzim li al-qalb lâ yufâriquhu abadan " (rasa takut yang tetap dalam hati dan tidak meninggalkannya selamanya); Mujahid mengartikannya sebagai "mutawâdhi'în" (orang-orang yang tunduk) dan "mukminîn haqqan" (mukmin sejati); dan Qatâdah serta al-Dhahhak mengartikannya sebagai "mutadzallilîn lillâh" (orang-orang yang merendahkan diri

kepada Allah SWT). 70 Sementara al-Suyuthi dalam al-Durr al-Mantsur menuliskan riwayat dari al-Hasan yang menyatakan bahwa selama mereka masih punya rasa takut

terhadap Tuhan mereka maka hati mereka selalu diliputi rasa takut. Jika ada raghbah,

70 Ibn Katsir, Tafsîr al-Qur'ân al-'Azhîm, jilid 3, h. 194.

mereka takut jika hal itu adalah istidraj dari Allah SWT. Dan jika ada rahbah mereka takut jika Allah SWT memerintahkan mendatangkan siksanya. 71

Ayat tersebut bercerita dalam konteks Nabi Zakariya AS yang ketika itu memohon untuk dikaruniai keturunan oleh Allah SWT. 72 Nabi Zakariya AS tidak

mengenal putus asa dalam berbuat kebaikan dan senantiasa tunduk pada aturan Allah SWT. Meski ketika itu ia belum dikaruniai keturunan -sedangkan ia sangat menginginkannya-, namun ia tidak mencela Allah SWT dan tidak patah arang mengharap rahmat-Nya. Ia tetap melaksanakan perintah-perintah-Nya dan tidak

berhenti memohon kepada-Nya. Atas kemurahan Allahlah, maka kemudian Nabi Zakariya AS dikaruniai keturunan yang kelak menyandang misi ilahi sebagai seorang rasul, yaitu Yahya.

Beberapa ayat yang terdapat sebelum ayat ini berbicara tentang para nabi dalam menghadapi kaum mereka. Nabi Muhammad SAW menghadapi kaum kafir yang tidak mengimani al-Quran sebagi kitab suci bahkan menganggapnya sebagai mimpi kacau dan karangan penyair. Nabi Ibrahim AS menghadapi kaumnya (bahkan juga ayahnya) yang menyembah patung; Nabi Luth menghadapi kaumnya yang melakukan perbuatan keji (penyimpangan seksual); serta beberapa nabi lainnya seperti Nabi Nuh AS, Nabi Dawud AS, Nabi Sulaiman AS dan Nabi Yunus AS. Para nabi tersebut menghadapi tantangan beragam dari kaumnya, bahkan banyak dari kaum tersebut akhirnya dihukum dan dibinasakan oleh Allah SWT. Dan semua nabi tersebut diselamatkan oleh Allah SWT karena kasih sayang-Nya. Para nabi tersebut hanya menempatkan rasa takut mereka kepada Allah SWT dengan bukti mereka selalu meminta pertolongan dan perlindungan-Nya, dan tidak lari dari tugasnya menyebarkan risalah Ilahi.

71 Al-Suyuthi, al-Durr al-Mantsur, h. 347.

72 Kisah ini secara lebih luas terdapat pula di awal surat Maryam dan juga di surat Ali Imron.

2).bergetar hati ketika mendengar ayat-ayat al-Qur'an Di antara tanda bahwa para nabi mempunyai rasa takut dan ketundukan yang mendalam kepada Allah SWT adalah ungkapan Allah SWT dalam akhir ayat ke-58 surat Maryam sebagai berikut :

Mereka itu adalah orang-orang yang Telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang Telah kami beri petunjuk dan Telah kami pilih. apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, Maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.

Ungkapan "apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis" adalah sebagai penjelasan tentang kekhusyu'an para nabi dan rasa khasyatullâh mereka kepada Allah SWT. Sujud dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, sedangkan menangis adalah sebagai tanda bahwa Ia takut dan rindu kepada Allah SWT. Ungkapan "sujud dan menangis" yang dalam ayat diatas menggunakan bentuk isim

adalah sebagai isyarat bahwa rasa takut mereka itu bersifat langgeng. 73 Al-Syaukani dan al-Shabuni menjelaskan bahwa sujudnya para nabi ketika dibacakan ayat Allah

SWT itu adalah sebagai tanda disyariatkannya sujud tilawah, sekaligus sebagai targhib 74 (motivasi) supaya orang lain mengikutinya.

Al-Biqa'i menjelaskan bahwa ayat al-Rahman secara umum berarti nikmat Allah SWT dan secara khusus berarti ayat-ayat al-Qur'an. 75 Sementara al-Qurthubi

73 Al-Biqa'i, Nazhm al-Durar fi Tanâsub al- Â yât wa al-Suwar , j.5, h 213.

74 Al-Syaukâni, Tafsîr Fath al-Qadîr, juz 3, hal 339 dan Muhammad Ali al-Shabuni, Shafwah al-Tafasir, (Beirut : Dar al-Qur'an al-Karim, tth.), j.2, h. 24.

75 Al-Biqa'i, Nazhm al-Durar fi Tanâsub al- Â yât wa al-Suwar , j.5, h 213.

menuliskan perbedaan pendapat para ulama tentang arti ayat al-Rahman. Sebagian menyatakan bahwa yang dimaksud ayat al-Rahman adalah kitab-kitab suci yang mengandung muatan tauhidullah dan bukti-bukti keesaan-Nya. Sedangkan sebagian yang lain menyatakan bahwa yang dimaksud dengan ayat al-Rahman adalah kitab suci al-Qur'an yang pernah dibacakan kepada mereka, meski al-Qur-an sendiri

diturunkan khusus kepada Nabi Muhammad Saw. 76 Semua pendapat tersebut mempunyai kesamaan makna muara, bahwa yang dimaksud dengan ayat al-Rahman

adalah firman Allah yang terdapat dalam kitab suci.

3). Segera Bertaubat Ketika Melakukan Kesalahan Nabi Yunus yang sempat meninggalkan kaumnya dan kemudian diberi sangsi oleh Allah SWT dengan ditempatkannya dalam perut ikan, namun akhirnya Allah SWT menyelamatkannya karena ia menyadari kesalahannya. Dalam penyesalannya itu, iapun mensucikan Allah SWT dengan doanya yang diabadikan dalam QS. al- Anbiya' : 87 sebagai berikut :

                        Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan

marah, lalu ia menyangka bahwa kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, Sesungguhnya Aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."

Al-Biqa'i menerangkan bahwa ketika itu Nabi Yunus merasa marah yang ditujukan kepada kaumnya yang ingkar sehingga ia pergi meninggalkannya dan juga marah terhadap Tuhannya sehingga ia keluar tanpa menunggu izin khusus dari-Nya

76 Al-Qurthubi, al-Jâmi' li ahkâm al-Qur'ân, h. 134.

untuk pergi meninggalkan kaumnya. 77 Setelah peristiwa yang membawanya hingga sampai ke perut ikan, Nabi Yunus menyadari akan kesalahannya dan segera

bertaubat. Tatkala memperhatikan penyesalan dan doa Nabi Yunus ini, al-Razi menyimpulkan dalam al-Lawami', yang dikutip oleh al-Biqa'i, bahwa orang yang ingin kembali bertaubat dan berdoa pada Allah haruslah memulainya dengan mengesakan-Nya, kemudian bertasbih pada-Nya (mensucikan-Nya), memuji-Nya, mengakui kesalahannya, memohon ampunan dari-Nya, dan berjanji untuk tidak

78 mengulanginya. 4). Mengkhawatirkan kondisi umatnya

Selain memiliki khasyyatullâh yang mendalam, para nabi juga sering mengingatkan kaumnya untuk takut kepada Allah SWT yang berkuasa memberi adzab kepada orang-orang yang mengingkari-Nya. Hal itu dilakukan karena para nabi tidak ingin kaumnya mendapat adzab Allah SWT. Adapun beberapa contohnya

adalah sebagai berikut 79 :

1. Nabi Nuh Alaihi al-Salâm Nabi Nuh AS 80 berdakwah kepada kaumnya untuk menyebarkan ajaran tauhid

selama sembilan ratus lima puluh tahun (QS. al-ankabut :14), dilakukan tanpa kenal

77 Al-Biqa'i, Nazhm al-Durar fi Tanâsub al- Â yât wa al-Suwar j.5 h.321.

78 Al-Biqa'i, Nazhm al-Durar fi Tanâsub al- Â yât wa al-Suwar j.5 h.321.

79 Dalam hal ini, nabi-nabi yang disebutkan sebagai contoh tidaklah bermaksud sebagai pembatasan terhadap nabi-nabi yang lainnya. Bukan berarti bahwa nabi-nabi yang lain tidak

mempunyai khasyyatullah, melainkan yang disebut di sini adalah nabi-nabi yang ungkapan rasa takutnya terdapat dalam al-Qur`an.

80 Kisah Nabi Nuh AS ini terdapat dalam beberapa surat, yaitu QS. al-A'raf :59-64; QS.

Yunus : 71-73; QS. Hud : 25-49; QS. al-Anbiya': 76-77; QS. al-Mukminun : 23-30; QS. al-Syu'ara' : 105-122; QS. al-Ankabut : 14-15; QS. al-Shaffat : 75-82; QS. al-Qamar : 9-17 dan QS. Nuh secara utuh dalam satu surat sebanyak 28 ayat.

lelah, siang dan malam (QS. Nuh : 5), ternyata kaumnya bukannya mengikutinya, namun malah menjauh dan lari dari kebenaran (QS.Nuh : 6). Bahkan istrinya sendiri mengkhianatinya dengan mengatakan bahwa Nabi Nuh adalah orang gila (QS. al- Tahrim : 10). Meskipun kaumnya ingkar dan selalu mencemoohnya, namun Nabi Nuh AS masih mempunyai rasa kasihan. Ia tidak langsung mengklaim kaumnya sebagai orang-orang kafir dan mengutuk kaumnya dengan kebinasaan, namun justru menyuruh mereka untuk menyadari kesalahannya dan memohon ampun kepada Allah SWT (QS. Nuh : 10).

Spirit seperti ini harus dimengerti dan ditiru oleh setiap umat Islam yang menginginkan ajaran agamanya dapat diterima oleh lebih banyak kalangan. Bahwa tatkala ada seseorang atau sekelompok orang yang tidak mau atau bahkan menentang dakwahnya, ia tidak segera mengklaim mereka sebagai orang-orang yang membangkang, namun tetap memberikan peluang untuk berubah menjadi lebih baik. Dakwah tetap disampaikan dengan tetap berhusnuzhan kepada objek dakwah, bahwa hatinya suatu saat akan dapat menerima kebenaran, dan juga kepada Allah SWT, bahwa Ia akan selalu melindungi dan membantu orang-orang yang meniti jalan yang diridhai-Nya.

Nabi Nuh AS melakukan hal itu karena ia menakutkan adzab yang pedih yang akan ditimpakan kepada kaumnya pada hari kiamat jika mereka tetap saja tidak mau beriman. Allah menceritakan tentang ketakutan Nabi Nuh As ini sebanyak dua kali yaitu dalam QS. Hud : 25-26 dan QS. al-A'raf :59. Dalam QS. Hud : 25-26 Allah berfirman :

25. Dan Sesungguhnya kami Telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (Dia berkata): "Sesungguhnya Aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu,

26. Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya Aku takut kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan".

2. Nabi Hud Alaihi al-Salâm Nabi Hud AS 81 berdakwah kepada kaum 'Ad, kaum pertama yang

menyembah berhala setelah kaum sebelumnya (umat nabi Nuh AS) dibinasakan Allah SWT dengan badai topan. 82 Dalam kondisi kaum 'Ad yang tersesat dalam

pengabdian kepada kepada patung-patung itulah, Allah SWT mengirim seorang utusan, yaitu Hud AS.

Kerasnya hati kaum 'Ad untuk menerima kebenaran yang dibawa oleh Nabi Hud, menyebabka mereka menyepelekan nasihat kebenaran tersebut, bahkan menganggapnya bagai angin lalu saja. Melihat kepongahan kaumnya, Nabi Hud merasa takut jika Allah murka dan menimpakan siksaan yang tentu tidak sanggup mereka tanggung. Nabi Hud pun menyampaikan rasa takutnya itu kepada kaumnya dengan harapan mereka mau mengerti dan menyadari akan adanya ancaman dan siksaan Allah SWT tersebut. Al-Qur'an mencatat dua kali ungkapan rasa takut Nabi Hud tersebut dengan redaksi yang sama, yaitu dalam akhir QS.al-ahqaf : 21 dan QS. al-Syu'ara : 135. Dalam akhir QS.al-ahqaf : 21 disebutkan :

"Dan ingatlah (Hud) saudara kaum 'Aad yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaaf dan Sesungguhnya Telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan): "Janganlah kamu

81 Kisah tentang Nabi Hud AS dan kaumnya, yakni kaum 'Ad terbentang dalam beberapa surat, yaitu QS. al-A'raf : 65-72; QS. Hud : 50-60; QS. al-Mukminun : 31-41; QS. al-Syu'ara' : 123-

140; QS. Fussilat : 15-16; QS. al-Ahqaf : 21-25; QS. al-Dzariyat : 41-42; QS. al-Najm : 51; QS. al- Qamar : 17-22; QS. al-Haqqah : 6-8; dan QS. al-Fajr : 6-14. Kaum 'ad sendiri disebut beberapa kali dalam QS. al-Taubah : 70; QS. Ibrahim : 9 ; QS. al-Furqan : 38 ; QS. al-Ankabut : 38 : QS. Shaad : 12 dan QS. Qaaf : 13.

Banyak di antara kisah Nabi Hud AS ini disebutkan sesudah kisah Nabi Nuh AS., yaitu dalam surat al-A'raf, Hud, al-Mukminun dan al-Syu'ara'.

82 Ibn Katsîr, Qashash al-Anbiyâ, ( Beirut : Dar al-Ma'rifah, 1999), h.106 dan Muhammad al-

menyembah selain Allah, Sesungguhnya Aku khawatir kamu akan ditimpa azab hari yang besar".

3. Nabi Syu'aib Alaihi al-Salâm Nabi Syu'aib diutus Allah SWT kepada penduduk Madyan 83 yang dinamakan

juga dengan penduduk Aikah (ashhâb al-aikah) karena mereka menyembah aikah, pohon dari hutan yang berada di sekeliling mereka. Namun ada juga pendapat yang mengatakan bahwa penduduk Madyan dan ashhâb al-aikah adalah dua kaum yang

berbeda namun keduanya adalah kaum tempat diutusnya Nabi Syu'aib AS. 84 Penduduk Madyan mempunyai kebiasaan yang sangat buruk dalam

bermu'amalah. Mereka adalah kafir musyrik, suka menjadi perampok di jalan-jalan, menakut-nakuti orang yang lewat, mereka sering berbuat curang dalam hal timbangan, meminta dilebihkan dalam takaran untuk mereka, namun mengurangi takaran untuk orang lain. Merekalah orang yang mula-mula melakukan perbuatan biadab tersebut. Untuk menghilangkan tradisi yang buruk tersebut, Allah SWT mengirimkan seorang utusan, yaitu Nabi Syu'aib AS.

Nabi Syu'aib AS memberikan peringatan kepada umatnya, namun mereka tetap saja ingkar. Atas perilaku umatnya ini, Nabi Syu'aib mengkhawatirkan kondisi umatnya jika harus menerima siksaan Allah, sebagaimana yang tertulis dalam QS. Hud : 84 :

Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia.

83 Kisah Nabi Syu'aib AS dalam al-Qur`an terdapat dalam QS. al-A'raf : 85-93 ; QS.Hud : 84- 95 ; QS.al-Hijr : 78-79, dan QS. al-Syu'ara : 176-191. Dalam surat-surat tersebut, kisah nabi Syu'aib

AS disebutkan setelah kisah nabi Luth dan kaumnya.

84 Ibn Katsîr, Qashash al-Anbiyâ, h.226 dan al-Najjar, Tarikh al-Anbiya, h. 171. Ibn Katsir memandang riwayat ini gharib dan dhaif.

dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, Sesungguhnya Aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan Sesungguhnya Aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)."

4. Nabi Ibrahim Alaihi al-Salam. 85 Nabi Ibrahim AS bergelar Khalil Allah (kekasih Allah), berdakwah

menebarkan risalah ilahi di beberapa tempat. Ibnu Katsir mencatat setidaknya Ibrahim pernah singgah dan berdakwah di wilayah Damaskus, Babilonia, Bait al- Maqdis, hingga pernah menetap di Haran yang penduduknya menganut kepercayaan

dengan menyembah 7 bintang seraya menghadap kutub utara. 86 Tatkala mendakwahkan risalah tauhid, Ibrahim pertama kali mencoba

menyadarkan ayahanda tercintanya yang ternyata seorang penyembah berhala. Ibrahim membangun dialog dengan mendasarkan pada logika bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu tidaklah dapat memberi manfat dan madharat sedikitpun, apalagi menolong orang yang menyembahnya. Dengan penuh rasa takut akan siksa terhadap orang yang menyekutukan Allah SWT, Ibrahim memberikan peringatan tersebut kepada ayahnya. Kekhawatiran Ibrahim ini sebagaimana tertuang dalam QS. Maryam : 45 :

            Wahai bapakku, Sesungguhnya Aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari

Tuhan yang Maha pemurah, Maka kamu menjadi kawan bagi syaitan".

85 Kisah Ibrahim AS banyak terdapat dalam QS. al-Anbiya: 51-73, QS al-Ankabut: 16-27, QS. Maryam: 41-48, QS. al-taubah: 114, QS. al-An'am : 74-83, QS. al-Syu'ara: 69-83, QS. al-

Shaffat:83-113, QS. Hud: 69-73, QS. alHijr : 51-56, QS. al-Dzariyat: 24-30, QS.Ibrahim : 35-41, QS. al-Hajj : 26-27, QS. ali Imran: 65-68 dan 96-97, QS. al-Nahl : 120-123, serta QS. al-Baqarah: 124-141, 258,260.

86 Ibn Katsîr, Qashash al-Anbiyâ, h.137 dan al-Najjar, Tarikh al-Anbiya, h. 97.

C.1.2. Orang-orang shalih selain nabi

A. Dzulqarnain Kisah tentang Dzulqarnain ini terdapat dalam QS.al-Kahfi : 84-99. Al-Wahidi mencatat riwayat dari Qatadah bahwa ketika itu ada orang Yahudi yang menanyakan

hal itu kepada Nabi Muhammad SAW. 87 Tentang nama Dzulqarnain ini, al-Baidhawi menuliskan beberapa penjelasan, bahwa ia dinamakan Dzulqarnain karena :

- ia adalah raja dari dua kerajaan besar, Persia dan Romawi - ia mengelilingi dua ujung dunia, timur dan barat - ia mempunyai dua tanduk di kepalanya

- ia mempunyai dua tanduk di mahkotanya - pada masa kekuasaannya, ada dua golongan manusia yang musnah - 88 sebagai julukan atas keberaniannya.

Dalam al-Qur'an, sosok Dzulqarnain digambarkan sebagai seorang yang dikaruniai Allah SWT banyak potensi. Dalam QS. al-Kahfi : 84 disebutkan :

           Sesungguhnya kami Telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi,

dan kami Telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu Al-Baidhawi menjelaskan arti "min kulli syaiin sababan" adalah bahwa Allah

SWT mengkaruniakan banyak potensi untuk mencapai segala sesuatu, berupa ilmu, kekuatan dan sarana peralatan. 89 Dengan kemampuan yang ada padanya, Dzulqarnain

menjelajah ke berbagai belahan dunia, timur dan barat. Tatkala menjumpai kaum yang tidak beragama, Allah SWT memberinya pilihan untuk menghukum mereka atau mengajaknya berbuat kebaikan. Dengan mengedepankan keadilan, ketegasan yang juga mencerminkan ketundukannya pada

87 al-Wâhidi, Asbâb Nuzûl al-Qur'ân, h.151.

88 al-Baidhâwi, Anwâr al-tanzîl wa asrâr al-ta'wîl, juz 3, h. 519, Ma'ârif Islâmiyah, Nooor. Com.2000. Bandingkan dengan al-Biqa'i, j.5, h.178. al-Biqa'i menambahkan bahwa Dzulqarnain hidup

pada masa Nabi Ibrahim dan ia pernah ikut thawaf bersama mengelilingi ka'bah.

89 al-Baidhâwi, Anwâr al-tanzîl wa asrâr al-ta'wîl, juz 3, h. 519

Allah SWT, Dzulqarnain bertekad untuk menghukum orang-orang yang berbuat dzalim kemudian mengembalikan urusannya pada Allah SWT untuk mendapatkan balasan adzab yang setimpal. Adapun kepada orang-orang yang mau beriman dan beramal shalih, Dzulqarnain mengajak mereka pada perintah-perintah Allah SWT yang mudah, kemudian ia juga mengembalikan urusannya pada Allah SWT untuk mendapatkan pahal yang sepadan pula. (QS. al-Kahfi : 87-88).

Keputusan Dzulqarnain yang demikian ini mencerminkan bahwa meskipun ia seorang yang mempunyai kekuasaan, kekuatan dan sarana serta diberi kebebasan untuk memilih perbuatannya, namun ia bukanlah orang yang mengandalkan potensinya tersebut. Ia tetap mengembalikan semua urusan, baik dan buruk, kepada Allah SWT, dzat yang menguasai dirinya. Ia tidak memilih "aji mumpung" untuk berbuat sekehendaknya tanpa menyandarkan urusannya pada Allah SWT. Hal yang demikian ini dapat menjadi contoh bagi setiap lapisan generasi yang merasa mempunyai banyak kekuatan, kekuasaan dan fasilitas, untuk tidak berbuat semena- mena. Tidaklah pantas dilakukan seseorang bahwa ketika berada di atas menginjak yang di bawah, ketika merasa kuat menindas yang lemah, dan fasilitas yang ia miliki digunakan untuk hal-hal yang menentang aturan Allah SWT.

Keikhlasan yang membuat Dzulqarnain menyandarkan semua perbuatannya berlandaskan niat karena Allah SWT semata, tampak pada sikapnya tatkala menolong suatu kaum dari ancaman Yakjuj dan Makjuj, sekelompok manusia yang berbuat kerusakan di bumi. Ketika kaum tersebut meminta pertolongan untuk dibuatkan dinding penghalang yang melindungi mereka dari gangguan Yakjuj dan Makjuj, mereka bermaksud untuk memberinya imbalan. Namun dengan tegasnya, Dzulqarnain menjawab bahwa apa yang telah dianugerahkan Allah SWT kepadanya lebih baik dari imbalan yang mereka tawarkan. Maka iapun hanya minta bantuan berupa tenaga dan peralatan untuk membuat dinding. (QS. al-Kahfi : 94-96)

Hal ini terkadang terasa bertolak belakang dengan fenomena pola hubungan masyarakat dan pemimpin atau penguasa, kini dan di sini. Tuntutan bahwa pemimpin

bahwa pemimpin meminta dilayani. Sikap ini mencerminkan ketiadaan rasa takut kepada Allah SWT sehingga dengan sangat mudahnya berbuat kedzaliman dengan membuat susah orang-orang yang sudah dalam keadaan susah. Semua perbuatan tercela tersebut seringkali tidak hanya terjadi di lingkungan yang jauh dari nilai-nilai agama, namun juga di komunitas yang, dalam anggapan banyak orang, memahami ajaran agama.

B. Luqman Kisah tentang Luqman terdapat dalam al-Qur'an surat Luqman, ayat 12-19. Luqman adalah seseorang yang telah diberikan hikmah (kebijaksanaan) oleh Allah

SWT (QS.Luqman : 12) 90 , di antaranya tentang hakikat syukur. Barangsiapa yang bersyukur kepada Allah SWT, maka sejatinya dia bersyukur untuk dirinya sendiri,

bukan untuk Allah SWT. Hal ini terbukti dengan korelasi lanjutan ayatnya bahwa jika seseorang tidak mau bersyukur, maka Allah tetaplah Maha Kaya dan Maha Terpuji. Tanpa ada seorangpun yang berterima kasih pad Allah SWT, padahal Dia telah memberikan banyak kenikmatan, Dia tetaplah Maha Kaya yang tak berkurang

sedikitpun kekayaan-Nya. Tanpa ada seorangpun yang memujinya, 91 Dia tetaplah Maha Terpuji, tak berkurang sedikitpun kemuliaan-Nya.

Dalam QS. Ibrahim : 7, Allah SWT menerangkan bahwa jika seseorang bersyukur kepada-Nya, Dia akan menambahkan nikmat-Nya, namun jika seseorang tidak mau bersyukur (mengingkari-Nya), maka Allah SWT mempunyai siksaan yang sangat pedih. Ayat selanjutnya (ayat ke-8) menjelaskan perkataan Nabi Musa AS bahwa jikalau manusia semuanya mengingkari (kufur) kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT tetaplah Maha Kaya (Ghani) dan Maha Terpuji (Hamid). Baik syukur

90 Hal ini sering menjadikannya dijuluki Luqman al-Hakim.

91 Ungkapan rasa syukur secara lisan adalah membaca hamdalah "alhamdulillah rabb al- 'alamin (segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam)".

maupun kufur yang dilakukan manusia sama sekali tidak membawa manfaat atau madharat sedikitpun pada Allah SWT. 92

Luqman banyak memberi nasehat berharga pada anaknya. Di awal nasehatnya, Luqman menekankan untuk tidak menyekutukan Allah SWT dengan sesuatupun, karena itu adalah kedzaliman yang sangat besar. (QS.Luqman : 13). Selain itu, ia juga menasehati untuk melaksanakan perintah Allah SWT dalam hal ibadah shalat, amar ma'ruf nahi munkar, bersabar tatkala mendapat ujian, sederhana dalam berjalan dan berbicara, dan tidak berlaku sombong di muka bumi. Ada satu

nasehat Luqman kepada anaknya yang mencerminkan adanya muraqabatullah (pengawasan melekat dari Allah SWT) dan berlandaskan rasa yakutnya pada Allah SWT, yaitu sebagaimana yang tertuang dalam QS. Luqman : 16 sebagai berikut :

(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.

Dengan nasehatnya ini, Luqman ingin menekankan kepada anaknya untuk berhati-hati dalam melakukan perbuatan. Jangan sekali-kali berniat untuk melakukan maksiat dan sengaja berbuat dosa walau sekecil apapun, karena Allah SWT Maha Teliti yang tak akan terlewatkan sedikitpun dari pengamatan-Nya. Dia akan memberi

balasan atas hal itu, pahala atas amal kebaikan, dan siksaan atas kejahatan. 93

Jikalau setiap orang tua dapat mencontoh nilai pendidikan yang ditanamkan Luqman kepada anaknya ini, niscaya tak akan ditemui anak-anak yang hanya

92 Lihat al-Biqa'i, Nazhm al-Durar fi Tanâsub al- Â yât wa al-Suwar , j.6, h.343.

93 Lihat al-Alusi, j. 15, h.441.

bersikap manis jika di depan orang tuanya saja, namun menjadi anak yang tak tahu aturan tatkala jauh dari jangkauan orang tuanya. Hal ini akan menimbulkan efek positif pada kondisi sosial masyarakat, yaitu munculnya rasa aman dan nyaman dalam bermasyarakat.

C. Orang Mukmin dari Keluarga Fir'aun

94 Dalam QS.Ghafir : 28-33 disebutkan tentang seseorang dari keluarga Fir'aun yang menyembunyikan keimanannya tengah melakukan pembelaan memihak Nabi

Musa As yang membawa risalah tauhid menghadapi tiran Fir'aun yang sangat

sombong bahkan mengaku dirinya sebagai tuhan. Ketika itu Nabi Musa AS tengah menyampaikan dakwah di hadapan Fir'aun dan para pembesar kerajaannya. Didorong oleh rasa sombong dan hatinya yang ingkar, Fir'aun marah dan tidak mau menerima penjelasan dari Nabi Musa . Di tengah-tengah suasana menegangkan itu, muncullah seseorang yang termasuk keluarga Fir'aun dengan memihak Nabi Musa AS. Ia mengingatkan Fir'aun dan kaumnya bhawa Musa datang menyampaikan kebenaran. Ia juga mengatakan bahwa jikalau Musa berbohong atas apa yang disampaikannya, biarlah dosa kebohongannya itu menjadi tanggung jawabnya sendiri. Namun jika Musa benar, maka sebagian bencana yang diancamkan kepada orang-orang yan ingkar akan menjadi kenyataan. Lelaki tersebut takut jika ancaman siksaan itu benar- benar terjadi. Kekhawatiran tersebut tertuang dua kali dalam al-Qur'an, yaitu dalam QS. al-Mukmin : 30 dan ayat ke-32 pada surat yang sama. Dalam QS. al-Mukmin :

30 tertulis :           

94 Al-Syaukâni menyebutkan bahwa orang tersebut adalah anak dari paman Fir'aun, seorang yang berbangsa Qibthi. Dialah yang dimaksudkan dalam QS. al-Qashash :20 tentang seorang lelaki

yang datang dari ujung kota dan menasehati Nabi Musa AS untuk segera meninggalkan kota tersebut untuk menghindari siksaan dan rencana pembunuhan yang akan dilakukan oleh Fir'aun dan anak buahnya. Lihat Al-Syaukâni, Tafsîr Fath al-Qadîr, juz 4, hal 488. Bandingkan dengan al-Alusi, j.18, h.80.

Dan orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya Aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu.

C.2. Umat Masa Nabi Muhammad SAW

C.2.1. Nabi Muhammad SAW Pada pembahasan sebelumnya, telah disebutkan bahwa Nabi Muhammad

SAW adalah orang yang paling takut dan paling mengenal Allah SWT ( ْﻢُﻬُﻤَﻠْﻋَأ ﺎَﻧَﺄَﻟ ِﻪﱠﻠﻟاَﻮَﻓ

ًﺔَﯿْﺸَﺧ ُﻪَﻟ ْﻢُﻫﱡﺪَﺷَأَو ِﻪﱠﻠﻟﺎِﺑ) 95 . Beliau sangat khawatir jika siksaan Allah SWT akan turun pada umatnya karena berpaling dan tidak mau menerima dakwah beliau. Ketakutan

Rasulullah SAW ini tertuang dalam QS. Hud :3 sebagai berikut :                

           Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya dia akan memberi kenikmatan yang

baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang Telah ditentukan dan dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.

Dalam hadits banyak dijumpai riwayat yang mengisahkan bahwa Rasulullah SAW mempunyai rasa takut yang amat sangat kepada Allah SWT. Di antaranya adalah :

1. Aisyah RA menceritakan bahwa Rasulullah adalah orang yang selalu menghiasi wajahnya dengan raut berseri dan penuh senyuman. Namun tatkala ada mendung gelap atau angin kencang, raut muka Rasulullah SAW berubah ronanya menjadi penuh kecemasan. Beliau mondar-mandir keluar masuk rumah. Apabila kemudian turun hujan, kecemasan itu berganti menjadi kegembiraan. Ketika itu Aisyah merasa heran dengan hal itu karena biasanya orang akan gembira jika melihat mendung lantaran mengharap akan segera turun hujan. Aisyah lalu menanyakannya kepada

95 HR. Muslim nomor 4345 Kitâb al-Fadhâ'il Bâb 'Ilmuhu billâh ta'âla wa syiddatu khasyyatih i

Rasulullah SAW. Menjawab pertanyaan Aisyah tersebut Rasulullah berkata bahwa beliau merasa khawatir akan adanya adzab Allah yang diturunkan lewat angin dan awan gelap tersebut, karena telah ada kaum dan umat terdahulu yang ingkar dan disiksa Allah SWT dengan cara demikian. Namun jika ternyata setelah itu turun

hujan, maka itu adalah rahmat Allah SWT. 96

2. ketika ada gerhana matahari, Rasulullah SAW segera melakukan shalat dengan gerakan shalat yang lebih panjang dibanding biasanya. Setelah itu beliau berkhutbah dan mengingatkan kepada para sahabatnya tentang fenomena alam tersebut sebagai salah satu tanda atas kekuasaan Allah SWT sehingga harus disikapi dengan benar, yaitu melakukan shalat dan berdoa, tanpa ada anggapan takhayul

apapun, misalnya mengkaitkan gerhana dengan kelahiran atau kematian seseorang. Dalam lanjutan hadits tersebut, beliau juga mengatakan bahwa jika para sahabatnya itu mengetahui sebagaimana yang diketahui oleh Rasulullah SAW, niscaya mereka

akan banyak menangis dan sedikit tertawa. 97

96 Dalam Shahih Muslim didapati riwayat tentang hal itu, yaitu : ٍﺐـﻫﻭ ﻦـﺑ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ﺪﺒﻋ ﺎﻧﺮﺒﺧﹶﺃ ِﺮِﻫﺎﱠﻄﻟﺍ ﻮﺑﹶﺃ ﻲِﻨﹶﺛﺪﺣ ﻭ ﺡ ِﺙِﺭﺎﺤﹾﻟﺍ ِﻦﺑ ﻭِﺮﻤﻋ ﻦﻋ ٍﺐﻫﻭ ﻦﺑﺍ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ٍﻑﻭﺮﻌﻣ ﻦﺑ ﹸﻥﻭﺭﺎﻫ ﻲِﻨﹶﺛﺪﺣ ﻭ

Hadits nomor 1497 kitâb shalât al-istisqâ' bâb al-ta'awudz 'inda ru'yah al-rîh wa al-khiyam wa al-farah bi al-mathar . Lihat Mawsû'ah al-Hadîts al-Syarîf, CD Room

97 Bukhari mencatat hadits tentang hal itu sebagai berikut :

HR. bukhâri nomor 986 kitâb al-jum'ah bâb al-shadaqah fi al-kusûf. Lihat Mawsû'ah al- Hadîts al-Syarîf , CD Room

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa tatkala terjadi gerhana matahari. Rasulullah SAW khawatir jika hal itu adalah pertanda datangnya hari kiamat, dan beliau bersegera melakukan shalat.

3. Abu Bakar RA pernah melihat ada uban di kepala Rasulullah SAW dan tatkala ditanyakan kepada Rasulullah SAW, beliau menjawab bahwa surat Hud, al- Waqi'ah, al-Mursalat, al-Naba' dan Takwir dalam al-Qur'an membuat beliau

beruban. 98 Alasan mengapa surat-surat tersebut membuat Rasulullah SAW beruban adalah karena isi kandungannya yang menceritakan tentang keadaan hari kiamat yang

penuh huru-hara, dan juga kisah tentang umat-umat terdahulu yang mengingkari para nabi dan mendapatkan siksa dari Allah SWT.

4. Rasulullah SAW banyak berdo'a yang isinya memohon perlindungan Allah SWT dari banyak hal, misalnya perlindungan dari siksa kubur, fitnah kehidupan dan kematian, fitnah al-Dajjal, perlindungan dari hilangnya kenikmatan, kesedihan, kelemahan, dan perlindungan dari murka dan sika-Nya.

C.2.2. Para sahabat dan salaf al-shâlih Fenomena khasyyatullah yang melingkupi kehidupan Rasulullah SAW memberikan inspirasi bagi para sahabat beliau untuk melakukan dan merasakan hal yang serupa. Banyak di antara sahabat beliau yang kemudian secara temurun juga para tabi'in dan salaf al-shalih lainnya yang merasakan takut yang mendalam kepada Allah SWT. Ketakutan itu melahirkan tindakan dan juga ucapan yang menyiratkan

98 Dalam sunan Tirmidzi didapati riwayat tentang hal itu : ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻲِﺿﺭ ٍﺮﹾﻜﺑ ﻮﺑﹶﺃ ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹶﻝﺎﹶﻗ ٍﺱ ﺎﺒﻋ ِﻦﺑﺍ ﻦﻋ ﹶﺔﻣِﺮﹾﻜِﻋ ﻦﻋ ﻖﺤﺳِﺇ ﻲِﺑﹶﺃ ﻦﻋ ﹶﻥﺎﺒﻴﺷ ﻦﻋ ٍﻡﺎﺸِﻫ ﻦﺑ ﹸﺔﻳِﻭﺎﻌﻣ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ ٍﺐﻳﺮﹸﻛ ﻮﺑﹶﺃ ﺎﻨﹶﺛﺪﺣ

HR. Tirmidzi nomor 3319 kitâb Tafsîr al-Qur'ân 'an Rasulillâh bâb wa min sûrah al- Wâqi'ah. Lihat Mawsû'ah al-Hadîts al-Syarîf, CD Room

adanya ketundukan yang amat sangat pada Allah SWT sehingga mereka takut jika mereka akan mendapatkan siksa dari Allah SWT atas kesalahan dan dosa yang pernah mereka perbuat. Rasa takut atas siksa itu bahkan juga menjadikan mereka sering mengucapkan kata-kata yang bahkan tak mungkin terjadi, misalnya berandai- andai jika mereka menjadi hewan yang disembelih dan dimakan dagingnya, yang tak akan menerima balasan atas perbuatan yang telah dilakukannya, atau seandainya menjadi pepohonan saja.

Berikut beberapa contoh atas fenomena khasyyatullah tersebut :

1. Hadits riwayat Anas RA yang menceritakan bahwa para sahabat menutup kepala dengan tangan mereka seraya menangis tatkala Rasulullah SAW berkhutbah dan

menyampaikan tentang surga dan neraka serta memohon perlindungan Allah SWT dari berbagai fitnah. 99

2. Khasyyatullah yang tampak pada saat dzikr al-maut (mengingat kematian) seperti yang dialami oleh Utsman bin 'Affan RA. Ketika itu Utsman bin 'Affan pernah melewati sebuah kuburan dan ia tiba-tiba menangis hingga air matanya membasahi jenggotnya. Ditanyakan kepadanya mengapa ia menangis ketika melewati kuburan padahal ia tak menangis tatkala disebutkan tentang surga dan neraka, maka ia

99 Dalam Shahih Bukhari tercatat :

HR. Bukhari nomor 6562 kitab al-fitan bab al-ta'awudz min al-fitan. Lihat Mawsû'ah al- Hadîts al-Syarîf , CD Room

menjawab bahwa kuburan adalah tempat pertama di akhirat, jika di kuburan seseorang selamat, maka ia akan lebih mudah mellewati masa sesudahnya, namun jika ia tidak selamat di kuburan, maka ia akan menghadapi masa yang lebih sulit lagi

setelah itu. 100

3. Riwayat dari Ismail bin Abi Khalid dari Qais yang berkata bahwa ia pernah mendatangi Abdullah bin Rawahah yang saat itu sedang menangis. Tatkala memdapati istrinya yang juga ikut menangis, Abdullah menanyakan ada apa gerangan. Istrinya mengatakan bahwa ia menangis karena melihat suaminya

menangis. Abdullah kemudian berkata bahwa ia menangis karena ia tahu akan

melewati neraka, dan ia tidak tahu apakah ia akan selamat ataukah tidak. 101

4. Sufyan al-Tsauri, salah seorang tabi'in, sebagaimana diceritakan oleh 'Atha' al- Khaffaf pernah menangis tersedu-sedu. Tatkala ditanyakan kepadanya, ia menjawab bahwa ia takut jika ia tertulis di umm al-kitab (lauh al-mahfuzh) sebagai orang yang celaka. Dalam riwayat dari Abdullah bin Rustah diceritakan bahwa ia mendengar Ibn Mahdi menceritakan tentang keadaan Sufyan al-Tsauri yang pernah menginap di tempatnya dan ketika itu ia menangis. Ketika ditanya tentang tangisannya itu, Sufyan

menjawab bahwa ia takut jika imannya tercabut sebelum ia mati. 102

100 Tirmidzi menuliskan dalam sunannya :

HR. tirmidzi nomor 2230 kitab al-Zuhd 'an Rasulillah bab ma ja'a fi dzikr al-maut. Lihat Mawsû'ah al-Hadîts al-Syarîf , CD Room

101 Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman Al-Dzahabi, Siyar a ’ lâm al-Nubalâ, Beirut: Mu’assasah al-Risalah, 1986, cet.ke- 4, Juz 8, h. 56. 102 Al-Dzahabi, Siyar a ’ lâm al-Nubalâ , juz 10, h. 44.