Penilaian: Rating, Ukuran yang selalu Bergerak

4.3.2. Penilaian: Rating, Ukuran yang selalu Bergerak

Tugas Denny Ramadhan sebagai asisten produser sepertinya berakhir hanya sampai di proses editing rekaman. Tetapi dalam perjalanan ke luar dari ruang editing, Denny menyampaikan kepada penulis sesungguhnya masih ada proses lain untuk melihat kualitas tayangan yang lebih genuine di mata publik. Ia menyebutnya sebagai proses penilaian rating. Proses ini bagi kalangan orang media sering dianggap sebagai peristiwa yang paling dinanti untuk melihat daya terima penonton. Daya terima penonton ini akan dilihat dari hasil rating yang setiap hari dilaporkan AC Nielsen kepada media

A NTROPOLOGI M EDIA

yang bersangkutan yang bisa memberikan data jumlah penonton per program siaran hingga sampai per segmen program siaran.

Menurut Denny, proses penilaian rating ini dilakukan oleh tim R&D (Research and Development) Indosiar. Pada proses ini, tim R&D akan menilai program religi ini secara mendalam dengan menggunakan sumber data dari AC Nielsen. Oleh tim R & D, setiap penayangan program religi Mamah dan Aa Beraksi akan disampaikan hasil penilaian rating/share rating yang diperoleh, dan naik turunnya perolehan jumlah penonton per segmen. Hanya menurut Denny, terkait dengan data perolehan rating per segmen dinyatakan sebagai data rahasia perusahaan (corporate secrecy) oleh pihak manajemen karenanya tidak dapat diberikan kepada penulis.

Data perolehan rating ini digunakan sebagai dasar evaluasi program siaran, dan sebagai pintu masuk untuk menelusuri faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan atau menurunkan rating/share program. Oleh tim R&D, data hasil analisis ini diberikan kepada tim produksi untuk digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan tema, dan melakukan produksi tayangan satu minggu berikutnya.

Bagi Denny, sekalipun penilaian rating ini penting sebagai cermin dalam menghasilkan sebuah program tayangan, tetapi menurutnya, oleh tim produksi atau bahkan tim R&D terkadang merasa bahwa penilaian rating/share rating ini sangat sulit untuk digunakan sebagai pertimbangan dalam produksi tayangan berikutnya mengingat rating dapat naik dan turun berdasarkan banyak faktor. Hal itu juga dingkapkan Dewi, salah satu anggota tim R&D yang bertemu pada saat rapat penentuan tema:

P ROSES P RODUKSI T AYANGAN R ELIGI S EBAGAI L ITURGI

Penyebab naik turunnya rating ini sulit dipegang. Kadang-kadang disuguhkan tayangan dengan tema yang sesuai dengan kondisi aktual yang tengah terjadi, saat itu ratingnya tinggi, tetapi begitu mau diulang dengan tema yang mendekati sama, belum tentu rating/share ratingnya tinggi. Misalnya waktu itu bahas pornografi, itu rating share-nya tinggi banget. Terus itu direkomendasikan lagi kayak gini aja. Eh pas bahas perzinahan ternyata gak setinggi itu. Jadi kayak gitu, gimana ya, bingung juga sih kalau bikin program kayak gitu .”

Tampak bahwa penilaian rating bukanlah penentu utama dalam produksi tayangan. Proses penilaian rating hanya berperan sebatas menjadi pintu masuk dalam proses produksi tayangan yang secara kebetulan cocok dengan pikiran para aktor yang memiliki logika economic financial. Namun rating rupa-rupanya tidak serta merta dapat menentukan segalanya dalam proses produksi tayangan karena selalu ada dinamika yang tidak bisa dijelaskan bagaimana faktor-faktor di luar proses produksi turut menjadi penyebab naik turunnya rating. Faktor luar tidak mudah untuk dicandra menjadi penyebab naik-turunnya rating, dan sebaliknya tidak juga faktor kualitas gambar dan audiio serta tema menjadi penentu utama. Kuatnya dinamika relasi antara faktor luar dan dalam itu yang selalu dicoba untuk diramu oleh tim produksi untuk menghasilkan tayangan yang berkualitas dan yang nyaman dinikmati penonton. Dalam konteks itu rating memang termasuk imaji yang dikejar para aktor namun bukan berarti menjadi satu-satunya dasar bagi proses produksi tayangan berikutnya.

A NTROPOLOGI M EDIA

Kata Denny, setelah proses pasca produksi usai, tim produksi kemudian kembali melakukan kegiatan awal yaitu melakukan pemilihan tema, melakukan pengambilan gambar, proses editing, dan penilaian rating. Serangkaian kegiatan produksi program ini secara rutin dilakukan terus menerus, relatif konstan, tanpa ada perubahan-perubahan yang spesifik. Jika terdapat perubahan, tim porduksi akan mengikuti perubahan tersebut dan menjadikan perubahan sebagai sebuah rutinitas baru. Seperti diungkapkan Denny Ramadhan (23 tahun) dalam suatu wawancara:

Rutinnya ya begini, kita ikuti aja semuanya.Toh kalau ada perubahan, berarti ini apa yang kurang apa yang salah. Kalau pas, kita ikutin, kalau nggak ya kita tinggalin. Sebenarnya sama aja kayak kerja, Mas. Tiap hari. Cuma karena ini di TV jadi kelihatan beda, padahal tiap hari begini ya biasa aja lah, kayak kerja kan, masuk kantor, ngetik, terus makan siang terus pulang.”