34
penambahan kata stand di depan kata bar dalam bahasa Jepang adalah karena di Jepang, kata bar umumnya diasosiakan dengan lingkungan bar yang seperti kabaret, di mana minuman disajikan
sampai ke meja para pelanggan oleh pelayan. Seiring dengan perkembangan zaman, bar yang lebih sederhana dan praktis mulai diminati oleh kaum muda, di mana pelanggan bisa memesan
minuman di counter tempat para bartender langsung menyiapkan minuman. Bar yang seperti itulah yang kemudian dikenal dengan kata sutando baa di Jepang. Miller 1980: 252
2.1.9 Pengaruh Gairaigo
Menurut Weinreich 1979: 54-55, jika kata-kata pinjaman telah memiliki padanan kata dalam bahasa peminjam, maka hal tersebut akan mempengaruhi kosakata yang telah ada yaitu
sebagai berikut: 1. Kebingungan dalam pemakaian
Kebingungan dalam membedakan pemakaian antara kata-kata yang lama dengan kata-kata yang baru umumnya terjadi pada tahap awal kontak bahasa. Dalam hal
kebingungan semantik ini, umumnya, satu dari istilah tersebut kemudian akan dijadikan sebagai istilah tetap untuk menyatakan ekspresi yang merupakan gabungan dari makna yang
terkandung dalam istilah-istilah yang bersangkutan, dan istilah yang lain akan ditinggalkan. Misalnya dalam bahasa Amer-Yiddish, kata gejn pergi dengan berjalan kaki hampir
menggantikan forn pergi dengan kendaraan sebagai padanan bagi kata pinjaman dari bahasa Inggris, go pergi, baik dengan berjalan kaki maupun dengan kendaraan. Contoh
dalam bahasa Jepang dapat terlihat pada kata garasu dan gurasu yang bila diterjemahkan dalam bahasa Inggris keduanya sama-sama berarti glass namun dalam bahasa Jepang, kedua
Universitas Sumatera Utara
35
kata tersebut memiliki makna yang berbeda seperti yang diungkapkan Miura dan McGloin 1994: 65, bahwa:
“「ガラス」はオランダ語の glas から入った単語で、窓のガラスなどの材料を指すだけ であるが、いっぽう「グラス」の方は英語の glass から入った外来語で、洋酒を飲む時
の容器を指す。” “[Garasu] wa Oranda go no glas kara haitta tango de, mado no garasu nado no zairyō o sasu dake
de aru ga, ippou [gurasu] no hou wa eigo no glass kara haitta gairai-go de, youshu o nomu toki no youki o sasu.”
“[Garasu] adalah kata yang berasal dari kata ‘glas’ dalam bahasa Belanda, dan hanya mengacu pada material seperti kaca jendela, sedangkan [gurasu] yang berasal dari bahasa Inggris ‘glass’
hanya mengacu pada peralatan yang digunakan pada saat meminum minuman keras dari negara barat”
Baik glas maupun glass jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, keduanya sama-sama bermakna gelas maupun kaca, tetapi dalam bahasa Jepang, garasu yang berasal
dari glas hanya memiliki makna kaca seperti kaca jendela, kaca mobil dan sebagainya. Sedangkan kata gurasu yang berasal dari bahasa Inggris ‘glass’ hanya bermakna gelas
minuman yang terbuat dari kaca, khususnya gelas yang digunakan untuk meminum minuman keras yang berasal dari negara Barat misalnya gelas untuk wine. Hal ini dapat menyebabkan
kebingungan dalam pemakaian khususnya bagi para pembelajar bahasa Jepang. 2. Hilangnya kata-kata lama
Kata-kata lama bisa dihapuskan dikarenakan makna kata-kata lama tersebut dapat digantikan secara penuh oleh kata-kata pinjaman. Hal ini bisa terjadi jika kata-kata pinjaman
tersebut ditransfer secara penuh ataupun direproduksi secara keseluruhan. Misalnya ketika kata newspaper atau paper dari bahasa Inggris dipinjam ke dalam bahasa Amer-Yiddish
Universitas Sumatera Utara
36
dimana kata paper mengalami penyesuaian dalam penulisan menjadi pejper, kata asli Amer-Yiddish untuk menyatakan koran yaitu blat atau tsajlung tidak lagi digunakan. Contoh
dalam bahasa Jepang seperti yang dinyatakan oleh Passin dalam Shibatani 2001: 153 bahwa kosakata pinjaman Inggris banyak yang digunakan sebagai pengganti kango. Contohnya:
tyoomen sekarang lebih sering disebut nooto note, hyakkaten digantikan depaato, sikihu digantikan siitu sheets, syokutaku digantikan tebuuru table.
3. Baik kata-kata baru maupun lama sama-sama bertahan namun dengan spesifikasi dalam makna
Jika kata-kata lama dan kata-kata pinjaman sama-sama bertahan dalam kosakata suatu bahasa, maka kata-kata tersebut umumnya akan mengalami spesifikasi atau penyempitan
makna. Contohnya pada kata lojer yang merupakan kata pinjaman dalam bahasa Amer- Yiddish dari kata lawyer yang berasal dari bahasa Inggris. Lojer hanya digunakan untuk
menyebutkan pengacara yang berasal dari Amerika Serikat; mengalami penyempitan makna jika dibandingkan dengan kata aslinya dalam bahasa Inggris di mana lawyer dalam bahasa
Inggris digunakan untuk menyebutkan pengacara secara umum. Kata-kata lama dalam bahasa Amer-Yiddish yaitu advokat juga mengalami penyempitan atau spesifikasi makna
menjadi hanya digunakan untuk menyebutkan pengacara-pengacara selain pengacara yang berasal dari Amerika Serikat ataupun bisa digunakan untuk menyebutkan pengacara tanpa
memperhatikan negara asal pengacara yang bersangkutan. Contoh dalam bahasa Jepang dapat dilihat pada kata tsuna tuna dan maguro. Kedua kata tersebut sama-sama memiliki
arti tuna namun masing-masing memiliki spesifikasi makna. Menurut Miura dan McGloin 1994: 54, “「ツナ」はサンドイッチやサラダに使うかんつめのものだけで、他の場
合は「まぐろ」である。” “[Tsuna] wa sandoitchi ya sarada ni tsukau kantsume no mono
Universitas Sumatera Utara
37
dake de, hoka no baai wa [maguro] de aru.” Yang dapat diterjemahkan menjadi, ‘tsuna” hanya digunakan untuk menyatakan tuna kalengan yang dipakai dalam sandwich dan salad,
selain itu semuanya menggunakan kata maguro. Dari ketiga pengaruh yang disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa dua di antara
ketiga pengaruh gairaigo menyebabkan terjadinya perubahan makna jika dibandingkan dengan makna kata dalam bahasa aslinya. Perubahan makna itu terjadi karena sebelum gairaigo yang
bersangkutan masuk ke dalam bahasa Jepang, telah ada padanan kata dalam bahasa Jepang asli untuk gairaigo tersebut sehingga menyebabkan terjadinya kebingungan dalam pemakaian dan
spesifikasi makna atau penyempitan makna. Murray 1999: 129 menyatakan bahwa kata-kata pinjaman sejatinya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pemakaian kata-kata yang tidak terdapat dalam bahasa Jepang asli seperti roti pan dari Portugis, kaleng buriki dari Belanda dan sebagainya. Namun pada zaman
sekarang, kata-kata pinjaman umumnya digunakan dengan alasan praktis. Kosakata pinjaman dianggap praktis karena seringkali beberapa kata dalam bahasa Jepang dapat diringkas menjadi
satu atau dua kata jika menggunakan kosakata pinjaman. Contohnya: kata imeji daun image down. Sinonim imeji doun dalam bahasa Jepang asli adalah hyouban ga waruku naru, suatu
ekspresi yang lebih panjang dan kurang fleksibel jika dibandingkan dengan persamaan katanya yang merupakan kosakata pinjaman.
Penambahan makna juga sering terjadi dalam kosakata pinjaman dari bahasa Jepang. Salah satu contoh yang paling umum adalah kata バイキング baikingu Viking. Kata Viking
merupakan kata serapan dari bahasa Norse tua dalam bahasa Inggris merujuk pada suku bangsa dari daerah utara di Eropa, namun dalam bahasa Jepang, kata バ イ キ ン グ mengalami
penambahan makna. Selain bermakna bangsa normadik yang berasal dari Scandinavia, baikingu
Universitas Sumatera Utara
38
juga bermakna ‘makan sepuasnya’, di mana makna ini tidak umum diasosiakan dengan kata Viking selain di Jepang. Penggunaan kata バイキング untuk menyatakan arti makan sepuasnya
pertama kali diperkenalkan oleh sebuah restoran di dalam Imperial Hotel, Tokyo, pada tahun 1958. Manajer hotel tersebut berniat membuka restoran di dalam hotel tersebut dengan konsep
all-you-can-eat atau makan sepuasnya, meniru konsep Smorgasbord dari Swedia salah satu negara di Eropa Utara, tempat bangsa Viking berasal. Namun kata Smorgasbord dinilai terlalu
panjang dan susah diucapkan. Karena itulah, mucul ide untuk mengganti kata tersebut dengan kata Viking. Istilah ini banyak digunakan terutama di industri hotel di mana pelanggan membayar
harga makan per set dan diperbolehkan mengisi ulang piring mereka berkali-kali dari meja panjang yang di atasnya penuh dengan berbagai jenis makanan ala buffet. De Mente, 2004:
306 Meskipun sama-sama berarti ‘ makan sepuasnya ’ , バ イ キ ン グ memiliki makna
spesifik yang membuat penggunaan kata ini tidak dapat disamakan dengan padanan katanya dalam bahasa Jepang yaitu tabehoudai. Tabehoudai umumnya digunakan ketika kita
membicarakan mengenai makan sepuasnya di restoran sushi, yakiniku, shabu-shabu dan sejenisnya, sedangkan baikingu lebih mengacu pada makan sepuasnya di restoran bergaya barat.
Selain tabehoudai, baikingu juga memiliki padanan kata lain yaitu ビュッフェ byuffe yang merupakan kata pinjaman dari bahasa Prancis, buffet di mana kata buffet juga merupakan kata
pinjaman dari bahasa Prancis di dalam bahasa Inggris untuk menyatakan makan sepuasnya. Kata byuffe jarang digunakan dan apabila digunakan, kata tersebut lebih sering digunakan untuk
menyatakan kafetaria di kereta api. Kata buffye hanya digunakan untuk menggantikan baikingu di Okinawa, di mana hal ini dipengaruhi kenyataan bahwa Okinawa banyak memperoleh
pengaruh dari tentara-tentara Amerika yang berbasis di sana. Irwin 2011: 69
Universitas Sumatera Utara
39
Banyak kosakata pinjaman dari bahasa Inggris dalam bahasa Jepang yang telah diubah, di mana kata-kata tersebut tidak umum digunakan dalam bahasa Ingggris atau yang sering disebut
wasei-eigo. Contoh: oeruOL Office Lady – wanita yang bekerja di kantor, batontatchi baton touch, dalam bahasa Inggris disebut baton pass – menyerahkan baton, kadang bisa dijadikan
istilah untuk menyerahkan kewajiban atau posisi untuk orang selanjutnyapenerus, sukinshippu skinship, dalam bahasa Inggris disebut physical contact kontak badan, dan afureko after
recording, dalam bahasa Inggris yaitu dubbing. Namun ada juga wasei-eigo yang dikembangkan di Jepang dan kemudian diserap kembali oleh bahasa Inggris. Contohnya dapat
dilihat pada kata camcorder. Kamukoodaa camcorder adalah salah satu istilah yang dibuat oleh orang Jepang berdasarkan kosakata pinjaman dari bahasa Inggris wasei-eigo yaitu camera +
recorder, di mana kata ini lalu dikenal dan dipakai di seluruh dunia. Frellesvig, 2010: 412 Seperti yang dikutip dari Kokugo Shingikai terbitan tahun 1995, kepopuleran gairaigo di
Jepang mulai membuat khawatir beberapa kalangan. Konsul Bahasa Nasional di Jepang telah mengeluarkan larangan untuk menggunakan gairaigo bila ada padanan katanya dalam bahasa
Jepang asli, terutama dalam penulisan dokumen resmi di mana penggunaan gairaigo yang berlebihan dapat menyusahkan bagi pembaca yang tidak familiar dengan gairaigo yang
digunakan. Seperti yang dilakukan oleh Perdana Menteri Koizumi pada tahun 2002, di mana beliau menetapkan beberapa penggunaan gairaigo digantikan oleh padanan kata Jepang kata
tersebut. Misalnya: kata anarisuto analyst digantikan dengan bunsekika, konsensasu consensus digantikan dengan gooi dan lain sebagainya. Gottlieb, 2005: 12
Namun trend penggunaan gairaigo masih terus berkembang terutama di kalangan anak muda, di mana mereka menganggap bahwa penggunaan gairaigo dapat meningkatkan prestige si
pengguna. Kadang gairaigo digunakan untuk kata yang padanan kata Jepangnya masih berfungsi
Universitas Sumatera Utara
40
dengan baik semata-mata hanya karena penggunaan gairaigo dianggap menggambarkan image yang lebih modern. Misalnya kata biggu na sebagai ganti ookii. Gottlieb, 2005: 12. Murray
1999: 129 menambahkan bahwa gairaigo terus bertambah terutama istilah yang berhubungan dengan fashion dan dunia hiburan sehingga orang Jepang sendiri pun sulit mengikuti
perkembangan gairaigo, terutama para generasi tua.
2.2 Pengertian dan Jenis-jenis Makna 2.2.1 Pengertian Makna
Kridalaksana 2001: 132 mengartikan makna meaning, linguistic meaning, sense sebagai: 1 maksud pembicara; 2 pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau
perilaku manusia atau kelompok manusia; 3 hubungan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antar bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang
ditunjukkannya; 4 cara menggunakan lambang-lambang bahasa. Menurut Djajasudarma 1999:5 makna adalah pertautan yang ada diantara unsur-unsur
bahasa itu sendiri terutama kata-kata sedangkan arti adalah pengertian suatu kata sebagai unsur yang dihubungkan. Lyons 2002: 204 berpendapat bahwa mengkaji makna suatu kata adalah
memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata lain.
Berdasarkan teori-teori makna di atas, dapat disimpulkan bahwa makna secara umum adalah maksud dari pembicara yang dipengaruhi oleh persepsi dari pendengar dan juga
dipengaruhi oleh unsur-unsur lain baik yang berhubungan dengan bahasa itu sendiri ataupun hal di luar bahasa, seperti situasi dan kondisi yang akan mempengaruhi makna yang terkandung
dalam suatu kata.
Universitas Sumatera Utara