Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia. Menurut Keraf 1980: 16, bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi, suara, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dianggap penting karena manusia memerlukan bahasa dalam kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan pendapat dan pikirannya sehingga dapat dimengerti oleh orang lain, seperti yang dinyatakan Sutedi 2010 : 2 bahwa bahasa adalah alat untuk menyampaikan ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Bahasa dapat berbentuk bahasa tulisan maupun bahasa lisan. Seargent 2009: 1 menyatakan bahwa bahasa hadir bukan hanya sebagai media dari suatu ekspresi tetapi juga sebagai konsep; di mana kita tidak hanya berbicara dengan menggunakan bahasa tetapi juga membicarakan bahasa itu sendiri; dan pada kenyataannya, penggunaan bahasa selalu sesuai dengan pemikiran yang telah kita bentuk atas sebuah bahasa. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi dan komunikasi hanya akan berhasil jika makna dari komunikasi telah disetujui oleh masyarakat penggunanya dan oleh karena itu, bahasa adalah suatu hal yang bersifat sosial Hartley, 1982: 11. Hall dalam Lyons 2002: 5 menyatakan bahwa bahasa yang digunakan oleh masyarakat tertentu adalah bagian dari kebudayaan masyarakat tersebut. Hal ini berarti bahasa merupakan bagian dari kebudayaan yang dihasilkan oleh manusia. Oleh karena itu, sama seperti halnya kebudayaan, setiap bangsa di dunia memiliki bahasa tersendiri yang unik dan berbeda jika dibandingkan dengan bahasa lain. Meskipun kadang-kadang ditemukan ada beberapa bahasa Universitas Sumatera Utara 2 yang mirip satu dengan yang lain dikarenakan bahasa-bahasa tersebut masih satu rumpun, misalnya antara bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Malaysia, namun bahasa-bahasa tersebut tetap memiliki keunikan tersendiri. Bahasa bersifat dinamis sehingga akan selalu berubah dan berkembang seiring dengan berlalunya waktu dan perkembangan zaman. Karena pemikiran manusia yang semakin maju dan berkembang, bahasa yang digunakan pun mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan manusia. Sapir dalam Ullman 2007, 247 menyatakan bahwa “Bahasa bergerak terus sepanjang waktu membentuk dirinya sendiri. Ia mempunyai gerakan yang mengalir… tak satu pun yang sama sekali statis.” Ullman 2007: 247 menambahkan bahwa makna mungkin merupakan yang paling lemah daya tahannya untuk berubah, yang berarti makna merupakan bagian dari bahasa yang paling rentan terhadap perubahan. Perubahan makna meliputi pelemahan, penggantian, penggeseran, perluasan, dan juga kekaburan makna. Perubahan makna bisa terjadi diakibatkan oleh berbagai faktor, misalnya akibat masuknya pengaruh dari bahasa asing Pateda, 2001: 158- 159. Seiring dengan perkembangan zaman, di dunia ini sudah tidak ada lagi bahasa yang murni. Hal ini dikarenakan terjadinya persentuhan antara bahasa yang satu dengan yang lain. Chaer 2007: 65 menyatakan bahwa dalam masyarakat yang terbuka, artinya para anggotanya dapat menerima kedatangan anggota dari masyarakat lain, baik dari satu atau lebih dari satu masyarakat, akan terjadilah apa yang disebut sebagai kontak bahasa. Universitas Sumatera Utara 3 Sejak beribu-ribu tahun lalu, dimulai ketika manusia mulai menyadari adanya kebudayaan lain di luar komunitas mereka, telah terjadi kontak antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain, baik melalui perdagangan maupun penjajahan. Interaksi-interaksi ini memungkinkan terjadinya pertukaran dan penyerapan budaya dan bahasa. Proses penyerapan kata-kata dan istilah dari bahasa lain di mana kata-kata dan istilah yang dipinjam kemudian dijadikan sebagai bagian dari kosakata bahasa nasional disebut sebagai proses peminjaman borrowing. Proses peminjaman adalah suatu proses di mana elemen dari suatu bahasa diambil alih dan digunakan dalam bahasa lainnya Hsia, 1989: 8. Proses peminjaman terjadi dikarenakan adanya kontak antara bahasa yang satu dengan yang lain, seperti yang dikatakan Okubu dan Tanaka 1995: 170 bahwa 「ある言葉が、他の言葉と触れ合うと、単語の貸し借りが、行 われる。」Aru kotoba ga, hoka no kotoba to fureauto, tango no kashikari ga, okonawareru. yang dapat diterjemahkan menjadi, ‘Ketika suatu kata berinteraksi dengan kata yang lain, terjadilah pinjam meminjam kosakata.’ Daulton 2008: 9 menyatakan bahwa “Language is greedy”, yang dapat diartikan menjadi bahasa itu tamak. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa sesuai dengan sifatnya yang dinamis, maka setiap bahasa akan berusaha memperluas diri dengan cara meminjam kata-kata dari bahasa lain ataupun mengembangkan bahasa itu sendiri dari bahasa aslinya misalnya dengan menjadikan beberapa kosakata bahasa daerah menjadi bagian dari kosakata bahasa nasional. Ada kalanya kosakata yang telah ada dalam bahasa asli tidak dapat menggambarkan suatu ekspresi atau objek baru dengan tepat. Di saat seperti itulah peranan kata pinjaman diperlukan. Universitas Sumatera Utara 4 Menurut Ellington 2009: 229, semua bahasa di dunia memiliki kata pinjaman dari bahasa lain. Dalam hal ini tidak terkecuali Jepang yang memiliki banyak kata-kata pinjaman dalam kosakata mereka. Dalam bahasa Jepang, kata-kata pinjaman ini dikenal dengan istilah gairaigo 外来語 yang dapat diterjemahkan menjadi bahasa yang datang dari luar. Gairaigo sendiri merupakan bagian dari goi 語彙 kosakata. Berdasarkan asal-usulnya, kosakata bahasa Jepang dapat dibagi menjadi tiga macam yakni wago 和語 kosakata asli bahasa Jepang, sering juga disebut sebagai yamato kotoba, ditulis dengan huruf hiragana dan kanji, kango 漢語 kosakata pinjaman dari bahasa China, sering juga disebut sebagai Sino- Japanese, ditulis dengan huruf kanji, gairaigo 外来語 kosakata pinjaman dari bahasa Inggris dan bahasa asing lain selain bahasa China, ditulis dengan huruf katakana dan konshugo 混種語 kosakata campurangabungan, yang merupakan kombinasi dari wago, kango dan gairaigo, ditulis dengan hiragana, kanji dan katakana. Coulmas, 2004: 99 Peminjaman kata-kata dari bahasa luar negeri untuk memperluas kosakata Jepang sebenarnya bukanlah hal yang baru. Pada zaman dahulu, masyarakat Jepang sering meminjam kata-kata dari bahasa China, di mana kata-kata yang dipinjam dapat berupa kata-kata baru dan juga dapat berupa kata-kata yang telah memiliki padanan kata dalam kosakata bahasa Jepang asli. Meskipun kata-kata yang dipinjam telah memiliki padanan kata dalam bahasa Jepang asli, masyarakat Jepang pada saat itu tetap menggunakan kata-kata pinjaman tersebut. Hal ini dapat terjadi dikarenakan mereka merasa kata pinjaman tersebut lebih cocok untuk digunakan dalam mengekspresikan perasaan, keinginan ataupun objek yang dimaksud jika dibandingkan kata Universitas Sumatera Utara 5 aslinya dalam bahasa Jepang ataupun semata-mata karena kata-kata pinjaman tersebut lebih enak didengar. Keene dan Rimer, 1996: 75 Sama halnya dengan gairaigo dari bahasa Inggris, di mana kata-kata pinjaman digunakan kebanyakan karena tidak ada kata-kata yang tepat dalam bahasa Jepang asli untuk menggambarkan suatu hal atau ekspresi. Peminjaman kata-kata dari bahasa asing juga banyak digunakan dengan tujuan memberikan kesan glamor terhadap suatu ekspresi, misalnya untuk menyebutkan hal yang berhubungan dengan fashion, seperti merk sepatu, tas ataupun baju. Keene dan Rimer, 1996: 75 Meskipun gairaigo merupakan kata-kata pinjaman dari bahasa luar negeri, nuansa Jepang telah dimasukkan dalam kata-kata gairaigo sehingga gairaigo tidak dapat disamakan dengan gaikokuko 外国語 bahasa luar negeri. Menurut Haig Nelson 1999: 139, gaikokugo didefinisikan sebagai foreign language bahasa asing dan gairaigo didefinisikan sebagai words of foreign origins kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Pelafalan dan penulisan gairaigo telah disesuaikan dengan kaidah bahasa Jepang sehingga gairaigo sudah merupakan bagian dari kokugo 国語 bahasa dalam negeri. Sugimoto dalam Irwin 2011: 8 menyatakan bahwa: Gairaigo are foreign words gaikokugo that have been subsumed into one’s native language or, more strictly, foreign words whose form has been adapted to the phonotactics of the country kuni:e.g.rajio for English radio. Pernyataan tersebut diterjemahkan menjadi: Gairaigo adalah kata-kata asing gaikokugo yang telah dimasukkan ke dalam bahasa asli suatu negara atau, lebih tepatnya, kata-kata asing yang bentuknya telah disesuaikan dengan fonetik negara yang bersangkutan. Dalam hal ini, bahasa asli yang dimaksud adalah bahasa Jepang. Contohnya kata Universitas Sumatera Utara 6 rajio yang berasal dari bahasa Inggris yaitu radio. Rajio disebut sebagai gairaigo karena telah menjadi bagian dari bahasa Jepang. Penyesuaian yang dilakukan pada gairaigo umumnya menyebabkan perubahan pada kosakata yang bersangkutan baik dari segi fonologi, morfologi maupun semantik sehingga setelah proses penyesuaian, kosakata gairaigo tersebut seringkali tidak bisa dimengerti oleh pengguna bahasa asli, dalam hal ini bahasa Inggris. Shibatani, 2001: 153. Contohnya pada kata talento タレント talent. Dalam bahasa Indonesia dan Inggris, talent berarti bakat. Namun dalam bahasa Jepang, selain berarti bakat, kata talento juga merujuk pada orang yang muncul di acara televisi sebagai pengisi acara, pemain drama televisi dan sebagainya. Murray, 1999: 133. Dalam hal ini berarti kosakata talent dalam bahasa Jepang telah mengalami perubahan makna berupa perluasan makna, dengan tambahan makna yang tidak ada dalam kosakata aslinya dalam bahasa Inggris. Jika talent dalam bahasa Inggris bermakna sama dengan ‘bakat’ atau sainou 才 能, maka kata talento, yang sudah menjadi gairaigo, selain bermakna sainou juga bermakna ‘artis’ atau geinoujin 芸能人. Hal ini juga merupakan salah satu hal yang membingungkan bagi pembelajar bahasa Jepang, kapan kita boleh menggunakan suatu kosakata gairaigo sebagai subsitusi untuk padanan katanya dalam bahasa Jepang dan kapan kosakata gairaigo tersebut dianggap tidak tepat digunakan sebagai subsitusi diakibatkan perbedaan makna yang terimplikasi meskipun sekilas gairaigo yang bersangkutan memiliki makna yang sama dengan padanan katanya dalam wago dan kango. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis memutuskan untuk melakukan penelitian mengenai pergeseran atau perubahan makna yang terjadi akibat penyesuaian gaikokugo menjadi Universitas Sumatera Utara 7 gairaigo. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul: “Analisis Perubahan Makna Kata-kata Serapan Gairaigo Bahasa Jepang yang Berasal dari Bahasa Inggris”.

1.2 Perumusan Masalah