12
Pentingnya semantik dalam linguistik kemudian dinyatakan oleh Chomsky dalam Chaer 2007 : 285, bahwa semantik merupakan salah satu komponen dari tata bahasa dua komponen
lain adalah sintaksis dan fonologi, dan makna kalimat sangat ditentukan oleh komponen semantik ini. Sutedi 2010: 111 menyatakan bahwa semantik memegang peranan penting,
karena bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi tiada lain adalah untuk menyampaikan suatu makna. Penelitan yang berhubungan dengan bahasa, apakah struktur kalimat, kosakata,
ataupun bunyi-bunyi bahasa, pada hakikatnya tidak terlepas dari makna. Teori ini didukung oleh Ferdinand de Saussure yang menyatakan bahwa studi linguistik tidak ada artinya bila tidak
diikuti dengan studi semantik Chaer, 2007: 285.
1.4.2 Kerangka Teori
Pembahasan dalam tulisan ini adalah mengenai makna. Kridalaksana 2001: 132 mengartikan makna meaning, linguistic meaning, sense sebagai: 1 maksud pembicara; 2
pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia; 3 hubungan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antar bahasa dan alam di
luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya; 4 cara menggunakan lambang-lambang bahasa.
Salah satu fungsi bahasa adalah menyampaikan informasi dan informasi didapatkan melalui makna yang terdapat dalam sebuah kata ataupun ujaran. Namun makna tidak dapat
disamakan dengan informasi. Makna menyangkut keseluruhan masalah dalam-ujaran intralingual, sedangkan informasi hanya menyangkut masalah luar-ujaran ekstra-lingual.
Dengam kata lain, makna menyangkut semua komponen konsep yang terdapat pada sebuah kata sedangkan informasi hanya menyangkut komponen konsep dasarnya saja. Misalnya pada kata
Universitas Sumatera Utara
13
mati dan meninggal, mekipun kedua kata tersebut sama-sama menyampaikan informasi mengenai hilangnya nyawa, mati dan meninggal memiliki makna keseluruhan yang berbeda.
Mati umumnya dapat digunakan baik bagi manusia, binatang maupun tumbuhan dan ketika mati digunakan untuk manusia, kata tersebut terkesan lebih kasar dibandingkan kata meninggal yang
hanya digunakan untuk manusia. Chaer, 2006: 384-385 Hannapel Melenk dalam Indah 2008: 1 menyatakan bahwa makna dapat dilihat dari
dua sisi yaitu: 1. Pemahaman makna suatu kata sesuai dengan makna yang sebenarnya. Pemahaman makna
seperti ini disebut makna leksikal. 2. Pemahaman makna suatu kata yang disesuaikan dengan penggunaan kata tersebut dalam
suatu konteks, pemahaman tersebut disebut dengan teori kontekstual. Dalam skripsi ini, makna kata yang akan diteliti adalah makna leksikal dan kontekstual.
Menurut Verhaar 2008 : 385, semantik itu dibagi menjadi semantik gramatikal dan semantik leksikal. Makna leksikal dapat dilihat dari tiap unsur katanya, sedangkan makna gramatikal harus
dilihat dari gabungan seluruh unsurnya. Sutedi 2010:106 menyatakan bahwa makna leksikal adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan
indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata. Misalnya kata hon yang memiliki makna leksikal buku, dan kata sakana yang memiliki
makna leksikal ikan. Makna kontekstual adalah makna kata yang sesuai dengan konteksnya. Suwandi
2008:71 menyatakan bahwa makna kontekstual contextual meaning; situational meaning muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dan situasi pada waktu ujaran dipakai. Menurut
Chaer 2007: 290, makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di
Universitas Sumatera Utara
14
dalam satu konteks ... Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu dan lingkungan penggunaan bahasa itu.
Pembahasan lain dari penelitian ini adalah mengenai perubahan makna yang terjadi akibat penyesuaian kosakata yang berasal dari bahasa Inggris menjadi gairaigo dalam bahasa
Jepang. Bahasa merupakan suatu hal yang dinamis dan karena itu perubahan dalam bahasa merupakan suatu hal yang tidak dapat terhindarkan, seperti yang dikatakan oleh seorang ahli
linguistik Jerman, Wilhelm von Humbodlt dalam Aitchison 2001: 3 bahwa: “There can never be a moment of true standstill in language... By nature, it is a continuous process of development”
yang dapat diterjemahkan menjadi “Tidak ada saat di mana bahasa benar-benar berhenti berubah...Secara alami, itu adalah sebuah proses pengembangan yang berkesinambungan.”
Tarigan 1999: 85 menyatakan bahwa perubahan semantik atau perubahan makna kerap kali berbarengan dengan perubahan sosial yang disebabkan oleh peperangan, perpindahan
penduduk, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, ekonomi, budaya dan faktor-faktor lainnya. Menurut Bloomfield 1995, 411, inovasi-inovasi yang mengubah makna leksikal, dan
bukan fungsi gramatikal suatu bentuk, diklasifikasikan sebagai perubahan makna atau perubahan semantis.
Campell 2006: 253 menyatakan bahwa perubahan semantik berurusan dengan perubahan dalam makna, yang berarti merubah konsep yang berhubungan dengan kata-kata yang
bersangkutan. Perubahan semantik tidak harus diikuti dengan perubahan fonetik ataupun bentuk kata. Dalam skripsi ini, penulis akan membahas mengenai perubahan makna yang terjadi akibat
Universitas Sumatera Utara
15
penyesuaian yang dilakukan pada saat kata-kata gairaigo dari bahasa Inggris dimasukkan ke dalam kosakata bahasa Jepang.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian