Tubuh Manusia

4.2 Tubuh Manusia

Dalam beberapa ilmu pengetahuan, tubuh diartikan dalam beberapa makna oleh para pemikir.

―The body is the tomb of the soul.‖ Plato

―Your body is the temple of the Holy Spirit.‖ Saint Paul

―The human body may be considered as a machine.‖ Descartes

―The body is what I immediately am…I am my body. ‖ Sartre

(Synnott, 1993: 1) Beberapa pendapat tersebut menjelaskan tentang tubuh dalam beberapa bidang

keilmuan, seperti Plato dalam fokusnya ke arah filsafat kuno menyebutkan bahwa tubuh adalah kuburan dari jiwa, Saint Paul yang seorang religiawan menyebutkan tubuh sebagai tempat suci, Descarte seorang penggagas filsafat rasio memahami tubuh sebagai mesin, dan Sartre sebagai sosiolog serta filusuf modern menjelaskan tub uh adalah ‗diri‘ dan ‗diri‘ adalah tubuh itu sendiri. Seorang antropolog modern, Steiner (1990: 431) menjelaskan tubuh sendiri cenderung dipahami sebagai sesuatu hal yang paling fantastis dan elemen tereksotis dari sebuah jiwa.

Namun, dari berbagai pemahaman mengenai tubuh sendiri orang Jawa memiliki pandangan lain. Pandangan orang Jawa memahami tubuh terekam dalam sebuah proses berfikir mereka dalam menggunakan metafora dalam wayang. Dari metafora yang ditemukan dalam wayang kulit lakon Kilatbuwana ditemukan beberapa pemahaman mengenai tubuh, sebagai berikut.

(IV.1) PUNTADEWA: Nuwun inggih, menawi keng putra ing Ngamarta dipun keparengaken nyuwun katrangan menggah kula nate mireng bilih wonten sandhanganing raga lan sandhanganing jiwa menika kadospundi? PUNTADEWA: iya, jika putra Amarta diperbolehkan minta keterangan seperti saya pernah dengar jika pakaiannya raga dan pakaiannya jiwa itu seperti apa?

(Feinstein, dkk, 1986: 11) (IV.2)

SEMAR: [...] tiwas kula momong wiwit kuncung nganti gelung, gandheng kula empun mboten dinggo enggih empun [...] SEMAR: [...] percuma merawat sejak kuncung sampai gelung meski saya sudah tidak dipakai ya sudah [...]

(Feinstein, dkk, 1986: 112) (IV.3)

SAMBA: [...] watakipun Begawan Durna niku remen ngothak-athik lan ngedu tiyang SAMBA: [...] sifat Begawan Durna itu suka bongkar pasang dan adu domba

(Feinstein, dkk, 1986: 163)

Pada contoh (IV.1) berbeda dengan pemahaman Plato yang menjelaskan tubuh sebagai kuburan bagi jiwa, tetapi dalam proses berfikir masyarakat Jawa TUBUH digunakan untuk menggambarkan JIWA. Orang Jawa menilai JIWA ADALAH TUBUH dari bagaimana mereka membentuk ekspresi metafora bahwa JIWA harus diberi pakaian untuk menutupinya. Dalam pepatah Jawa menjelaskan ajining diri ana ing lathi, ajining raga ana ing busana yang diterjemahkan secara bebas bahwa penilaian seseorang itu ada pada perkataan dan pakaiannya. Pakaian menjadi sebuah alat untuk menilai seseorang sehingga konsep JIWA ditekankan untuk diberi pakaian seperti raga atau tubuh.

Pada contoh (IV.2) TUBUH (lebih tepatnya bagian dari tubuh) digunakan untuk menjelaskan USIA seseorang. Hal demikian terlihat dari ekspresi kuncung dan gelung yang berarti bentuk potongan rambut kuncung dan bentuk rambut yang diikat rapi. Ekspresi kuncung menunjukkan usia anak-anak karena pada masa dahulu masyarakat Jawa memiliki gaya rambut kuncung untuk anak-anak. Hal ini dikuatkan dengan lirik lagu Didi Kempot “cilikanku rambutku dicukur kuncung...”. Sedangkan rambut terikat diibaratkan dengan usia yang sudah dewasa karena orang dewasa cenderung memanjangkan rambut sehingga harus diikat supaya tampak rapi dan tidak menutupi wajah. Namun, kedua konsep rambut tersebut tidak sepenuhnya bisa dipastikan karena sampai saat ini belum ditemukan foto bagaimana gaya rambut masyarakat jaman dahulu, tetapi dalam pewayangan maupun cerita babad sering menggunakan konsep tersebut untuk menggambarkan usia seseorang.

Pada contoh (IV.3) merupakan sebuah personifikasi yang mengibaratkan TUBUH untuk menjelaskan WATAK. Dalam contoh tersebut secara eksplisit menggunakan ekspresi ngothak-athik dan ngedu tiyang untuk menjelaskan sifat dari WATAK. Dari ekspresi tersebut menunjukkan bahwa WATAK ADALAH TUBUH karena hanya tubuh yang bisa melakukan pekerjaan seperti ngothak- athik maupun adu domba. Bentuk tersebut hampir memiliki kesamaan dengan pernyataan Paul Sartre bahwa body is I am .