8. Nurmasita 50 Tahun
Informan peneliti yang terakhir adalah Ibu Nurmasita yang berusia 50 tahun. Sebelumnya berada di bagian umum kemudian SC dan terakhir berada di
bagian Transformasi Bisnis. Ibu Nurmasita merupakan tamatan dari SMAN 6 Medan dan merupakan tamatan D3 Medan. Sebelum bekerja di PTPN III Ibu
Nurmasita bekerja di ASTRA.
Ibu Sita tinggal bersama suami dan anaknya yang nomor dua berusia 26 tahun. Anak pertamanya sudah menikah. Ibu Sita juga memiliki PRT di rumah.
Suami Ibu Sita sudah memasuki masa pensiun dan dulunya juga bekerja di PTPN III. Ibu Sita merupakan seorang karyawan pimpinan yang memiliki
kesibukan di kantor. Tugas yang dilakukan Ibu Sita yaitu rapat-rapat, bertugas
ke kebun jika ada perintah dari atasan, dan juga memimpin karyawan.
Ibu Sita merupakan karyawan pimpinan di Transformasi Bisnis bagian Teknologi Informasi . Suami Ibu Sita merupakan karyawan pelaksana bagian
SDM Sumber Daya Manusia. Ibu Sita merupakan karyawan pimpinan yang
sibuk. Ibu Sita sering pulang malam jika pekerjaan belum selessai.
Ibu Sita memiliki PRT di rumah untuk mengurus urusan domestik mulai dari menyediakan sarapan, membersihkan rumah, berrbelanja, menyuci,
menyetrika, dll. Ibu Sita tidak memiliki waktu untuk mengerjakan urusan domestik. Ibu Sita mengatakan jasa PRT sangat berharga karena dapat
menolong.
“Saya memiliki PRT karena jika pulang kerja rumah kotor kepala saya pusing, saya ingin rumah tetap rapi. Kalau tidak ada pembantu tidak ada
yang mengurus rumah karena semua di rumah ini bekerja”. wawancara mendalam dengan Ibu Nurmasita
Universitas Sumatera Utara
Suami Ibu Sita sudah 3 bulan terakhir ini tidak masuk kerja karena sudah memasuki masa pensiun. Suami Ibu Sita sering ke Pekanbaru untuk mengurus
ladang sawit yang dimiliki. Berikut ini merupakan table yang merangkum tentang Peran di sektor
domestik dan publik yang dilakukan Ibu Nurmasita. Ibu Nurmasita tinggal dengan seorang suami dan seorang anak yang berusia 26 tahun. Ibu Nurmasita
juga memiliki PRT yang tinggal di rumahnya Table 10: Rangkuman peran di sektor domestik dan publik Ibu Nurmasita
Sek tor
do mestik
NO SUAMI ISTRI
ANAK PRT
1 Memasak
sarapan 2
Membersihkan rumah
3 Belanja
kebutuhan sehari-hari
4 Menyuci
5 Menyetrika
6 Membersihkan
halaman 7
Memasak makan siang 8
Memasak makan malam
Sekt o
r p ubl
ik 9 Bekerja
di kandir PTPN
III bagian SDM
Bekerja di PTPN III
bagian transormasi
bisnis Bekerja di
perusahaan swasta
Medan
1o Mengurus ladang
Sumber: wawancara mendalam dengan Ibu Nurmasita
Universitas Sumatera Utara
Table 11 REKAPITULASI KARYAWAN PIMPINAN DAN KARY.PELAKSANA PTPN III BERDASARKAN PENDIDIKAN DAN
GOLONGAN
N O
URAIAN GOLONGAN
PENDIDIKAN SD
SMP SMA
DIP LO
MA S1
S2 S3
PROF JUMLA
H
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11
KARPIM 1 CKP
- -
4 -
92 1 - - 97
2 III A
- -
77 3 197
7 - - 284
3 III B
- -
37 5 105
7 - - 154
4 III C
- -
34 5 40 3 - -
82 5 III
D -
- 15
8 92 12 - -
127 6 IV
A -
- 9
2 71 15 - -
97 7 IV
B -
- 1
5 44 15 - -
65 8 IV
C -
- 1
2 26 12 - -
41 9 IV
D -
- 1
4 16 16 - -
37 JLH.PIMPINA
N - - 179
34 683
88 -
- 984
KARPEL 1 IA
3370 2686 5688 60 97 - - - 11.901
2 IB 4895 2066 2564 18 77 - - -
9620 3 IC
329 506 1515 48 67 - - - 2465
4 ID 132 254 1160 32 70 - -
1648 5 IIA
27 36 340 14 28 1 - - 446
6 IIB 19 50 338 29 18 - - -
454 7 IIC
8 16 147 25 19 - - -
215 8 IID
3 4
150 61 18 - - - 236
JLH.PELAKSAN A
8783 5618
11.902
287 394 1 - -
26.985
JLH PIMP+PELAKSAN
A
8783 5618
12081
321
1077
89 - -
27969 Sumber: SDM PTPN III
Universitas Sumatera Utara
Dari table diatas menerangkan bahwa tingkat pendidikan karyawan menentukan golongannya. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan jenjang karier. Banyak anggapan bahwa wanita tidak mampu ikut bersaing didalam pekerjaan yang penuh dengan tanggung jawab besar.
Anggapan ini memang tidak dapat dibenarkan, karena disadari bahwa wanita juga berkemampuan untuk memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama
dengan lelaki didalam suatu pekerjaan. Untuk karier bagi perempuan atau laki-laki tidak pernah dibatasi yang
pasti jika kita memiliki komptensi atau prestasi kita bisa naik jabatan. Perhitungan golongan ditentukan dari pendidikan dan juga kinerja kita di kantor
dan juga masa bakti di perusahaan Dari table komposisi tenaga kerja di PTPN III didominasi oleh laki-laki.
Permasalahan wanita sebenarnya berawal dari rendahnya kualitas pendidikan wanita itu sendiri, sehingga tidak dapat bersaing dengan laki-laki. Dalam banyak
hal, keterampilan dan keahlian perempuan memang lebih rendah dari laki-laki. Dan itu bukan karena faktor biologis da psikologis, melainkan karena
kesempatan yang berbeda. Jadi, perbedaan tersebut lebih bersifat relative, bukan perbedaan yang bersifat mutlak yang tidak bisa diubah.
Dalam hal pendidikan Formal maupun informal misalnya, masih terjadi ketimpangan antara perempuan dan laki-laki di Indonesia. Semakin tinggi
tingkat pendidikan, semakin sedikit jumlah perempuan yang bersekolah. Padahal, tingkat pendidikan ini cukup menentukan dalam kriteria tingkat
produktivitas. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
Universitas Sumatera Utara
semakin tinggi tingkat produktivitasnya. Dengan demikian, maka upah yang diterima pun semakin tinggi. Dengan kata lain, perbedaan produktivitas laki-laki
dan perempuan bukan karena perbedaan dalam jenis kelamin, tetapi karena masyarakat sendiri yang membedakan. Itu artinya, perbedaan tersebut bersifat
sosiologis. Dahulu pernah ada perempuan yang menjadi KabagKepala Bagian di
PTPN III. Karena ada sedikit masalah diberhentikan dari jabatan, alasan lengkapnya informan tidak menjelaskan. Sampai sekarang sudah tidak ada lagi,
Semua dipimpin oleh laki-laki. Informan mengatakan bahwa di PT.Perkebunan Nusantara III bergerak di bidang perkebunan yang identik dengan laki-laki.
Pemilihan dan pengangkatan Kabag biasanya sesuai dengan prestasi yang dicapai, dan pendidikan juga modal penting untuk menjadi pemimpin.
Semua hasil keputusan dalam pemilihan dan pengangkatan berdasarkan hasil keputusan dewan direksi.
Dapat dilihat dari table diatas terhadap beberapa informan bahwa peran ganda yang dilakukan perempuan akan terbengkalai.
Menurut Lie dalam Polemik Gender; 2001 : 102 perbedaan dari kelas bawah, menengah dan atas yaitu:
1. Di kalangan kelas bawah, hubungan suami dan istri cukup egaliter.
Keduanya mencari nafkah dan bersama-sama mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
2. Perempuan kalangan kelas menengah banyak yang mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan karena pendapatan suami dianggap
Universitas Sumatera Utara
kurang.Pekerjaan rumah tangganya dibagi menurut jenis kelamin. Bagi yang sudah mampu, pekerjaan rumah tangganya dikerjakan oleh
pembantu. Pola kekuasaan antara suami dan istri kurang jelas. 3.
Perempuan kalangan kelas atas. Perekonomian mereka lebih tergantung pada suaminya. Status sosial keluarga ditentukan oleh peran suami,
apakah ia mampu mencukupi kebutuhan keluarga tanpa bantuan istri.
Seorang suami menempati posisi sebagai manajer rumah tangga
3.2. Kegiatan-kegiatan Perempuan di PT.Perkebunan Nusantara III