Permasalahan dalam Pembayaran Ganti Rugi dan Kompensasi serta hasil kesepakatan yang didapat setelah mediasi

1. Permasalahan dalam Pembayaran Ganti Rugi dan Kompensasi serta hasil kesepakatan yang didapat setelah mediasi

Dari beberapa dokumen dan kelengkapan yang disampaikan warga desa Kecamatan Pathuk, Gunung Kidul dalam laporan pengaduan kepada Ombudsman baik kepada Ombudsman RI Perwakilan DIY-Jateng pada tanggal 6 Oktober 2010 maupun pada Ombudsman RI Pusat pada tanggal 7 Juni 2011, diperoleh kronologi permasalahan sebagai berikut:

Desa Nglegi, Desa Beji, Desa Bunder, dan Desa Salam, Kecamatan Pathuk, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan beberapa desa yang dilewati jalur transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dengan kapasitas 150 kV yang membentang dari Kabupaten Bantul hingga Kabupaten Wonosari. Di Kabupaten Gunung Kidul jaringan SUTT 150

Pathuk. Proyek pembangunan jaringan SUTT 150 kV Bantul-Wonosari tersebut berada di bawah kendali PT. PLN (Persero) Proyek Pembangkit dan Jaringan Tenaga Listrik (Prokitring) Jateng DIY di Semarang yang sekarang berubah namanya menjadi PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Konstruksi Jaringan Jawa Bali III.

Jaringan SUTT 150kV Bantul-Wonosari tersebut melintasi lahan milik 366 warga yang berada di Desa Nglegi, Desa Beji, Desa Bunder, dan Desa Salam di Kecamatan Pathuk. Menurut PT. PLN (Persero) ganti rugi dan kompensasi terhadap lahan milik warga yang dilalui Jaringan SUTT 150 kV Bantul-Wonosari tersebut telah selesai dibayarkan dan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Terhadap tanaman yang berada dibawah Jaringan SUTT 150 kV Bantul- Wonosari telah dilakukan inventarisasi pertama pada tahun 1997 oleh Proyek Induk, dan inventarisasi kedua dilakukan pada bulan Oktober 2001. Inventarisasi ini juga dilakukan terhadap tanah dan bangunan. Pembayaran ganti rugi dan kompensasi tanaman telah selesai dibayarkan pada tahun 2002, sebagai bukti pembayaran tersebut berupa dokumen yang ditanda tangani warga penerima ganti rugi dan kompensasi tanaman beserta tanda tangan dari Kepala Desa. SUTT tersebut telah mulai beroperasi pada tahun 2003 dan telah diserahterimakan kepada PT. PLN (Persero) P3B pada tahun 2006.

Terhadap tanah dan bangunan yang berada dibawah Jaringan SUTT 150 kV Bantul-Wonosari dan digunakan untuk pembangunan Tapak Penyangga SUTT pembangunannya menggunakan tanah milik 3 orang warga. Setelah inventarisasi dilakukan pembelian tanah yang digunakan untuk membangun Tapak Penyangga SUTT sesuai dengan harga nyata atau harga pasaran. Sedangkan untuk tanah dan bangunan yang berada dibawah Jaringan SUTT 150 kV Bantul-Wonosari diluar penggunaan untuk Tapak Penyangga akan diberikan kompensasi. Sebelum diberikan kompensasi untuk menentukan nilai kompensasi tanah dan bangunan tersebut warga dari empat desa tersebut diundang untuk mengadakan musyawarah pada tanggal 9 September 2008 di

Musyawarah tersebut dihadiri oleh pihak PT. PLN (Persero) Prokitring Jateng- DIY dan warga Desa Desa Nglegi, Desa Beji, Desa Bunder, dan Desa Salam, Kecamatan Pathuk, Kabupaten Gunung Kidul dengan didampingi Kepala Desa. Pada musyawarah tersebut PT. PLN (Persero) Prokitring Jateng-DIY menyampaikan nilai kompensasi sebagai berikut:

a. Kompensasi tanah dihitung permeter persegi dengan nilai 10% dari NJOP, dengan nilai NJOP per meter persegi tahun 2008 seharga Rp 25.000,- (dua puluh lima ribu rupiah) sehingga nilai kompensasi yang diberikan pada tanah per meter persegi adalah Rp 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah). Karena merasa nilai kompensasi yang diberikan terlalu kecil maka pihak Pemda Gunung Kidul meminta agar nilai kompensasi dinaikkan menjadi Rp 7.500,- per meter persegi. Permintaan tersebut kemudian disetujuai PT. PLN (Persero) Prokitring Jateng- DIY dan disampaikan kepada warga yang hadir dalam musyawarah.

b. Kompensasi bangunan dihitung per unit, dengan perhitungan:

1) Nilai kompensasi rumah permanen Rp 3.000.000,- per unit

2) Nilai kompensasi rumah semi permanen Rp 2.000.000,- per unit

3) Nilai kompensasi rumah sederhana Rp 1.000.000,- per unit

4) Nilai kompensasi kandang Rp 500.000,- per unit Pada musyawarah tersebut juga disampaikan bahwa tidak ada lagi ganti rugi tanaman karena ganti rugi tanaman sudah dilakukan pada saat konstruksi SUTT. Warga yang hadir dalam musyawarah menyetujui nilai kompensasi tersebut ditunjukkan dengan menandatangani berita acara musyawarah pada tanggal 16 September 2008. Pembayaran kompensasi tanah dan bangunan tersebut kemudian dilakukan dari tahun 2008- 2009.

Disinilah masalah kemudian timbul dari total 366 warga yang berhak menerima kompensassi di 4 (empat) desa, 207 warga menerima pembayaran dengan perincian sebagai berikut:

a. Desa Salam : dari 134 warga, 94 warga mau menerima kompensasi

b. Desa Beji : dari 99 warga, 62 warga mau menerima kompensasi b. Desa Beji : dari 99 warga, 62 warga mau menerima kompensasi

a. Kompensasi tanah dihitung permeter persegi, dengan nilai Rp 20.000,- per meter persegi

b. Kompensasi bangunan dihitung per meter persegi, dengan perhitungan:

1) Nilai kompensasi rumah permanen Rp 150.000,- per meter persegi

2) Nilai kompensasi rumah semi permanen Rp 100.000,- per meter persegi

3) Nilai kompensasi rumah sederhana Rp 100.000,- per meter persegi

4) Nilai kompensasi kandang / kamar mandi Rp 100.000,- per meter persegi.

Warga yang tidak setuju tersebut meminta diadakan perundingan ulang terkait nilai kompensasi tanah dan bangunan. Selain menuntut nilai kompensasi tersebut warga juga menuntut pembayaran ulang ganti rugi tanaman karena mereka merasa jumlah ganti rugi yang diberikan tidak sesuai dengan jumlah tanaman yang di tebang ketika proses konstruksi SUTT 150 kV Bantul- Wonosari. PT. PLN (Persero) tidak mau menanggapi ajakan untuk mengadakan diskusi ulang dan tetap pada nilai yang ditetapkan karena menganggap ganti rugi dan kompensasi sudah diberikan dan diterima sebagian besar warga sehingga PT. PLN (Persero) tidak bisa memberikan perlakuan berbeda untuk daerah yang sama.

PT. PLN (Persero) Prokitring Jateng-DIY kemudian meminta bantuan dari aparat desa untuk melakukan pendekatan kepada warga desa yang belum mau menerima kompensasi yang diberikan agar mau menerima kompensasi tersebut. Upaya pendekatan tersebut dilakukan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Namun warga tetap menolak dan tetap menuntut perubahan nilai

pembangunan SUTT tersebut telah selesai maka PT. PLN (Persero) merasa tidak berhak menyimpan dana kompensasi milik warga yang belum diambil tersebut. Senior Specialist II Komunikasi dan Hukum PT. PLN (Persero) mengajukan permohonan konsinyasi kepada Pengadilan Negeri Wonosari. Terhadap permohonan tersebut Ketua Pengadilan Negeri Wonosari mengeluarkan Surat Penetapan Nomor 01/Pdt.P.Kons/2010/PN.Wns tertanggal 19 Agustus 2010. Dana tersebut disimpan di Kas Kepaniteraan Pengadilan Negeri Wonosari. Setelah dana kompensasi tersebut dikonsinyasi ke Pengadilan Negeri Wonosari, 70 orang warga pemegang hak mau menerima kompensasi dan mengambil dana kompensasi tersebut ke Pengadilan Negeri Wonosari.

Warga yang tidak menyetujui nilai kompensasi yang diberikan kemudian menyampaikan keberatannya kepada PT. PLN (Persero) Prokitring Jateng- DIY melalui kuasa hukumnya. Selain menyampaikan permintaan diskusi ulang tersebut melalui kuasa hukumnya warga juga meminta transparansi data pembayaran ganti rugi tanaman karena warga merasa pola penghitungannya tidak sesuai dengan aturan tinggi minimal dan maksimal tanaman yang boleh ditebang serta jumlah tanaman yang diberikan ganti rugi tidak sesuai dengan jumlah tanaman yang ditebang. Permintaan transparansi data dan diskusi ulang terkait ganti rugi dan kompensasi sudah disampaikan warga kepada PT. PLN (Persero) Prokitring Jateng-DIY beberapa kali namun tidak mendapatkan tanggapan sesuai yang diharapkan. Warga melalui kuasa hukumnya kemudian menyampaikan laporan kepada Ombudsman. Setelah melalui beberapa tahapan penanganan kemudian diperoleh kesepakatan untuk melakukan mediasi. Dalam proses mediasi pertama yaitu tanggal 9 Agustus 2011 terungkap beberapa permasalahan yang menyebabkan terjadinya sengketa. Beberapa permasalahan tersebut antara lain:

a. Terdapat perbedaan persepsi tentang besar biaya dan luas obyek ganti rugi dan kompensasi. PT. PLN (Persero) berpendapat bahwa rencana pembangunan SUTT Gunung Kidul termasuk dalam hal ini adalah SUTT a. Terdapat perbedaan persepsi tentang besar biaya dan luas obyek ganti rugi dan kompensasi. PT. PLN (Persero) berpendapat bahwa rencana pembangunan SUTT Gunung Kidul termasuk dalam hal ini adalah SUTT

Energi Nomor 975.K/47/MPE/1999. Penghitungan pembayaran kompensasi tidak berdasarkan luas tanah dan bangunan tetapi disamaratakan dengan pola perhitungan perunit.

b. Ganti rugi tanaman menurut warga pola perhitungannya tidak sesuai dengan aturan tinggi minimal dan maksimal tanaman yang boleh ditebang serta tanaman yang diberikan ganti rugi tidak sesuai dengan jumlah tanaman yang ditebang. Ganti rugi dan kompensasi tanaman tersebut telah dibayarkan pada tahun 2002 yang ditunjukkan dengan bukti pembayaran yang ditandatangani warga dan berdasarkan

c. Terdapat beberapa warga dari Desa Nglegi, Desa Salam, Desa Beji dan Desa Bunder yang lahannya dilalui jaringan SUTT 150 kV Bantul Wonosari tidak terdaftar sebagai penerima ganti rugi dan kompensasi dari PT. PLN (Persero).

d. Warga desa merasa tidak diundang dalam rapat pembahasan ganti rugi dan kompensasi pada tahun 2008. Pada saat itu Kepala Desa yang diundang dalam rapat sebagai wakil representatif struktural warga tidak melaksanakan fungsinya sebagai mana mestinya karena tidak memberi mensosialisasikan hasil rapat tersebut kepada warga sehingga warga merasa di rugikan dengan kesepakatan sepihak antara kepala desa dengan PT. PLN (Persero). Menurut warga saat warga meminta keterangan mengenai besar biaya dan luasnya obyek ganti rugi dan kompensasi, pihak pemerintah desa tidak memberikan transparansi kepada warga. Faktanya d. Warga desa merasa tidak diundang dalam rapat pembahasan ganti rugi dan kompensasi pada tahun 2008. Pada saat itu Kepala Desa yang diundang dalam rapat sebagai wakil representatif struktural warga tidak melaksanakan fungsinya sebagai mana mestinya karena tidak memberi mensosialisasikan hasil rapat tersebut kepada warga sehingga warga merasa di rugikan dengan kesepakatan sepihak antara kepala desa dengan PT. PLN (Persero). Menurut warga saat warga meminta keterangan mengenai besar biaya dan luasnya obyek ganti rugi dan kompensasi, pihak pemerintah desa tidak memberikan transparansi kepada warga. Faktanya

e. Sebagian besar warga Desa Nglegi, Desa Beji, Desa Bunder, Desa Salam tidak mau menerima kompensasi yang diberikan PT. PLN (Persero). Tanpa persetujuan dari warga, PT. PLN (Persero) menitipkan dana kompensasi pada Pengadilam Negeri Wonosari. Menurut warga sebagian dari warga Desa Nglegi, Desa Beji, Desa Bunder, Desa Salam yang menerima dana kompensasi dan ganti rugi yang dititipkan di Pengadilan Negeri Wonosari tersebut diduga terdapat unsur pemaksaan dan intimidasi dari pemerintah Desa.

f. Diharapkan dilakukan perhitungan ulang terkait kompensasi dan ganti rugi luas tanah bangunan dan tanaman milik warga.

Setelah beberapa kali melakukan mediasi, pada tanggal 15 Maret 2012 diperoleh kesepakatan penyelesaian masalah yang disetujui kedua belah pihak. Kesepakatan tersebut dituangkan dalam Berita Acara Penyelesaian Masalah Warga Desa Nglegi, Desa Beji, Desa Bunder dan Desa Salam, Kecamatan Pathuk, Kabupaten Gunung Kidul, D.I Yogyakarta dengan PT. PLN (Persero) Pusat dan PT. PLN (Persero) Prokitring Jawa Tengah dan DIY. Mediasi tersebut diadakan di Kantor Perwakilan Ombudsman RI DIY-Jateng. Para pihak yang hadir dalam mediasi ini adalah PT. PLN (Persero) Pusat, PT. PLN (Persero) UPK JJB III, Warga Desa Nglegi, Desa Beji, Desa Bunder, Desa Salam, Kecamatan Pathuk, Gunung Kidul, DI. Yogyakarta. Berita acara mediasi tersebut ditandatangani oleh masing-masing perwakilan dari PT. PLN (Persero) Pusat, PT. PLN (Persero) UPK JJB III, Warga Desa Nglegi, Desa Beji, Desa Bunder, Desa Salam, Kecamatan Pathuk, Gunung Kidul, DI. Yogyakarta.Dalam mediasi ini yang bertindak sebagai mediator adalah Budi Santoso yang merupakan Anggota Ombudsman RI, kemudian bertindak sebagai CoMediator adalah Budhi Masturi, Tumpal Simanjuntak, Yustus Yosep Martubongs yang semuanya merupakan Asisten Ombudsman.

timbul akibat pembangunan SUTT 150 kV Bantul-Wonosari yang melalui Desa Nglegi, Desa Beji, Desa Bunder, Desa Salam, Kecamatan Pathuk, Gunung Kidul, DI. Yogyakarta. Skema penyelesaian yang disepakati para pihak tersebut adalah:

1. Melakukan identifikasi terhadap tanah dan bangunan warga yang belum terdaftar dalam data pihak penerima kompensasi pada hari Sabtu, tanggal

17 Maret 2012 WIB

2. Warga menerima kompensasi tanah dan bangunan yang telah dikonsinyasi PT. PLN (Persero) pada tahun 2008 sesuai dengan nilai yang telah disepakati.

3. Tidak melakukan identifikasi dan kompensasi terhadap tanaman milik warga.

4. Memberikan bantuan Corporate Social Responsibility (CSR)/ Tanggung Jawab Sosial Perusahaan kepada delapan puluh sembilan orang Warga Desa Nglegi, Desa Beji, Desa Bunder dan Desa Salam, Kecamatan Pathuk, Kabupaten Gunung Kidul, D.I Yogyakarta yang belum menerima kompensasi.