Ganti Rugi dan Kompensasi Pembangunan SUTT

4) Ganti Rugi dan Kompensasi Pembangunan SUTT

Pengertian mengenai ganti rugi di bidang ketenagalistrikan terdapat dalam Undang-undang Ketenagalistrikan, baik pada Undang- Undang Ketenagalistrikan yang lama yaitu Undang-Undang Nomor 20 tahun 2002 dan Undang-Undang Ketenaga listrikan yang baru yaitu Undang-Undang 30 tahun 2009. Pada kedua Undang-Undang Ketenagalistrikan tersebut permasalahan ganti rugi lebih dikhususkan pada ganti rugi hak atas tanah. Terdapat perbedaan diskripsi pengertian ganti rugi atas tanah diatara kedua Undang-undang tersebut tetapi perbedaan ini hanya redaksional saja namun mempunyai arti yang sama.

Ketenagalistrikan pengertian mengenai ganti rugi hak atas tanah

penggantian atas nilai tanah berikut bangunan, tanaman, dan/atau benda-benda lain yang terkait dengan tanah sebagai akibat pelepasan

-Undang Nomor 30 Tahun 2009 pengertian mengenai ganti rugi terdapat pada Pasal 1 angka pelepasan atau penyerahan hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan/atau

. Ganti rugi hak atas tanah tersebut diberikan untuk tanah yang dipergunakan secara langsung dalam penyediaan tenaga listrik dan bangunan serta tanaman sesuai diatas tanah. Ganti rugi hak atas tanah termasuk untuk sisa tanah yang tidak dapat digunakan oleh pemegang hak sebagai akibat dari penggunaan sebagian tanahnya oleh pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik. Yang dimaksud dengan penggunaan secara langsung adalah penggunaan tanah untuk pembangunann instalasi tenaga listrik antara lain pembangkitan, gardu induk, dan tapak menara transmisi.

Pengertian kompensasi Pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan terdapat pada Pasal 1 angka 34. Kompensasi adalah pemberian sejumlah uang kepada

pemegang hak atasa tanah, bangunan, tanaman dan/atau benda lain yang terkait dengan tanah tanpa dilakukan pelepasan atau penyerahan hak atas tanah, bangunan, tanaman dan/atau benda- benda lain yang terkait dengan tanah.

Sedangkan pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 pengertian mengenai kompensasi terdapat pada Pasal 1 angka 14.

Kompensasi adalah pemberian sejumlah uang kepada pemegang hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan/atau benda lain yang terdapat diatas tanah tersebut digunakan secara tidak langsung untuk pembangunan ketenaga listrikan tanpa Kompensasi adalah pemberian sejumlah uang kepada pemegang hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan/atau benda lain yang terdapat diatas tanah tersebut digunakan secara tidak langsung untuk pembangunan ketenaga listrikan tanpa

Ganti rugi hak atas tanah atau kompensasi tersebut tidak berlaku bagi orang yang sengaja mendirika bangunan, menanam tanaman,dan lain-lain diatas tanah yang sudah memiliki izin lokasi untuk usaha penyediaan tenaga listrik dan sudah diberikan ganti rugi hak atas tanah atau kompensasi.

Ketentuan ganti rugi dan kompensasi tanah, tanaman, dan bangunan pada pembangunan SUTT diatur dalam Pasal 5 Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor: 01.P/47/MPE/1992 Tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangn Ekstra Tinggi (SUTET) untuk Penyaluran Tenaga Listrik yang kemudian diubah dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 975.K/47/MPE/1999 tentang Perubahan Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 01.P/47/M.PE/1992 Tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi untuk Penyaluran Tenaga Listrik. Ketentuan tersebut menjelaskan bahwa:

a) Tanah tempat untuk mendirikan Tapak Penyangga dan bangunan serta tumbuh-tumbuhan di bawahnya dibebaskan dan diberikan ganti rugi

b) Bangunan, tumbuh-tumbuhan yang telah ada sebelumnya dan masuk pada proyeksi Ruang Bebas SUTT/SUTET atau dapat membahayakan SUTT/SUTET harus dibebaskan dan diberikan ganti rugi b) Bangunan, tumbuh-tumbuhan yang telah ada sebelumnya dan masuk pada proyeksi Ruang Bebas SUTT/SUTET atau dapat membahayakan SUTT/SUTET harus dibebaskan dan diberikan ganti rugi

d) Bangunan dan tumbuh-tumbuhan yang telah diberikan ganti rugi harus ditebang dan dibongkar seluruhnya oleh pemiliknya

e) Tanah dan bangunan yang telah ada sebelumnya yang berada dibawah proyeksi Ruang Bebas SUTT/SUTET diluar penggunaan untuk mendirikan Tapak Penyangga diberikan kompensasi dan hanya diberikan satu kali

f) Lahan yang sudah diberi kompensasi dapat dimanfaatkan selama tidak memasuki proyeksi Ruang Bebas.

Perhitungan nilai kompensasi mengacu pada lampiran Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 975.K/47/MPE/1999. Unsur-unsur pemberian kompensasi lahan yaitu optimalisasi lahan, Indeks pemanfaatan fungsi tanah dan bangunan, status tanah, dan harga tanah. Beberapa unsur tersebut digunakan untuk penghitungan nilai kompensasi yang dibayarkan. Rumus Pemberian Kompensasi adalah:

Keterangan:

a) NK : Nilai Kompensasi lahan

b) Optimalisasi Lahan : kompensasi diperhitungkan sebesar 10%

c) Indeks Fungsi Lahan : indeks pemanfaatan fungsi tanah dan bangunan ditetapkan dengan mempertimbangkan objek dan peruntukan tanah dan bangunan dikaitkan dengan optimalisasi lahan, yang besarnya adalah: (1) Bangunan

(2) Tanah untuk mendirikan bangunan

(3) Tanah pekarangan

(4) Ladang, kebun

NK = optimalisasi lahan x indeks fungsi lahan x status tanah x NJOP NK = optimalisasi lahan x indeks fungsi lahan x status tanah x NJOP

: 100%

(2) Tanah hak milik adat

: 90%

(3) Tanah hak guna bangunan

: 80%

(4) Tanah hak guna usaha

: 80%

(5) Tanah hak pakai

: 70%

(6) Tanah wakaf

: 100% Untuk tanah hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai dipertimbangkan pula presentase sisa jangka waktu pemanfaatan tanah yang bersangkutan.

e) Harga tanah Guna memperoleh dasar hukum harga tanah dan bangunan, maka harga tanah dan bangunan dapat didasarkan pada Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) tahun berjalan yang telah ditetapkan oleh Kantor Pajak.

Premis Mayor

1. Peraturan Perundang-undangan:

a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

b. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia c. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

d. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2000 Tentang Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan

2. Peraturan:

a. Peraturan Ombudsman Nomor 2 tahun 2009 tentang Pemeriksaan dan Penyelesaian Laporan b. SOP Pemeriksaan dan Penyelesaian Laporan

Premis Minor (Peristiwa hukum)

1. Mekanisme dan tata cara mediasi Ombudsman

2. Perbedaan kekuatan PT. PLN (Persero) dengan warga Desa

Nglegi, Desa Bunder, Desa Salam, Desa Beji, Kecamatan Pathuk, Gunung Kidul, DIY

Mediasi antara PT. PLN (Persero) dengan warga Desa Nglegi, Desa Bunder, Desa Salam, Desa Beji, Kecamatan Pathuk, Gunung Kidul, DIY

1. Kesesuaian dengan norma- norma umum mediasi

2. Hasil mediasi bagi kedua belah pihak

Kesimpulan

Penyesuaian mediasi Ombudsman berdasarkan norma-norma umum mediasi dengan mengedepankan hasil penyelesaian win-win solution

INTEPRETASI

INTEPRETASI