Studi Peningkatan Kualitas Air Minum Dalam Kemasan Merek AM Untuk Memperkuat Daya Saing

(1)

i

STUDI PENINGKATAN KUALITAS AIR MINUM DALAM

KEMASAN MEREK

AM

UNTUK MEMPERKUAT

DAYA SAING

Oleh

SETIA AGUSTINI

H24097113

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014


(2)

ii

STUDI PENINGKATAN KUALITAS AIR MINUM

DALAM KEMASAN MEREK

AM

UNTUK MEMPERKUAT

DAYA SAING

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

SETIA AGUSTINI

H24097113

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014


(3)

iii

Judul Skripsi : Studi Peningkatan Kualitas Air Minum Dalam Kemasan Merek AM Untuk Memperkuat Daya Saing

Nama : Setia Agustini

NIM : H24097113

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Pramono D Fewidarto, MS NIP. 19580202 198403 1 003

Mengetahui Ketua Departemen,

Dr. Mukhamad Najib, STP, MM NIP. 19760623 200604 1 001


(4)

ii

RINGKASAN

SETIA AGUSTINI. H24097113. Studi Peningkatan Kualitas Air Minum Dalam Kemasan Merek AM Untuk Meningkatkan Daya Saing. Di bawah bimbingan

PRAMONO D FEWIDARTO

Persaingan bisnis produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) cukup tinggi, sebab masyarakat mengerti bahwa air merupakan kebutuhan mutlak. Banyak pemain baru masuk untuk merebut pasar, sehingga semakin sulit bagi manajemen AMDK AM untuk memperluas pasarnya. Untuk dapat bertahan bahkan meningkatkan daya saing pada industri sejenis, maka perusahaan harus dapat menyajikan produk dengan karakteristik kualitas yang dapat memenuhi keinginan dan harapan konsumen. Diperlukan suatu Studi yang tepat agar perusahaan dapat mencapai tujuan peningkatan.

Penelitian ini bertujuan 1) mengidentifikasi indikator kualitas AMDK menurut konsumen umum, 2) mengidentifikasi kinerja AMDK AM berdasarkan indikator tersebut, 3) menetapkan atribut utama dalam rangka prioritas perbaikan untuk meningkatkan daya saing. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan langsung dari sumber informasi, yaitu dengan wawancara dan kuesioner, sedangkan data sekunder berasal dari studi pustaka.

Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Crosstab dengan bantuan software SPSS 17.00 dan Analisis Gap. Hasil penelitian menunjukan bahwa profil konsumen umur dan konsumsi mempengaruhi penilaian kinerja produk. Hasil dari analisis gap perbaikan diprioritaskan pada kesenjangan (gap) yang tertinggi dari setiap atribut, kesenjangan tertinggi terjadi pada indikator menyehatkan, kejernihan, jaminan mutu dan air yang tidak berbau, kehigieniesan kemasan, segel yang kuat, merek yang mudah diucapkan dan menggambarkan isi.


(5)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung tanggal 23 Agustus 1988 dari ayah Rochman dan ibu Iim K. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2009, penulis telah menyelesaikan pendidikan diploma tiga, jurusan Akuntansi di Institut Pertanian Bogor. Kemudian diterima sebagai mahasiswa di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis juga aktif di berbagai organisasi intra dan ekstra kampus. Organisasi yang pernah diikuti oleh penulis adalah EXOM (Executif Of Management) anggota divisi kewirausahaan, anggota MAX-BS (Music Agriculture Expresion), dan organisasi lainnya


(6)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Peningkatan Kualitas Air Minum Dalam Kemasan AM Untuk Memperkuat Daya Saing” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan di masa mendatang.

Bogor, Februari 2014


(7)

v

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyadari tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir Pramono D Fewidarto, MS selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan saran selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi;

2. Bapak Dr Mukhamad Najib, STP, MM dan Bapak Nur Hadi Wijaya, STP, MM sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi;

3. Bapak Doni Jaelani beserta seluruh staff AMDK AM yang telah memberikan informasi dan sarannya;

4. Ibunda, Ayahanda, adikku Egi dan Oka, serta keluarga besar yang telah memberikan doa dan dukungannya baik secara materil maupun nonmateril; 5. Staf pengajar dan karyawan dan karyawati Departemen Manajemen, FEM-IPB; 6. Sahabat-sahabatku Ayu, Azief, Devik, Uwie, Mb aes, Mb yulai, Mb Yuli, Ka

Harry, Mas Ade, Nurul atas doa dan bantuannya;

7. Teman seperjuangan Yudia, Mb Merry, Krisna, Adlan, Wahyuni, Danu, Deno dan teman-teman manajemen alih jenis angkatan 7;

8. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu kritik saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.


(8)

vi

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Air Minum Dalam Kemasan ... 6

2.1.1 Standar Air Minum Dalam Kemasan ... 6

2.1.2 Persaingan AMDK ... 7

2.1.3 Sumber Air Minum Dalam Kemasan ... 8

2.2. Konsep Kualitas ... 8

2.2.1 Pengertian Kualitas ... 8

2.2.2 Manajemen Kualitas ... 9

2.2.3 Peningkatan Kualitas ... 10

2.2.4 Pengukuran Kualitas ... 10

2.3 Analisis Gap ... 11

2.4 Penelitian Terdahulu ... 11

III METODE PENELITIAN ... 14

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 14

3.2. Tahapan Penelitian ... 14

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15

3.4. Jenis dan Sumber Data ... 15

3.5. Penetapan Sample ... 17

3.6. Pengumpulan Data ... 18

3.6.1 Tehnik Pengumpulan Data ... 18

3.6.2 Alat Pengumpulan Data ... 19


(9)

vii

IV. HASIL dan PEMBAHASAN ... 21

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 21

4.1.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan ... 21

4.1.2 Visi, Misi dan Filosofi Perusahaan ... 21

4.1.3 Struktur Organisasi ... 21

4.1.4 Lokasi pabrik ... 22

4.1.5 Sumber Daya Material ... 23

4.1.6 Proses Produksi ... 23

4.2. Profil Konsumen ... 24

4.2.1 Aspek Demografi ... 24

4.2.2 Aspek Perilaku ... 25

4.3. Indikator Kualitas ... 25

4.3.1 Indikator Manfaat Produk ... 26

4.3.2 Indikator Kualitas Air ... 27

4.3.3 Indikator Kualitas Kemasan ... 28

4.3.4 Indikator Kualitas Label atau Informasi ... 29

4.3.5 Indikator Merek AMDK ... 30

4.4. Penilaian Tingkat Kinerja AMDK AM ... 31

4.4.1 Penilaian Kinerja Terkait Profil Konsumen ... 32

4.5. Analisis Kesenjangan (Gap) ... 38

4.6. Implikasi Manajerial ... 43

KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

1. Kesimpulan ... 45

2. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47


(10)

viii

DAFTAR TABEL

1 Pertumbuhan konsumsi AMDK di Indonesia ... 1

2 Bobot atribut ... 26

3 Bobot indikator manfaat AMDK (Bobot: 0.280) ... 27

4 Bobot indikator kualitas air AMDK (bobot: 0.278) ... 28

5 Bobot indikator kualitas kemasan (bobot:0.189) ... 29

6 Bobot indikator label AMDK(bobot: 0.157) ... 30

7 Bobot indikator merek AMDK (bobot: 0.096) ... 30

8 Penilaian tingkat kinerja atribut AMDK AM ... 31

9 Penilaian kinerja air terkait usia konsumen ... 32

10 Penilaian kinerja kemasan terkait usia konsumen ... 33

11 Penilaian kinerja air terkait tingkat pendapatan ... 34

12 Penilaian kinerja label terkait lama konsumsi ... 35

13 Penilaian kinerja kemasan terkait konsumsi AMDK ... 36

14 Penilaian kinerja manfaat terkait pendidikan ... 37

15 Rekapitulasi hasil uji cross tab ... 37

16 Rentang skor manfaat AMDK ... 38

17 Rentang skor terbobot kualitas air... 39

18 Rentang nilai kemasan, label, dan merek ... 39

19 Gap menurut konsumen AMDK AM ... 40

20 Rekapitulasi perbaikan indikator AMDK AM... 43


(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

1 Pangsa Pasar Minuman di Tingkat Ritel Menurut Jenis Minuman... 2

2 Perkiraan Pangsa Pasar Merek AMDK ... 4

3 Kerangka Pemikiran ... 17

4 Tahapan Penelitian ... 17

5 Struktur Organisasi Perusahaan ... 22


(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tabel Kebutuhan Data... 50

2 Profil Konsumen ... 51

3 Uji Validitas dan Reliabilitas Kepentingan ... 53

4 Uji Validitas dan Reliabilitas Kinerja ... 54

5 Hasil pengolahan analisis gap kepentingan indikator kualitas ... 55

6 Tingkat kinerja AMDK ... 56

7 Gambar Produk ... 57


(13)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat akan air minum terus meningkat seiring dengan cepatnya pertumbuhan jumlah penduduk. Total konsumsi air minum penduduk Indonesia pada tahun 2008 mencapai 26 milyar liter per tahun, namun sumber-sumber air yang ada tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan akan air minum yang layak konsumsi karena cukup banyak sumber air yang sudah tercemar limbah atau bahan-bahan lain sehingga tidak layak untuk dikonsumsi (www.wartaekonomi.com 2011). Minimnya ketersediaan air bersih yang layak di konsumsi menjadikan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) menjadi salah satu alternatif yang dipilih masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya.

Selain untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih yang layak di konsumsi, kesadaran masyarakat akan tuntutan hidup sehat serta kepraktisan penggunaannya menjadi salah satu pendorong meningkatnya pertumbuhan konsumsi AMDK di Indonesia. Industri AMDK mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun, data dari Asosiasi Produsen Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) menunjukkan penjualan AMDK pada 2010 mencapai 13.7 milyar liter, setahun kemudian naik 30.65% menjadi 17.9 milyar liter (Tabel 1). Konsumsi AMDK terbesar ada di Pulau Jawa yang berkontribusi sebesar 40% dari total konsumsi (www.suarapengusaha.com 2011).

Tabel 1. Pertumbuhan konsumsi AMDK di Indonesia

Tahun Konsumsi AMDK (milyar liter)

2012 19.8

2011 17.9

2010 13.7

2009 12.8

2008 11.5

Sumber: Aspadin (2011)

Peningkatan konsumsi AMDK yang signifikan membuat usaha bidang industri ini banyak diminati oleh para pengusaha. Pada tingkat eceran AMDK menguasai 67% pangsa pasar minuman dan pangsa selebihnya di isi oleh


(14)

minuman serbuk siap saji (11.75%) dan minuman berkarbonasi (10.42%) seperti ditunjukan Gambar 1.

Pada saat ini AMDK dapat dengan mudah ditemui dimana saja, mulai dari pasar swalayan sampai warung- warung kecil di pinggir jalan, bahkan tidak sedikit pedagangan asongan yang berjualan AMDK dengan berbagai merek. Kondisi ini terjadi tidak hanya di kota- kota besar, bahkan di pedesaan juga ditemui hal yang sama.

Gambar 1. Pangsa pasar minuman di tingkat ritel menurut jenis minuman (Aspadin 2011)

Menurut Asosiasi Air Kemasan Indonesia (AAKI), tahun 2011 ada sekitar 1 500 merek AMDK di Indonesia. Merek Aqua dan VIT menguasai pangsa pasar sebesar 45% seperti ditunjukan pada Gambar 2, sisanya diperebutkan oleh ratusan merek yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Gambar 2. Perkiraan pangsa pasar merek AMDK (AAKI 2011)

AMDK 67% Minuman

Karbonasi 11% Teh Siap Saji

10% Minuman

Kesehatan 1%

Lain-lain 11%

Pangsa Pasar Minuman di Tingkat Ritel Menurut Jenis (%)

45%

30% 25%

Perkiraan Pangsa Pasar Merek AMDK

Aqua dan Vit

Total, Ades, Oasis, 2Tang, Club dan Prima


(15)

Perusahaan AMDK pada umumnya menjual produknya kepada konsumen melalui distributor yang telah ditetapkan, yang saat ini menghadapi persaingan yang semakin ketat. Persaingan ini terjadi antar distributor dengan merek yang sama maupun dengan merek yang berbeda. Jumlah depot air minum isi ulang yang terus bertambah dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan dengan merek tertentu dan jumlah air minum dalam kemasan yang mengandung rasa menambah ketatnya persaingan.

Banyaknya pesaing maka semakin banyak pula pilihan konsumen untuk memilih produk yang sesuai dengan harapannya, selain itu konsumen menjadi semakin cermat dalam memilih produk di pasaran untuk mendapatkan kegunaan dan manfaat yang dicari. Untuk dapat memuaskan konsumen salah satu keunggulan bersaing yaitu kualitas produk. Kualitas harus diukur melalui sudut pandang konsumen terhadap kualitas produk itu sendiri, maka dari itu kualitas produk harus dapat memenuhi kebutuhan serta keinginan pelanggan. Kondisi ini memaksa perusahaan untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu agar dapat bersaing, salah satunya yaitu PT AM.

PT AM merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di industri air minum dalam kemasan. Pada saat ini PT. AM memfokuskan pemasaran produknya di daerah Jawa Barat bagian timur, meliputi wilayah Bandung Timur, Sumedang, Garut, Tasikmalaya dan Ciamis. Hal tersebut dikarenakan di wilayah tersebut telah terbentuk suatu citra yang baik akan nama AM itu sendiri. Selain karena wilayah tersebut merupakan daerah kantor pusat dan merupakan daerah dimana AM group berdiri, pada wilayah tersebut penduduk mayoritas beragama Islam dan PT. AM ini dikenal dengan landasan syariat Islam yang kuat dalam pelaksanaan kegiatan produksi maupun kebudayaan perusahaannya, karena citra inilah PT AM dapat memasarkan produknya dan memakai pemasaran dari organisasi-organisasi Islam lainnya, namun demikian penjualan produk masih terbatas pada tempat-tempat tertentu seperti pom bensinnya dan belum dapat meraih pasar karena belum dapat meyakinkan konsumen akan citra kualitasnya. PT AM merupakan perusahaan yang memiliki citra sebagai distributor MIGAS, alat-alat berat dan sekolah, maka dari itu konsumen merasa ragu akan kualitas AMDK AM itu sendiri, hal ini terbukti dari pangsa pasar AM yag masih rendah.


(16)

Pangsa pasar AMDK AM masih sangat kecil, menurut direktur PT. AM pertumbuhan AM naik 17% setiap tahunnya, saat ini AMDK AM hanya menguasai 0.15% pangsa pasar AMDK yang berada di wilayah Jawa Barat, hal ini menunjukan bahwa konsumen belum tertarik untuk mengonsumsi produk tersebut. Selain itu, AMDK AM belum mampu menembus pasar modern kecil seperti Alfamart, Indomart dan sebagainya, karena kualitas dianggap belum memenuhi mutu yang dipersepsikan konsumen. Oleh karena itu untuk memenangkan persaingan yang lebih luas, PT AM Arias harus menciptakan kualitas yang sesuai harapan dan keinginan konsumen. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka cukup menarik dilakukan penelitian dengan judul “Studi Peningkatan Kualitas Air Minum Dalam Kemasan Merek AM Untuk Memperkuat Daya Saing”.

1.2. Perumusan Masalah

Persaingan bisnis produk AMDK ini cukup tinggi sebab masyarakat mengerti bahwa air merupakan kebutuhan mutlak. Banyak pemain baru masuk untuk merebut pasar, sehingga semakin sulit bagi manajemen AM untuk memperluas pasarnya. Untuk dapat bertahan bahkan meningkatkan daya saing pada industri sejenis, maka perusahaan harus dapat menyajikan produk dengan karakteristik kualitas yang dapat memenuhi keinginan dan harapan konsumen. Diperlukan suatu perbaikan yang tepat agar perusahaan dapat mencapai tujuan peningkatan. Berdasarkan hal tersebut permasalahan yang ingin dikaji terkait dengan bagaimana perbaikan kualitas produk AMDK AM untuk perbaikan citra produk dan memperkuat daya saingnya.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi indikator kualitas AMDK menurut konsumen umum. 2. Menganalisis kinerja AMDK AM berdasarkan indikator tersebut.

3. Menetapkan atribut utama dalam rangka perbaikan kualitas produk AMDK AM untuk peningkatan daya saingnya.


(17)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dari kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sarana bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu secara langsung yang diperoleh selama kuliah.

2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan bisa memberi masukan dan sumber pemikiran baru di bidang manajemen kualitas perusahaan yaitu melakukan perbaikan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas.

3. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal yang menjadi ruang lingkup penelitian peneliti. Beberapa batasan tersebut adalah:

1. Penelitian dilakukan di daerah pemasaran Kecamatan Rancaekek. Pemilihan tempat didasarkan secara sengaja dengan pertimbangan daerah tersebut dekat dengan lokasi pabrik dan merupakan pusat berkumpulnya semua industri AM Group

2. Kualitas AMDK AM dianalisis berdasarkan kinerja atribut manfaat, kualitas air, kemasan produk, label, dan merek yang kemudian setiap atribut diuraikan menjadi indikator kualitas.


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air Minum Dalam Kemasan

Air merupakan sumber daya alam yang penting dalam menunjang pembangunan ekonomi dan sosial seperti sektor industri, pembangkit listrik, pertanian, perikanan, peternakan, transportasi, pariwisata, dan rumah tangga. Air Minum Dalam Kemasan menurut Departemen Perdagangan dan Perindustrian dalam revisi SNI 01-3553-2006, didefinisikan sebagai air yang telah diproses, dikemas dan aman untuk diminum langsung. Menurut Peraturan Mentri Perindustrian Republik Indonesia No.96/ M-IND/ PER/ 12/ 2011, air minum dalam kemasan merupakan air baku yang diproses sesuai dengan persyaratan teknis.

2.1.1 Standar Air Minum Dalam Kemasan

Syarat-syarat air minum yang sehat menurut Departemen Kesehatan adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung bakteri dan logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C, banyak zat berbahaya terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini.

Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia NOMOR : 705/MPP/Kep/11/2003, Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) diproses melalui 3 tahap yaitu: penyaringan, desinfeksi, dan pengisian. Penyaringan dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran dan bau yang terkandung dalam air. Desinfeksi bertujuan menghilangkan sebagian besar mikroba dan membunuh bakteri patogen dalam air. Pengisian merupakan tahap akhir berupa pengemasan air yang telah diproses.

Syarat mutu AMDK berdasarkan Keputusan Mentri Perindustrian dan Perdagangan yaitu produk AMDK harus memenuhi syarat persyaratan SNI (Standar Nasional Indonesia) dan memiliki sertifikat produk SNI. Ruang lingkup persyaratan mutu dalam SNI yaitu pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, hygiene, syarat pengemasan, syarat penandaan air dalam kemasan, syarat mutu


(19)

kandungan kimia, biologi, dan fisika. Pengendalian mutu harus dilakukan oleh pabrik AMDK guna mencapai mutu yang sesuai SNI dengan melihat tingkat kekeruhan, keadaan air, bau, dan rasa air, ph, dan cemaran mikroba. Pengujian mutu dilakukan oleh lembaga pengujian mutu, perolehan sertifikat dilakukan sesuai undang-undang. Syarat kemasan yaitu jika kemasan sekali pakai harus terbuat dari bahan food grade, tidak bereaksi terhadap pencuci atau disenfektan, tidak boleh dipakai ulang. Untuk kemasan yang dipakai ulang harus memiliki ketebalan 0.5 mm dan tahan suhu minimal 600

C dengan kontak minimal 15 detik. Untuk label wajib mencantumkan nama, nama produsen dan alamat, tanda SNI dan kode produksi, nomor BPOM, volume, tanggal kadaluarsa. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf, angka, susuan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut sebagai pembeda dalam kegiatan dagang.

2.1.2 Persaingan AMDK

Persaingan AMDK di Indonesia memang ketat, tetapi pasarnya sangat menggiurkan. Petumbuhan pasar terutama didorong oleh kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, sementara masyarakat tidak percaya terhadap kualitas air dari PDAM, atau air tanah yang diambil sendiri. Sehingga diproyeksikan pasar akan terus tumbuh seiring dengan kesadaran masyarakat yang semakin tinggi, apalagi untuk generasi mendatang. Di sisi yang lain memasuki industri ini relatif mudah, karena di Indonesia banyak sekali sumber air pegunungan. Teknologinya juga tidak terlalu sulit sehingga kompetisi sekarang tidak hanya terjadi diantara industri-industri besar tetapi juga dengan depot isi ulang yang menawarkan harga sepertiganya (www.suaramerdeka.com 2011). .

Produsen penghasil peralatan depot isi ulang juga bermunculan dan menawarkan sebuah paket lengkap dikisaran harga murah dengan standar SNI, kelayakan dari Dirjen POM serta beberapa diantaranya sertifikat dari surveyor independen seperti Sucofindo. Pada awalnya kehadiran depot isi ulang ini akan menciptakan pasar baru bagi masyarakat yang sebenarnya merasakan ada kebutuhan untuk membeli AMDK dalam ukuran galon, tetapi masih merasakan harganya terlampau mahal. Hadirnya alternatif AMDK yang berharga murah ini mereka akan menjadi pengguna baru, yang merupakan pindahan dari air minum yang dimasak sendiri (www.willyshidiarta.com 2011)


(20)

2.1.3 Sumber Air Minum Dalam Kemasan

Sumber air yang digunakan untuk dapat diproses menjadi AMDK menurut Permenperin No.96 Tahun 2011, yaitu:

1) Air laut adalah air mengandung garam berasal dari laut..

2) Air permukaan adalah air permukaan adalah air tawar yang terdapat diatas permukaan tanah bisa berupa mata air, air artesis, air sumur, air sungai, atau air danau.

3) Air tanah adalah air tanah adalah air dari bawah permukaan zona yang berada dibawah tekanan sama dengan atau sama lebih besar dari tekanan atmosfer. 4) Air embun adalah air yang diperoleh dari proses pengembunan uap air dari

udara lembab.

2.2. Konsep Kualitas

Persaingan yang tinggi menuntut perusahaan agar memiliki keunggulan kompetitif. Salah satu cara adalah dengan menciptakan kepuasan pelanggan melalui peningkatan kualitas, karena pelanggan merupakan fokus utama ketika mengungkap tentang kepuasan dan kualitas (Lupiyoadi 2006).

Kebutuhan akan perubahan dan perbaikan bagi pelaku bisnis Indonesia yaitu koreksi yang objektif, keterusterangan mengenai kekurangan, dan kesiapan untuk melakukan perubahan dan perbaikan. Setiap usaha harus menyadari perlunya perbaikan kualitas dan pengembangan bisnis inti dengan memanfaatkan manajemen kualitas dan daya dukung keunggulan bersaing (Yamit 2010).

2.2.1 Pengertian Kualitas

Kualitas merupakan salah satu kriteria yang menjadi pilihan konsumen. Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (Gaspersz 2006). Dilihat dari segi manajemen operasional kualitas produk merupakan salah satu kebijakan penting dalam meningkatkan daya saing produk yang harus memberi kepuasan kepada konsumen yang melebihi atau paling tidak sama dengan kualitas produk dari pesaing (Nasution 2001).


(21)

Menurut Juran dalam Yamit (2010) mendefinisikan mutu sebagai kesesuaian terhadap spesifikasi. Pendekatan Juran adalah orientasi pada pemenuhan harapan konsumen. Garvin mengidentifikasi perspektif kualitas dalam lima alternatif, yaitu:

1. Transcendental Approach, kualitas dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit dioperasionalkan

2. Product-based Approach, kualitas sebagai karakteristik atau Indikator yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur.

3. User-Base Approach, kualitas bergantung pada orang yang menggunakannya dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang merupakan produk yang berkualitas tinggi.

4. Manufacturing-based Approach, kualitas sama dengan persyaratannya. 5. Value-based Approach, kualitas dipandang dari segi nilai dan harga.

2.2.2 Manajemen Kualitas

Sistem kualitas modern menurut Nasution (2001) kualitas dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Kualitas desain, yaitu memenuhi keinginan dan harapan pelanggan dan secara ekonomi layak untuk diproduksi

2. Kualitas konformitas, yaitu memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan 3. Kualitas pemasaran dan pelayanan purna jual

Gaspersz (2011) mendefinisikan manajemen kualitas sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijakan kualitas, tujuan-tujuan dan tanggung jawab serta mengimplementasikan melalui alat-alat:

1. Perencanaan Kualitas 2. Pengendalian Kualitas, 3. Jaminan Kualitas, 4. Peningkatan Kualitas

Keuntungan dari perbaikan kualitas yang baik perusahaan dapat meningkatkan pendapatan penjualan yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah. Dengan perbaikan mutu perusahaan dapat memperbaiki posisi persaingan, sehingga perusahaan dapat meningkatkan pangsa pasar dan menerapkan harga


(22)

yang lebih tinggi dan dapat meningkatan pendapatan serta menghasilkan laba. Selain itu perusahaan dapat meningkatkan keluaran yang bebas dari kerusakan sehingga dapat mengurangi biaya.

2.2.3 Peningkatan Kualitas

Salah satu faktor utama kemajuan perusahaan-perusahaan terbaik di dunia yang memenangkan persaingan global, adalah motivasi yang kuat dari pihak manajemen untuk meningkatkan kualitas terus menerus. Perbaikan kualitas dapat dimulai dengan mengidentifikasi masalah kualitas yang terjadi atau kesempatan perbaikan yang mungkin dapat dilakukan.

Identifikasi masalah, dalam langkah pertama ini kita sudah harus memutuskan masalah-masalah utama yang ingin diselesaikan atau dilakukan perbaikan. Langkah selanjutnya adalah dengan mendefinisikan kriteria pemilihan proyek peningkatan kualitas. Pemilihan prioritas didasarkan pada identifikasi proyek yang sesuai dengan kebutuhan, kapabilitas, dan tujuan organisasi sekarang. Setelah masalah dipilih perlu perumusan yang spesifik, tegas, jelas, dan dapat diukur. Pernyataan masalah kualitas harus terkait dengan indikator kinerja kunci organisasi (Yamit 2010).

2.2.4 Pengukuran Kualitas

Pengukuran kualitas dapat dilakukan melalui perhitungan biaya kualitas dan melalui penelitian pasar mengenai persepsi konsumen terhadap kualitas produk dan kualitas jasa pelayanan. Pengukuran kualitas nelalui penelitian pasar dapat menggunakan berbagai cara, seperti: menemui konsumen, survei, sistem pengaduan dan panel konsumen.

Tehnik inovatif yang dapat digunakan adalah Quality Function Deployment, structured brainstorming, analisis kesenjangan (Yamit 2010). Kualitas segala sesuatu yang menentukan kepuasan pelanggan dan upaya perubahan ke arah perbaikan terus-menerus, sehingga dikenal istilah “Q-MATCH” (Quality = Meets Agreed Terms and Changes) (Gaspersz 2006).


(23)

2.3 Analisis Gap

Menurut Lupiyoadi (2006) jika dimensi kualitas tidak dikelola dengan baik, maka akan menimbulkan kesenjangan (gap) antara perusahaan dan pelanggan, karena perbedaaan persepsi mereka tentang wujud pelayanan. Ada lima kesenjangan yang menyebabkan adanya perbedaan persepsi mengenai kualitas jasa, yaitu:

1.Kesenjangan persepsi manajemen, kesenjangan muncul karena perbedaan antara penilaian pelayanan menurut pengguna dan persepsi manajemen mengenai harapan pengguna.

2.Kesenjangan spesifikasi kualitas, kesenjangan muncul antara persepsi manajemen mengenai harapan pengguna dan spesifikasi kualitas jasa.

3.Kesenjangan penyampaian jasa, kesenjangan muncul antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaiannya.

4.Kesenjangan komunikasi pemasaran, kesenjangan muncul antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal.

5.Kesenjangan dalam pelayanan yang dirasakan, kesenjangan muncul karena perbedaan persepsi antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan oleh pelanggan.

Persepsi konsumen merupakan penilaian subyektif terhadap pelayanan yang diperolehnya. Harapan konsumen merupakan referensi standar kinerja pelayanan dan seringkali diformulasikan berdasarkan keyakinan konsumen tentang apa yang akan terjadi (Yamit 2010).

Analisis Gap berupaya mencari kesenjangan antara apa yang dibutuhkan atau diinginkan pembeli dengan apa yang disajikan produk. Analisis gap mula-mula menentukan atribut-atribut determinan yaitu karakteristik- karakteristik yang mendorong konsumen membeli produk tertentu. Syarat atribut determinan adalah atribut yang dianggap penting oleh konsumen (Clancy 1996)

2.4 Penelitian Terdahulu

Mahbubah NA, Pujiono A, Pusporini P (2010), mengadakan penelitian mengenai Perancangan Strategi pemasaran dengan Quality Function Deployment dan SWOT pada Air Minum Dalam Kemasan SWA. Tujuan penelitian adalah


(24)

mengetahui atribut yang diinginkan pelanggan, mengetahui respon teknis yang dibutuhkan, menyusun strategi pemasaran yang sesuai. Metode yang digunakan yaitu Quality Function Deployment dan SWOT Analysis. Hasil penelitian menunjukan atribut yang diinginkan pelanggan yaitu indikator air jernih, higienies, tahan lama, menyegarkan, segel kuat, kemasan tidak rusak, potongan harga, diskon, dan hadiah. Respon teknis yaitu fokus terhadap sand filter, carbon filter, laboratorium, dan manajemen fokus terhadap pembukaan depo-depo baru, pemberian diskon dan perluasan pemasaran. Strategi yang dipakai adalah menciptakan Studi dengan menggunakan kekuatan untuk menghasilkan peluang.

Adriantanti (2008), mengadakan penelitian tentang Aplikasi Metode Quality Function Deployment Dalam Usaha Memenuhi Kepuasaan Pelanggan Terhadap Produk Aqua 240 ml Pada PT. Tirta Investama Pandaan. Tujuan Penelitian adalah mengetahui atribut yang dipentingkan pelanggan, mengetahui tingkat kepuasaan pelanggan terhadap produk, menetapkan strategi yang tepat berdasarkan respon teknis yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Metode yang digunakan Quality Function Deployment. Hasil Penelitian dapat ditentukan atribut produk air minum PT. Tirta Investama Pandaan adalah jernih, tidak berasa, tidak berbau, tidak berlumut, proses pembuatan higienies, melewati beberapa penyaringan, tersedia di warung kecil dan besar, jalur distribusi sampai keluar kota, harga murah dari pesaing, terjangkau untuk semua segmen, diskon pembelian, kokoh, ramah lingkungan, ergonomis, tersedia berbagai ukuran, costumer service. Respon teknis bahan baku kemasan, hygiene, HACCP, sanitasi dan cleaning, penelitian dan pengembangan penyebaran agen.Strategi yang tepat adalah strategi peningkatan kualitas, peningkatan keistimewaan, peningkatan gaya, modifikasi atau difersifikasi produk,mempertahankan pasar dengan defense strategi.

Amelia M, Munandar J, Udin F. (2000), mengadakan penelitian tentang Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Produk Air Minum di Bogor. Tujuan penelitian mengetahui profil konsumen dan mengkaji pengaruhnya terhadap preferensi konsumen untuk produk AMDK, mengidentifikasi atribut-atribut mutu produk AMDK yang mempengaruhi konsumen dalam memilih beberapa merek dagang produk air minum dalam kemasan yang banyak beredar di


(25)

pasaran, membandingkan beberapa merek dagang. Penelitian dilakukan pada 270 orang dengan menggunakan quota sampling. Metode yang digunakan untuk menganalisis preferensi konsumen adalah metode Multiatribut Fishbein dan untuk identifikasi perbandingan merek menggunakan metode Perbandingan Ekponential. Hasil penelitian atribut yang dianggap penting oleh konsumen adalah atribut kehigieniesan, bau, harga, kemudahan dalam membeli, rasa, bentuk kemasan dan iklan, citra merek. Urutan merek yang disukai Aqua, Ades, 2 Tang, Vit, Total, Prima. Aqua dipilih karena dinilai lebih higienies, bau dan rasanya sesuai, bentuk kemasan menarik, mudah didapat, promosinya menarik dan memiliki citra merek yang baik

Rosana (2006), mengadakan penelitian mengenai Kajian Strategi Peningkatan Kualitas Tepung Terigu Berstandarisasi Seri ISO 9000. Tujuan penelitian mengidentifikasi indikator kunci yang diperlukan dalam peningkatan kualitas berdasarkan kepuasan konsumen, mengetahui tingkat kepuasan konsumen, meningkatkan produktivitas serta kualitas produksi didasarkan pada pemenuhan kepuasan pelanggan, memformulasikan strategi peningkatan kualitas yang dapat dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan. Penelitian dilakukan dengan 50 responden dengan metode penarikan sample judgment sampling. Metode yang digunakan Quality Function Deployment, Statistic Process Control dan Analitic Hierarky Proses. Hasil penelitian menunjukan terdapat lima kriteria yang menjadi prioritas kualitas tepung terigu kadar abu, kelembapan, kadar air, kadar protein dan kesesuain berat. Analisa QFD menyatakan bahwa konsumen telah merasa puas dengan kinerja perusahaan bila dibandingkan dengan dengan produk pesaing. Penilaian bobot tertinggi ada pada indikator kadar abu yang akan dicari sebab-akibat penyimpangan kadar abu. Empat faktor yang mempengaruhi kadar abu yaitu manusia, bahan baku, proses dan mesin. Strategi yang disarankan yaitu gerakan kendali mutu karena terbukti dapat meningkatkan semangat karyawan dalam usaha peningkatan mutu.


(26)

III METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Persaingan yang ketat dalam industri AMDK menuntut perusahaan agar mempunyai keunggulan kompetitif perusahaan. Salah satu keunggulan kompetitif perusahaan yang harus selalu ditingkatkan adalah kualitas, karena kualitas menjadi kriteria pilihan yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih produk Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas yaitu berfokus pada konsumen, artinya untuk dapat meningkatkan kualitas perlu dilihat kebutuhan serta keinginan konsumen. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukan perbaikan kualitas berdasarkan kondisi dan harapan konsumen terhadap produk sesuai dengan konsep kualitas menurut Gaspertz (2006) yang menyatakan kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan.

Perbaikan produk disusun berdasarkan keinginan dan harapan konsumen terhadap produk berdasarkan indikator-indikator kunci yang dipilih konsumen. Dari indikator-indikator tersebut dilakukan identifikasi harapan konsumen terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Pada indikator yang dirasa kurang oleh konsumen dilakukan perbaikan kualitas produk. Dengan perbaikan yang tepat maka kualitas dapat ditingkatkan. Perbaikan kualitas tidak hanya memperbaiki posisi persaingan perusahaan tetapi dapat mengurangi biaya operasi dan meningkatkan laba. Kerangka pemikiran yang menjadi dasar bagi penelitian ini terlihat pada Gambar 3.

3.2. Tahapan Penelitian

Penelitian ini dimulai dari pengidentifikasian kebutuhan konsumen untuk menentukan indikator kualitas yang menjadi penilaian konsumen yang akan dijadikan acuan kuesioner untuk disebarkan pada responden tentang kualitas yang diinginkan konsumen dari produk. Kuesioner di uji reliabilitas dan validitasnya terlebih dahulu. Analisisis deskriptif dilakukan untuk mengidentifikasi indikator kualitas yang diinginkan konsumen dan mengidentifikasi profil konsumen. Untuk mengetahui keinginan dan harapan konsumen terhadap produk yang belum terpenuhi dilakukan analisis gap untuk mengetahui bagian mana yang


(27)

memerlukan peningkatan kualitas agar perusahaan fokus pada kualitas produk yang dinginkan konsumen sesuai dengan pernyataan Clancy dengan melihat kesenjangan antara harapan dan kinerja yang diberikan. Perbaikan kualitas dilakukan untuk meningkatkan kualitas dilihat dari nilai perbedaan antara harapan dan kinerja produk yang memiliki nilai kinerja paling rendah. Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di daerah Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 sampai Desember 2012. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu dengan memperhatikan bahwa daerah yang dipilih tersebar luas produk AM, karenaberada tidak jauh dari lokasi pabrik AM dan merupakan pusat industri-industri AM.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama (Umar 2003). Dalam penelitian ini data primer yang diambil adalah indikator kualitas, gambaran umum perusahaan, proses produksi, kualitas AMDK menurut konsumen, dan data lainnya yang menunjang penelitian. Sumber data tersebut adalah responden (konsumen AMDK), pihak manajemen perusahaan (manager produksi dan kepala pabrik). Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari laporan perusahaan, dokumen tertulis serta literatur (Umar 2003). Dalam penelitian ini data sekunder berupa gambaran umum perusahaan, data pertumbuhan AMDK, jumlah perusahaan dan merek AMDK (persaingan AMDK), standarisasi produksi AMDK, dan data lainnya yang menunjang penelitian. Sumber data sekunder antara lain internet, buku yang menunjang untuk penelitian, laporan dan dokumen manajemen perusahaan, dan data penunjang lainnya. Kebutuhan, jenis data,sumber data primer maupun sekunder, dan metode pengumpulan dapat dilihat pada Lampiran 1


(28)

Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian

Tingginya Persaingan Dalam Industri AMDK

Studi Peningkatan Kualitas Perusahaan Harus Memiliki Keunggulan Kompetitif (Kualitas)

Kualitas Produk Harapan Konsumen

Identifikasi Indikator- Indikator Harapan Konsumen

Alternatif Perbaikan Kualitas

Perbaikan Prioritas

Peningkatan Kualitas


(29)

Gambar 4 Tahapan penelitian

3.5. Penetapan Sample

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mengonsumsi AMDK yang berada di Rancaekek. Pemilihan tempat didasarkan secara sengaja dengan pertimbangan daerah tersebut dekat dengan lokasi pabrik dan merupakan pusat berkumpulnya semua industri AM Group. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sample yang bersifat non probability sampling yaitu convinience

Analisis Deskriptif Indikator Kualitas AMDK

Identifikasi kebutuhan konsumen (Wawancara)

Mulai

Uji reliabilitas Uji validitas

Gap Kualitas Harapan dan Kinerja Penyusunan Desain Riset dan Kuesioner

Kinerja Produk Berdasarkan Indikator

Perbaikan Indikator Terkait

Kesimpulan dan saran

Identifikasi Indikator Kualitas Harapan Konsumen dan Profil Konsumen

Analisis Gap Analisis Cross Tab


(30)

sampling. Metode convinience adalah metode dimana peneliti memiliki kebebasan untuk memilih responden yang ditemui di lokasi pengambilan sample.

Jumlah konsumen yang akan dijadikan responden ditentukan menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 10 %. Pemakaian rumus slovin mempunyai asumsi bahwa populasi berdistribusi normal (Umar 2003).

... (1)

n = Ukuran sample

N= Jumlah populasi

e = Kelonggaran dalam penelitian karena kesalahan pengambilan sample . Informasi yang diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Daerah Kabupaten Bandung, bahwa tahun 2011 total populasi yang mengonsumsi air kemasan di kecamatan Rancaekek 25 172 jiwa. Berdasarkan rumus slovin, maka diperoleh 100 konsumen yang akan dijadikan responden yang akan dikelompokan menjadi konsumen AMDK AM dan Non AM.

...(2)

3.6. Pengumpulan Data

3.6.1 Tehnik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan tiga cara pengumpulan data untuk memperoleh data yang dibutuhkan, yaitu:

1. Teknik wawancara, bertujuan mengetahui kondisi dan kegiatan dalam produksi yang berkenaan dengan kualitas dalam penentuan peningkatan kualitas serta mengetahui indikator kunci yang dianggap penting bagi kualitas produk. Wawancara dilakukan dengan pihak manajemen dan responden.

2. Kuesioner ditujukan kepada pihak yang berkaitan dengan penelitian yaitu konsumen produk AMDK baik secara umum maupun konsumen AMDK AM. Skala yang digunakan dalam menilai jawaban responden adalah skala likert lima tingkat dengan keterangan pemberian bobot sebagai berikut:

Bobot 5 : Sangat penting/ Sangat baik Bobot 4 : Penting/ Baik


(31)

Bobot 3 : Cukup penting/ Cukup baik Bobot 2 : Tidak penting/ Tidak baik

Bobot 1 : Sangat tidak penting/ Sangat tidak baik

3. Studi litelatur, peneliti mempelajari buku, internet, laporan dan dokumen manajemen perusahaan, dan data penunjang lainnya yang dapat membantu pemecahan masalah yang mendasari penelitian.

3.6.2 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dari konsumen AMDK yang digunakan dalan penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya menggunakan dukungan perangkat lunak. Uji validitas terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Hasil dari uji validitas akan dibandingkan dengan angka kritis tabel korelasi r dengan jumlah sampel 30. Hasil uji validitas diperoleh bahwa seluruh butir-butir pernyataan pada kuesioner dinyatakan valid karena nilai korelasi r hitung > r tabel sesuai dengan tingkat kesalahan 5% adalah 0.361.

Uji reliabilitas kuesioner dilakukan untuk mengetahui kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab kuesioner apabila instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek . Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Hasil perhitungan 30 kuesioner yang disebar, maka diperoleh hasil untuk uji reliabilitas tingkat kepentingan adalah 0.933 dan untung tingkat kinerja adalah 0.937. Dari hasil uji reliabilitas, nilai Alpha Cronbach’s > 0.7, maka kuesioner dapat diandalkan atau reliabel (Lampiran 3).

3.6.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis cross tab dan analisis gap. Analisis deskriptif dalam penelitian ini untuk mengetahui bagaimana profil konsumen AMDK dan mengetahui prioritas indikator kualitas berdasarkan pembobotan setiap indikator kualitas. Analisis cross tab digunakan untuk mengetahui keterkaitan antara profil konsumen dengan tingkat kinerja yang dinilai oleh


(32)

konsumen itu sendiri. Analisis kesenjangan (gap) digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui kesenjangan antara harapan dan kinerja yang diberikan AMDK AM dan kesenjangan yang terjadi antara persepsi kualitas terhadap kinerja indikator.


(33)

IV. HASIL dan PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan

PT. AM merupakan salah satu divisi usaha dari AM group yang resmi berdiri pada tanggal 27 juni 1973. Sebelum didirikan PT. AM, pengelolaan air minum AM adalah dibawah pengawasan divisi III bersama dengan unit usaha Apotik Medical Center, Tenis Ruangan, Kolam Renang Islami Dan Service Station.

Sebelum mengelola air minum AM, unit usaha AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) AM group mengelola Air Ganesha bekerjasama dengan ITB Bandung. Karena terdapat kendala maka kerjasama tersebut diakhiri dan diputuskan untuk mengelola air minum dengan merek baru yakni Air Minum AM.

Pada tahun 2003 pabrik didirikan di tanah seluas 1188 M2, yang berlokasi di Jl. Raya Cikalang-Cileunyi Bandung, dilengkapi dengan mesin berteknologi tinggi yang dihasilkan oleh produsen dalam negeri. Peluncuran produk pertama dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2003. Perusahaan telah mengantongi seluruh perizinan yang diperlukan, diantaranya akta pendirian, surat izin dari Departemen Kesehatan, surat izin pengeboran air bawah tanah (SIPA) dari Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Bandung.

4.1.2 Visi, Misi dan Filosofi Perusahaan

Visi PT. AM adalah untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik, sedangkan misinya adalah bekerja keras untuk mendapat hasil terbaik. Filsopi dalam berusaha yaitu bekerja secara profesional dengan berlandaskan kaidah-kaidah islam dan banyak menyentuh umat sehingga dapat menggairahkan kehidupan ekonomi di sekitar tempat usaha. Filosofi hubungan kerja, karyawan dianggap sebagai keluarga besar yang dilandasi azas kebersamaan dan ukhuwah islamiyah.

4.1.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan kerangka yang berhubungan dengan kebersamaan tanggung jawab antar tenaga kerja dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Sistem organisasi yang digunakan oleh AM group adalah


(34)

sistem organisasi garis. Dimana dalam organisasi ini setiap bawahan bertanggung jawab langsung kepada atasannya masing-masing.

4.1.4 Lokasi pabrik

Lokasi pabrik air minum AM berada di jalan raya Cikalang 168, Desa Cimekar Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Lokasi pabrik sangat strategis karena berada disamping jalan raya, dan mudah untuk dijangkau. Hal ini sangat memudahkan terutama dalam proses transportasi, baik transportasi bahan baku maupun transportasi produk jadi.


(35)

4.1.5 Sumber Daya Material

PT. AM mengupayakan untuk memproduksi produk yang berkualitas, untuk itu maka salah satu faktor yang menjadi penentu terciptanya kualitas produk yang baik adalah bahan baku yang berkualitas. Mata air yang digunakan adalah mata air Gunung Manglayang yang telah diuji oleh laboratorium dan balai yang telah terakreditasi dan dinyatakan layak dijadikan air minum.

Saat ini air bahan baku ini diangkut dengan menggunakan tangki-tangki dari sumber mata air ke pabrik pengolahan, hal ini akan ditinjau ulang dengan pembuatan saluran pipa dari mata air langsung ke pabrik, dengan demikian resiko terkontaminasi serta kelangsungan pasokan bahan baku dapat diatur sendiri oleh perusahaan. Sedang bahan baku lain diperoleh dari pemasok yang terlebih dulu disurvei kelayakan produk maupun kelayakan usaha dari pemasok itu sendiri.

4.1.6 Proses Produksi

AMDK AM memproduksi produk dalam kemasan cup 250ml, botol 360 ml, botol 600 ml, dan galon 19 L. Proses Produksi dilakukan sesuai peraturan pemerintah agar kualitas terjaga, ada sebelas langkah proses produksi, yaitu: 1.Sumber Air

Air berasal dari mata air gunung Manglayang yang dialirkan melaui pipa ke bak penampungan pabrik

2.Bak Penampungan sementara

Bak penampungan sementaran terdiri dari 2 (dua) bak yang berisi karbon aktif, berfungsi untuk menyaring partikel-partikel kasar dari air baku dan menyerap bau, warna, rasa, sisa klor dan bahan organic.

3.Reservoir

Air yang dari gunung ditampung di bak penampungan. Bak penampungan terdiri dari 3, diantaranya bak penampungan 1, 2 dan 3. Air bak penampungan dilakukan pengambilan sampel untuk pengujian kimia fisik dan mikrobiologi pada bak penampungan sesuai dengan intruksi kerja.

4.Sand filter

Sand filter berisi pasir kuarsa yang berfungsi untuk menyaring partikel-partikel dari air baku. Pengujian kimia dan fisik sesuai dengan intruksi kerja sesuai


(36)

5.Carbon Filter

Carbon Filter berisi karbon aktif yang berfungsi untuk menyerap bau, warna dan rasa.

6.Catridge Filter

Catridge Filter untuk menyaring partikel yang berukuran kurang dari 5, 3, 1 dan 0.45 mikron dan untuk menyaring yeast, mold Pengujian kimia dan fisik pada Catridge Filter

7.Ozonisasi

Proses pembentukan ozon dengan cara melewatkan oksigen ke arus listrik dengan menggunakan metode electrical discharge.

8.Tangki reactor

Pengambilan sampel dilakukan pada pertengahan produksi untuk proses disinfektan (merusak dinding bagian luar sel miroorganisme dan membunuh E. Coli, Salmonela, Hepatitis serta mikroorganisme yang bersifat patogen) yang terdapat dalam air.

9.Lampu Ultra Violet (UV)

Lampu Ultra Violet digunakan untuk proses disinfektan bakteri/virus pada panjang gelombang 253.7 nm, cara kerjanya sinar UV diserap oleh bakteri/virus mengakibatkan kehilangan untuk bereproduksi.

10.Tangki Produk Jadi

Tangki Produk Jadi digunakan untuk penampungan air siap produksi. 11.Pengisian/Filler

Proses terakhir yaitu mengisi air baku ke dalam kemasan yang telah disediakan berupa cup 250ml, botol 360 ml dan 660 ml, dan juga galon 19L.

4.2. Profil Konsumen 4.2.1 Aspek Demografi

Responden dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pelanggan AM dan Non AM. Hasil pengelompokan konsumen dari data sebaran kuesioner didapat jumlah pelanggan AMDK AM sebesar 55% dan Non AM 45%. Pengelompokan konsumen bertujuan untuk mengetahui berapa pelanggan AM dan yang bukan AM. Hal ini menunjukan sebagian dari responden merupakan pelanggan AMDK AM,


(37)

yang berarti bahwa AMDK AM cukup dikenal oleh sebagian masyarakat Rancaekek. Responden pada saat penelitian didominasi oleh pria sebesar 59% sedangkan wanita 41%. Hal ini menunjukan bahwa pria lebih banyak mengonsumsi AMDK dibandingkan dengankan wanita.

Berdasarkan usia, konsumen AMDK terbesar 44% berusia 15 sampai 20 tahun, dan terendah 5% berusia 26 sampai 30 tahun. Sebagian besar pembeli AMDK didominasi konsumen berumur 15 sampai 20 tahun. Konsumen mayoritas berpendidikan SMU dengan persentase 49% dan terendah berpendidikan SD 0% dan SLTP 1 %. Hal ini menunjukan konsumen berpendidikan SMA mendominasi pembelian AMDK.

Mayoritas pendapatan bersih responden dibawah atau sama dengan Rp 500 000 perbulan sebesar 30% kemudian responden dengan pendapatan Rp 500 001 sampai Rp 1 000 000 sebesar 2 %. Hal ini menggambarkan daya beli konsumen untuk mengorbankan biaya dalam membeli suatu produk bersifat sedang (Lampiran 4).

4.2.2 Aspek Perilaku

Rata-rata frekuensi pembelian terbesar AMDK 16 sampai 20 kali sebesar 25% dalam sebulan pada pembelian pada kemasan botol 360 ml 33% Frekuensi pembelian AMDK kurang dari lima kali sebesar 25% pada pembelian kemasan galon sebesar 29% dan terendah 6 sampai 10 kali dalam sebulan sebesar 13% pada pembelian botol 1 500 ml yaitu sebesar 1%. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar konsumen yang memilih mengonsumsi AMDK kemasan galon dan kemasan botol.

Mayoritas konsumen telah mengonsumsi AMDK lebih lima tahun sebesar 27%, dan terendah 1 sampai 2 tahun sebesar 17% ini artinya konsumen bisa menilai indikator kualitas dengan baik berdasarkan pengalamannya. Mayoritas konsumen mendapatkan produk dari warung terdekat sebesar 37%, dan terendah lainnya, yaitu pom bensin sebesar 4% (Lampiran 4).

4.3. Indikator Kualitas

Identifikasi kebutuhan konsumen dilakukan dengan survei pada 100 responden yang merupakan konsumen AMDK (baik konsumen AMDK AM


(38)

maupun Non AM) untuk memperoleh atribut serta bobot atribut yang menjadi pertimbangan konsumen dalam mengonsumsi AMDK. Pembobotan dilakukan berdasarkan urutan kepentingan yang dipilih konsumen dimana pilihan pertama mendapatkan skor tertinggi.

Pada penelitian ini terdapat lima atribut yang dijadikan parameter konsumen dalam menilai AMDK. Lima atribut beserta prioritas kepentingan dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil survei konsumen menunjukan bahwa bobot tertinggi ada pada atribut manfaat dan terendah yaitu pada atribut label. Hampir 50% konsumen memilih atribut manfaat dan kualitas air sebagai pilihan pertama dalam memilih AMDK, hal ini menunjukan bahwa atribut manfaat dan kualitas air merupakan atribut utama yang menjadi prioritas tertinggi yang dipertimbangkan konsumen dalam mengonsumsi AMDK. Hal tersebut mengindikasikan bahwa konsumen mengonsumsi AMDK karena manfaat dan kualitas air yang didapatkannya, sementara atribut yang lain masih dianggap sebagai pelengkap.

Tabel 2 Bobot atribut

Atribut

Pilihan Ke

Skor Nilai Bobot

1 2 3 4 5

Manfaat 47 35 10 8 0 421 0.280

Kualitas air 46 32 15 7 0 417 0.278

Kemasan 4 16 50 20 10 284 0.189

Merek 3 6 22 62 7 236 0.157

Label 0 11 3 5 81 144 0.096

Total 1 502 1.000

Skor Nilai: Penjumlahan dari perkalian jumlah dan skor nilai

4.3.1 Indikator Manfaat Produk

Bobot indikator kualitas yang dinilai konsumen berdasarkan urutan kepentingannya. Atribut manfaat memiliki empat indikator penilaian yaitu manfaat menyehatkan, menyegarkan, kepraktisan, dan jaminan mutu.

Konsumen menganggap bahwa manfaat yang didapat dengan meminum air minum dalam kemasan haruslah menyehatkan, karena sumber air di dapat dari mata air yang belum tercemar dan diproses dengan hasil uji dari laboratorium. Konsumen menilai bahwa AMDK lebih higienies dan lebih murni, namun


(39)

demikian lemahnya sistem pengawasan dan maraknya produk tiruan di pasaran tidak lagi menjamin air dalam kemasan dapat menyehatkan, maka dari itu diperlukan jaminan akan mutu produk. Berdasarkan pilihan ini menunjukan bahwa prioritas tertinggi yaitu pada indikator menyehatkan dan terendah kepraktisan (Tabel 3).

Tabel 3 Bobot indikator manfaat AMDK (Bobot: 0.280)

Atribut Manfaat Pilihan Ke Skor Nilai Bobot

1 2 3 4

Menyehatkan 44 39 13 4 323 0.324

Menyegarkan 15 27 37 21 236 0.237

Kepraktisan 18 14 29 39 211 0.212

Jaminan Mutu 22 19 22 37 226 0.227

Total 996 1.000

Sumber: Data diolah (2013)

AMDK harus memenuhi standar nasional Indonesia (SNI) yang tentu saja juga harus diolah sedemikian rupa sehingga air minum tersebut layak untuk diminum. Pengolahan air minum dalam kemasan ini pun juga harus menggunakan beberapa bahan kimia sebagai upaya untuk penjernihan dan penghilangan bau, proses ozonisasi serta penyinaran ultra violet untuk menghilangkan parasit tertentu. Respon teknis pengujian terhadap air minum dalam kemasan perlu diperhatikan lebih teliti agar produk yang dihasilkan (manfaat produk) sesuai keinginan pelanggan.

4.3.2 Indikator Kualitas Air

Atribut kualitas air mempunyai lima indikator yaitu kualitas kejernihan, air tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, dan bebas bakteri. Kualitas air merupakan hal yang penting bagi konsumen dalam mengonsumsi produk minuman, terutama pada minuman jenis AMDK. Air dengan kualitas yang baik yaitu air yang tidak berbau dan tidak mengandung rasa serta tidak berbahaya atau tidak mengandung logam dan bakteri, dan terlihat jernih.


(40)

Tabel 4 Bobot indikator kualitas air AMDK (bobot: 0.278)

Atribut Air Pilihan Ke Skor Nilai Bobot

1 2 3 4 5

Kejernihan 39 50 4 5 2 419 0.270

Tidak Berbau 12 19 46 16 7 313 0.202

Tidak Berasa 2 3 17 41 37 192 0.124

Tidak Berwarna 39 37 16 5 3 404 0.260

Bebas Bakteri 14 3 16 26 41 223 0.144

Total 1 551 1.000

Pilihan konsumen menunjukan bahwa kualitas kejernihan air menjadi prioritas tertinggi yang perlu diperhatikan dan air yang bebas bakteri menjadi prioritas terendah (Tabel 4). Kejernihan air mendapat prioritas tertinggi pada atribut kualitas air karena konsumen menganggap air yang jernih menunjukan air yang sehat dan higienies. Sementara air yang bebas bakteri mendapat prioritas terendah bukan berarti indikator tersebut tidak penting bagi konsumen akan tetapi indikator tersebut tidak bisa diidentifikasi secara visual, karena hal itu konsumen tidak mengetahui dan tidak dapat membuktikan apakah AMDK sudah bebas dari bakteri. Kejernihan air dipengaruhi oleh respon teknis sand filter, maka dari itu perusahaan harus lebih teliti dalam penggantian sand filter agar air minum terlihat jernih. Semakin jernih air minum, maka konsumen semakin percaya bahwa kualitas AMDK tersebut baik.

4.3.3 Indikator Kualitas Kemasan

Kemasan dinilai konsumen adalah hal yang bermanfaat untuk menjaga kualitas produk. Konsumen tidak mau membeli produk yang cacat ataupun tidak bersih karena merasa kualitas produk sudah tidak bagus. Kualitas kemasan dilihat dari kemasan yang kokoh dan tersegel dengan baik, secara visual kemasan juga harus terlihat higienies atau terlihat bersih bahkan terlihat menarik dan terbuat dari bahan yang aman.

Kemasan yang higienies atau bersih memiliki prioritas tertinggi karena konsumen menilai kebersihan atau kehigieniesan produk secara visual, jika kemasan bersih maka konsumen beranggapan bahwa kehigieniesan atau kebersihan produk terjamin. Indikator kemasan yang higienies atau bersih


(41)

memiliki prioritas tertinggi, sementara prioritas terendah yaitu indikator desain kemasan meliputi bentuk, warna, dan desainnya (Tabel 5).

Tabel 5 Bobot indikator kualitas kemasan (bobot:0.189)

Atribut Kemasan Pilihan Ke Skor Nilai Bobot

1 2 3 4 5

Aman 32 46 13 8 1 400 0.267

Kokoh 3 7 14 45 31 206 0.138

Bersih 49 18 24 4 5 402 0.269

Desain 3 6 13 32 46 188 0.126

Tersegel 11 24 36 13 16 301 0.201

Total 1 497 1.000

Desain kemasan juga merupakan indikator yang mempunyai bobot terendah diantara indikator-indikator lainnya, hal ini menunjukan bahwa konsumen tidak terlalu mementingkan kemasan AMDK, karena konsumen menilai bahwa desain kemasan AMDK yang ditawarkan semua merek hampir mirip satu sama lain, karena hal inilah kompetitor yang unggul seperti Aqua menawarkan kemasan yang lebih menarik dengan desain bentuk dan corak yang lebih menarik minat konsumen. Respon teknis kemasan yang higienies, perusahaan harus lebih fokus pada respon teknis bahan baku ataupun proses pencucian dan sanitasi pada kemasan galon, dan lebih teliti pada bagian quality control, agar kualitas kemasan yang diinginkan konsumen dapat dipenuhi.

4.3.4 Indikator Kualitas Label atau Informasi

Beragamnya produk di pasaran akan membuat konsumen merasa kebingungan dalam menentukan produk pilihannya, untuk itu konsumen perlu diberikan informasi yang berarti agar menimbulkan kepercayaan konsumen terhadap produk. Produk minuman yang baik adalah produk yang memiliki batas umur daya simpan, lulus uji klinis, dan telah mendapatkan izin dari pemerintahan karena dinilai sudah terstandarisasi dan sudah legal untuk diperdagangkan, selain itu untuk menarik perhatian label juga harus menarik konsumen untuk memilih produk. Prioritas tertinggi pada atribut label atau informasi AMDK yaitu pada indikator info uji dan izin AMDK dan terendah ada pada desain label (Tabel 6). Hasil survei menunjukan bahwa konsumen akan merasa lebih percaya jika


(42)

AMDK yang dikonsumsi telah disetujui dan diuji secara klinis. Sementara untuk desain label seperti halnya pada indikator kemasan, konsumen tidak terlalu mementingkan desain karena desain untuk label dianggap tidak mempengaruhi citra dari produk. Dalam hal ini perusahaan perlu meningkatkan kinerja yang sesuai standar perizinan.

Tabel 6 Bobot indikator label AMDK(bobot: 0.157)

Indikator Label Pilihan Ke Skor Nilai Bobot

1 2 3 4

Desain 6 10 16 68 154 0.154

Info Uji 55 29 11 5 334 0.334

Info Kadaluarsa 35 55 9 1 324 0.324

Info Penyimpanan 3 7 64 26 187 0.187

Total 999 1.000

4.3.5 Indikator Merek AMDK

Merek merupakan nama, simbol, atau identifikasi lainnya yang membedakan suatu produk. Untuk merek harus menimbulkan citra tau persepsi yang baik untuk konsumen dan memudahkan konsumen dalam mengingat, mengucapkan, memahami, serta menggambatkan isi dari suatu produk agar konsumen dapat dengan cepat memahami produk tersebut.

Tabel 7 Bobot indikator merek AMDK (bobot: 0.096)

Atribut Merek Pilihan Ke Skor Nilai Bobot

1 2 3 4

Mudah Diingat 57 22 19 2 334 0.333

Mudah Diucapkan 15 53 17 15 268 0.267

Menggambarkan Isi 20 9 38 33 216 0.216

Mudah Dipahami 8 16 28 48 184 0.184

Total 1 002 1.000

Hasil survei menunjukan bahwa prioritas tertinggi pada atribut merek yaitu indikator merek yang mudah diingat dan terendah ada pada indikator mudah dipahami (Tabel 7). Merek yang mudah diingat dapat memudahkan konsumen untuk mengingat. Untuk mudah dingat merek harus mudah diucapkan Hal ini


(43)

penting, terutama untuk produk yang tidak terbatas segmen. Dengan konsumen yang beragam, harus disadari bahwa tidak semua konsumen memiliki tingkat pengetahuan atau pendidikan yang sama. Sehingga merek yang dengan mudah dibaca oleh seorang konsumen belum tentu mudah pula dibaca oleh konsumen lain. Maka dari itu indikator merek mudah diucapkan penting untuk diperhatikan. Untuk lebih dapat meningkatkan kinerja dari merek itu maka diperlukan jaringan pemasaran yang lebih difokuskan untuk mengenalkan produk AMDK..

4.4. Penilaian Tingkat Kinerja AMDK AM

Penilaian tingkat kinerja dilakukan terhadap ke lima atribut kualitas yang terbagi menjadi 24 indikator kunci. Penilaian kinerja atribut didapat dari skor total penilaian kinerja indikator-indikator setiap atribut. Penilaian kinerja indikator didasarkan pada penilaian persepsi konsumen terhadap AMDK AM yang di bagi menjadi empat tingkatan kinerja dan kurang baik. Penilaian kinerja dinilai oleh reponden yang mengonsumsi AMDK AM saja, yaitu sebanyak 55 orang.

Penilaian kinerja atribut AMDK AM secara keseluruhan mayoritas konsumen menilai kinerja kelima atribut tidak baik terutama pada kinerja label dan merek, namun hal ini tidak menentukan bahwa konsumen tidak merasa puas dengan kedua atribut ini, karena kepuasan dipengaruhi oleh harapan konsumen terhadap produk. Untuk atribut manfaat, kualitas air dan kemasannya konsumen cenderung menilai bahwa kinerja atribut tergolong baik, namun penilaian kinerja yang menunjukan hasil baik belum menjamin kinerja sudah memenuhi standar konsumen, karena kinerja yang baik tidak hanya dilihat dari tingkat kinerja yang selama ini diberikan tetapi dilihat juga dari nilai kinerja yang diharapkan konsumen terhadap suatu atribut.

Penilaian tingkat kinerja terendah yaitu pada atribut label kemasan 89.1% (Tabel 8), konsumen menilai kinerja label kemasan tidak baik dan yang menilai kinerja label kemasan sangat baik tidak mencapai 10%, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja terendah ada pada atribut label. Sedangkan penilaian tingkat kinerja tertinggi yaitu pada atribut manfaat, pada atribut manfaat konsumen cenderung menilai kinerja tergolong baik (45.5%), dan yang menilai kinerja tidak baik tidak melebihi 5%. Secara keseluruhan penilaian kinerja terhadap atribut manfaat bisa dikatakan baik


(44)

Tabel 8 Penilaian tingkat kinerja atribut AMDK AM

Atribut Kinerja

TB C B SB

Manfaat 2 12 25 16

Kualitas Air 6 14 24 11

Kemasan 8 19 28 0

Label 49 2 0 4

Merek 21 25 7 2

Jumlah (%) 31.27 26.18 30.54 12.01

4.4.1 Penilaian Kinerja Terkait Profil Konsumen

Penilaian konsumen tentunya dipengaruhi oleh profil demografi dan pengalaman serta pengetahuan konsumen terhadap produk tertentu. Dalam penelitian ini konsumen dikelompokan berdasarkan usia, pendidikan,pendapatan, lama konsumsi, frekuensi pembelian dan ukuran kemasan yang biasa di beli. Tabel 9 Penilaian kinerja air terkait usia konsumen

Umur (Thn) Kinerja Air (%)

TB C B SB Total

15-20 3.6 1.8 20.0 21.8 47.3

21-25 0.0 0.0 29.1 0.0 29.1

26-30 0.0 1.8 1.8 0.0 3.6

>31 1.8 5.5 7.3 5.5 20.0

Total 5.5 9.1 58.2 27.3 100.0

Penilaian kinerja air diduga dipengaruhi oleh profil konsumen, yaitu usia konsumen. Manusia yang berusia dewasa memiliki keinginan yang berbeda dengan yang masih berusia remaja atau anak-anak. Semakin tinggi usia seseorang maka semakin bervariasi keinginannya dalam memenuhi kebutuhan. Hasil penilaian menunjukan lebih dari setengah konsumen memberikan penilaian kinerja air baik, namun penilaian kinerja air sangat baik tertinggi ada pada kategori umur 15-20 tahun, sedangkan dikategori usia 21 sampai 30 tahun tidak ada yang menilai kinerja air AMDK AM ini sangat baik (Tabel 9). Usia 21 sampai 25 menilai kinerja kualitas air baik (29.1 %) dan tidak menilai tidak baik ataupun


(45)

sangat baik, hal ini dapat disimpulkan bahwa usia 21 sampai 30 tahun cenderung lebih kritis terhadap penilaian karena usia yang dewasa memiliki tingkat keinginan yang berbeda dengan remaja atau anak-anak. Hasil uji crosstab menunjukan bahwa nilai asym sign kinerja air tekait usia adalah 0.02 kurang dari nilai α = 0.05, hal ini menunjukan adanya hubungan yang significant antara penilaian kinerja kualitas air terkait usia. Kondisi ini selaras dengan teori Kotler (2001) yang menyatakan usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen.

Tabel 10 Penilaian kinerja kemasan terkait usia konsumen

Umur (Thn) Kinerja Kemasan (%)

TB C B SB Total

15-20 7.3 5.5 20.0 14.5 47.3

21-25 0.0 12.7 14.5 1.8 29.1

26-30 0.0 3.6 0.0 0.0 3.6

>31 3.6 9.1 3.6 3.6 20.0

Total 10.9 30.9 38.2 20.0 100.00

Penilaian kinerja kemasan diduga dipengaruhi oleh profil konsumen, yaitu usia konsumen. Hasil penilaian kinerja menunjukan bahwa di usia 15 sampai 20 lebih beragam dalam penilaian kinerja kemasan, sementara di usia 26 sampai 30 tahun hanya menilai pada kategori cukup saja sebesar 3.6 % yang ditunjukan pada Tabel 10, hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan penilaian konsumen terkait usia konsumen, semakin tua usia konsumen maka penilaian semakin tinggi Usia remaja menilai kemasan mempunyai daya tarik sendiri terhadap minat beli konsumen, dari saran konsumen kemasan yang berwarna-warni dan bermotif dapat menarik minat konsumen. Hasil uji crosstab menunjukan bahwa nilai asym sign kinerja kemasan tekait usia adalah 0.051 kurang dari nilai α = 0.1, hal ini menunjukan adanya hubungan yang significant antara penilaian kinerja kualitas air terkait usia. Kondisi ini selaras dengan teori Kotler (2001) yang menyatakan usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen.

Penilaian kinerja terhadap atribut kinerja air diduga dipengaruhi oleh profil konsumen, yaitu pendapatan konsumen. Keadaan ekonomi seseorang dapat dilihat dari jumlah pendapatan setiap bulannya. Pendapatan merupakan sumber daya penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan. Selain itu, pola pembelian suatu


(46)

produk dapat dipengaruhi oleh pendapatan konsumen. Semakin tinggi pendapatan dapat dimungkinkan mempunyai kemampuan untuk melakukan pembelian yang tinggi pula sesuai dengan kemampuan. Dalam penelitian ini dasar penetapan pendapatan dilihat dari pekerjaan mayoritas penduduk Rancaekek yang terbagi menjadi tiga segmen pendapatan. Dalam Sensus Penduduk Daerah 2011, penduduk Rancaekek mayoritas bermata pencaharian sebagai buruh pabrik dengan penghasilan per bulan sebesar upah minimum rata-rata, kemudian dibawah buruh pabrik penduduk Rancaekek banyak menjadi buruh kasar yang berpenghasilan lebih rendah dari upah minimum rata-rata. Di atas buruh ada segmen menengah ke atas yang berpenghasilan melebihi upah minimum rata-rata Tabel 11 Penilaian kinerja air terkait tingkat pendapatan

Pendapatan (Rp) Kinerja Air (%)

TB C B SB Total

< 500 000 0.0 1.8 12.7 18.2 32.7

500 001-1 000 000 1.8 0.0 9.1 3.6 14.5

1 000 001-1 500 000 0.0 0.0 12.7 0.0 12.7

1 500 001-2 000 000 1.8 0.0 12.7 1.8 16.4

2 000 001-2 500 000 0.0 3.6 5.5 0.0 9.1

> 2 500 001 1.8 3.6 5.5 3.6 14.5

Total 5.5 9.1 58.2 27.3 100.0

Penilaian kinerja sangat baik tidak ada pada konsumen berpenghasilan antara Rp 2 000 001 sampai dengan Rp 2 500 000 (Tabel 11). Hal ini menandakan bahwa untuk konsumen yang berpenghasilan tinggi lebih kritis dalam menilai kualitas kinerja air, karena konsumen berpenghasilan tinggi mempunyai daya beli terhadap AMDK yang menawarkan kualitas yang lebih tinggi pula. Sedangkan penilaian kinerja sangat baik 18.20 % terbesar ada pada konsumen yang berpendapatan kurang dari Rp 500 000. Hal ini menandakan bahwa konsumen berpenghasilan rendah sudah puas hanya dengan atribut yang ada sekarang, karena mereka cenderung menyesuaikan dengan daya beli terhadap AMDK. Hasil uji crosstab menunjukan bahwa asym sign kinerja air terkait usia sebesar 0.025 dan kurang dari nilai α = 0.05 , hal ini menunjukan ada keterkaitan antara profil konsumen yaitu pendapatan dengan penilaian kinerja kualitas air pada taraf α =


(47)

0.05. Kondisi ekonomi sangat mempengaruhi jenis kebutuhan dan cara memenuhi kebutuhan seseorang.

Tabel 12 Penilaian kinerja label terkait lama konsumsi

Lama Konsumsi (Thn) Kinerja Label (%)

TB C B SB Total

< 1 1.8 9.1 5.5 7.3 23.6

1.1-2 5.5 1.8 1.8 0.0 9.1

2.1-3 0.0 0.0 5.5 1.8 7.3

3.1-4 1.8 5.5 5.5 12.7 25.5

>5 3.6 3.6 10.9 16.4 34.5

Total 12.7 20.0 29.1 38.2 100.0

Penilaian kinerja label diduga dipengaruhi oleh profil konsumen, yaitu lama komsumsi. Lama komsumsi seseorang terhadap suatu produk dapat membuat penilaian kinerja berbeda dari sebelumnya karena konsumen sudah terbiasa atau sudah mendapatkan pengetahuan terhadap barang tersebut. Hasil penilaian kinerja menunjukan bahwa penilaian tertinggi dan penilaian yang beragam ada pada konsumen yang sudah mengonsumsi AMDK AM lebih dari lima tahun, hal ini mengindikasikan , semakin lama maka penilaian terhadap label atau informasi yang dicantumkan semakin kritis penilaiannya, semakin lama konsumen semakin mengerti kualitas yang harus dimilikinya.

Hasil uji crosstab dengan chi square menunjukan terdapat hubungan antara penilaian kinerja label atau info dengan karakteristik lama konsumsi (Tabel 14), menunjukan bahwa asym sign lebih rendah dibandingkan dengan nilai α=0,05 pada tingkat lama konsumsi konsumen, sehingga dapat disimpulkan penilaian kinerja label dipengaruhi oleh lama konsumsi, hal ini bertentangan dengan harapan konsumen yang cenderung tidak memperhatikan atau tidak terlalu peduli akan kelengkapan label atau informasi yang di berikan.

Penilaian konsumen terhadap kinerja atribut kualitas dipengaruhi pengelompokan konsumen oleh karakteristik tertentu. Konsumen dikelompokan berdasarkan konsumsi AMDK konsumen itu sendiri. Pada penelitian ini konsumsi AMDK didapatkan dari frekuensi pembelian AMDK dan ukuran yang paling sering dibeli oleh konsumen itu sendiri, hal ini dilakukan untuk mengetahui besarnya konsumsi AMDK pada konsumen yang bersangkutan. Kategori terbagi


(48)

menjadi empat kelas, yaitu kelas Sangat Sering (SS), kelas Sering (S), Tidak Sering (TS) dan kelas Cukup Sering (CS). Pengelompokan ditentukan dari jumlah hasil dari frekuensi pembelian dan kemasan yang sering dibeli.

Tabel 13 Penilaian kinerja kemasan terkait konsumsi AMDK

Konsumsi Kinerja Kemasan (%)

TB C B SB Total

SS 7.3 16.4 30.9 18.2 72.7

S 3.6 3.6 5.5 1.8 14.5

CS 0.0 10.9 0.0 0.0 10.9

TS 0.0 0.0 1.8 0.0 1.8

Total 10.9 30.9 38.2 20.0 100.0

Penilaian kinerja kemasan diduga dipengaruhi oleh tingkat konsumsi konsumsi konsumen. Tingkat konsumsi konsumen di dapat dari frekuensi pembelian dikali dengan ukuran kemasan yang sering di beli dalam satu bulan. %tase tertinggi konsumen yang tidak sering megonsumsi AMDK, mayoritas memberikan penilaian pada kategori baik sebesar 1.8 %. Sedangkan %tase konsumen yang sangat sering mengonsumsi AMDK mayoritas memberikan penilaian pada kategori sangat baik sebesar 18.2 %. Hal ini menunjukan bahwa semakin sering seseorang mengonsumsi suatu produk, maka semakin baik penilaian terhadap produk tersebut. Hasil uji crosstab menunjukan nilai asym sign kualitas kemasan sebesar 0.03 lebih kecil dari nilai α= 0.05, hal ini membuktikan adanya hubungan antara konsumsi konsumen dengan penilaian kinerja kualitas kemasan. Semakin sering konsumen mengonsumsi menunjukan bahwa konsumen merasa bahwa kinerja yang diberikan baik.

Penilaian kinerja terhadap atribut manfaat dan merek tidak terkait profil konsumen. Hasil uji cross tab dengan uji chi square menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara penilaian kinerja terhadap atribut manfaat dan atribut merek dengan profil konsumen. Hal ini dibuktikan dengan nilai x hitung lebih besar dari nilai α = 0.05 dan nilai α= 0.10. Dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang nyata antara profil konsumen dengan penilaian kinerja konsumen terhadap atribut manfaat dan atribut merek. Sementara atribut kualitas air, kemasan, dan label info menunjukan adanya hubungan yang nyata antara penilaian kinerja dengan profil konsumen yaitu usia, pendapatan, lama konsumsi


(49)

dan konsumsi konsumen, sementara pendidikan tidak terkait dengan penilaian kinerja konsumen karena hasil uji menunjukan nilai yang melebihi nilai α..

Tabel 14 Penilaian kinerja manfaat terkait pendidikan

Pendidikan Kinerja Manfaat

TB C B SB Total

SLTP 0.0 0.0 0.0 1.8 1.8

SMU 3.6 7.3 29.1 12.7 52.7

AKADEMI 1.8 3.6 20.0 9.1 34.5

SARJANA 3.6 1.8 1.8 3.6 10.9

Total 9.1 12.7 50.9 27.3 100.0

Penilaian kinerja manfaat diduga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan konsumen. Setengah responden yang memberikan penilaian kinerja manfaat berdasarkan usia berkategori baik, dan mayoritas berpendidikan SMU. Hasil uji crosstab menunjukan nilai asym sign manfaat sebesar 0.43 lebih besar dari nilai α= 0.05 dan α=0.10, hal ini membuktikan tidak adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan penilaian kinerja manfaat. Profil konsumen tidak terkait dengan penilaian konsumen itu sendiri dikarenakan bahwa responden mayoritas berpendidikan SMA dan merupakan konsumen AMDK AM yaitu sebesar 52.7 %, maka dari itu penilaian kinerja tidak dipengaruhi oleh pendidikan responden. Tabel 15 Rekapitulasi hasil uji cross tab

Profil Manfaat Kualitas Air Kemasan Label Merek

Usia Ts ** * Ts Ts

Pendidikan Ts Ts Ts Ts Ts

Pendapatan Ts ** Ts Ts Ts

Lama Konsumsi Ts Ts Ts * Ts

Frek*Size Ts Ts ** Ts Ts

* signifikan pada α = 5% ** signifikan pada α = 10% Ts tidak significant di α= 5% dan α= 10%

Hasil uji chi square menunjukan terdapat hubungan antara penilaian kinerja kualitas air dengan karakteristik usia dan pendapatan konsumen. Setelah melakukan penelitian mengenai penilaian kinerja konsumen terhadap atribut kualitas menunjukan penilaian yang berbeda untuk atribut kualitas air, kemasan,


(50)

dan label kemasan. Hal ini sejalan dengan penelitian Sukaris yang menyatakan bahwa sikap seseorang terhadap suatu produk tergantung pada pandangannya terhadap suatu produk dan proses belajar baik dari pengalaman, kepribadian, ataupun dari pengaruh lingkungan. Dalam penelitian ini perbedaan penilaian terhadap suatu produk di terjadi karena adanya perbedaan profil konsumen. Profil konsumen mempengaruhi penilaian persepsi terhadap suatu produk. Profil konsumen yang berpengaruh pada penilaian kinerja produk AM ini adalah usia, pendapatan, lama konsumsi, dan frekuensi pembelian. Sedangkan untuk atribut manfaat dan merek konsumen memiliki persepsi yang sama terhadap penilaian kinerja dari AMDK AM. Dalam penelitian ini untuk atribut manfaat konsumen menilai kinerja manfaat AMDK rendah dan masih di bawah standar yang dinginkan konsumen, sementara penilaian kinerja pada merek tidak ada perbedaan penilaian karena konsumen setuju bahwa merek dianggap sebagai atribut pelengkap sehingga tidak mempengaruhi penilaian kinerja terhadap AMDK AM .

4.5. Analisis Kesenjangan (Gap)

Perhitungan kesenjangan antara tingkat harapan dan penilaian kinerja diperoleh dari hasil penilaian tingkat harapan dan penilaian kinerja terhadap indikator. Penilaian yang diberikan menggunakan skala likert sebagai alat ukur.

Nilai total tingkat harapan indikator diperoleh dari nilai tingkat harapan dikalikan bobot. Nilai total kinerja indikator diperoleh dari nilai tingkat dikalikan bobotnya. Hasil penilaian menunjukan hasil yang berbeda berdasarkan bobotnya, untuk dapat mengidentifikasi perbandingan Indikator dibuat rentang nilai. Rentang nilai diperoleh dari nilai tertinggi yang dipilih konsumen dikurangi nilai terendah yang dipilih konsumen dibagi dengan jumlah kelas yang diinginkan. Tabel 16. Rentang skor manfaat AMDK

Keterangan Rentang Skor Terbobot

Tidak Penting/ Tidak Baik 0.2360-0.2908

Cukup Penting/ Cukup Baik 0.2909-0.3455

Penting/ Baik 0.3456-0.4003


(1)

Lampiran 3 Uji validitas dan reliabilitas kepentingan

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

k1 100.8333 102.902 .539 . .931

k2 101.0667 100.064 .690 . .929

k3 101.0000 101.241 .602 . .930

k4 101.2667 101.237 .476 . .932

k5 101.1333 97.706 .642 . .930

k6 101.1000 99.128 .587 . .930

k7 101.4333 94.668 .693 . .929

k8 101.4000 96.041 .748 . .928

k9 100.8333 103.040 .524 . .932

k10 101.2667 100.409 .498 . .932

k11 101.0000 100.069 .579 . .931

k12 101.9000 97.334 .630 . .930

k13 101.9000 96.024 .716 . .928

k14 102.0000 93.931 .716 . .928

k15 100.9333 103.375 .426 . .933

k16 100.8000 103.269 .533 . .932

k17 100.8000 104.097 .437 . .933

k18 101.1333 100.189 .668 . .930

k19 101.0667 100.133 .614 . .930

k20 101.6333 98.033 .592 . .930

k21 101.7000 97.872 .641 . .930

k22 101.6667 96.506 .672 . .929

k23 101.4667 102.257 .407 . .933

k24 101.0000 101.448 .519 . .931

Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items


(2)

Lampiran 4. Uji validitas dan reliabilitas kinerja

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted

k1 99.2000 103.338 .508 . .935

k2 99.4667 99.016 .682 . .933

k3 99.4000 99.007 .763 . .932

k4 99.7333 97.926 .713 . .932

k5 99.4333 99.978 .552 . .935

k6 99.4667 99.292 .559 . .935

k7 99.7000 95.390 .633 . .934

k8 99.7333 96.961 .731 . .932

k9 99.3333 101.264 .571 . .935

k10 99.5333 103.292 .431 . .936

k11 99.3667 100.861 .600 . .934

k12 100.1333 98.809 .579 . .934

k13 100.1667 97.937 .627 . .934

k14 100.2333 97.495 .567 . .935

k15 99.4000 100.869 .593 . .934

k16 99.2000 102.028 .662 . .934

k17 99.2667 103.030 .428 . .936

k18 99.7000 99.114 .564 . .935

k19 99.5000 99.362 .554 . .935

k20 99.9667 98.309 .618 . .934

k21 100.0000 97.103 .682 . .933

k22 99.9333 95.513 .746 . .932

k23 100.0000 96.552 .720 . .932

k24 99.3667 103.826 .383 . .937

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items


(3)

Lampiran 5 Hasil pengolahan analisis gap kepentingan indikator kualitas

Atribut Bobot Modus Nilai Interpretasi

Menyehatkan 0.091 5 0.455 SP

Menyegarkan 0.066 4 0.264 TP

Jaminan Mutu 0.059 5 0.295 C

Kepraktisan 0.064 4 0.256 TP

Kejernihan 0.078 5 0.390 SP

Tidak Berbau 0.058 5 0.290 P

Tidak Berasa 0.036 5 0.180 TP

Tidak Berwarna 0.036 5 0.180 TP

Bebas Bakteri 0.070 5 0.350 SP

Aman 0.040 5 0.200 TP

Kokoh 0.021 4 0.084 SP

Higienes 0.041 5 0.205 TP

Bentuk Menarik 0.019 4 0.076 TP

Desain Menarik 0.019 4 0.076 TP

Warna Menarik 0.019 4 0.076 TP

Tersegel 0.030 5 0.150 P

Desain Menarik 0.015 4 0.060 TP

Info Kadaluarsa 0.032 5 0.160 SP

Info Izin Dan Uji 0.031 5 0.155 SP

Info Penyimpanan 0.018 4 0.072 TP

Mudah Diingat 0.052 4 0.208 SP

Mudah Diucapkan 0.042 4 0.168 P

Menggambar Isi 0.034 4 0.136 C


(4)

Lampiran 6 Tingkat kinerja AMDK

Atribut Bobot Modus Nilai Interpretasi

Menyehatkan 0.091 4 0.036 B

Menyegarkan 0.066 5 0.330 C

Jaminan Mutu 0.059 4 0.236 TB

Kepraktisan 0.064 4 0.256 TB

Kejernihan 0.078 4 0.312 B

Tidak Berbau 0.058 4 0.232 C

Tidak Berasa 0.036 4 0.144 TB

Tidak Berwarna 0.036 4 0.144 TB

Bebas Bakteri 0.070 5 0.350 SB

Aman 0.040 4 0.160 B

Kokoh 0.021 4 0.084 TB

Higienes 0.041 4 0.164 B

Bentuk Menarik 0.019 3 0.057 TB

Desain Menarik 0.019 3 0.057 TB

Warna Menarik 0.019 3 0.057 TB

Tersegel 0.030 4 0.120 C

Desain Menarik 0.015 3 0.045 TB

Info Kadaluarsa 0.320 5 0.160 SB

Info Izin Dan Uji 0.031 5 0.155 SB

Info Penyimpanan 0.018 4 0.072 TB

Mudah Diingat 0.052 4 0.208 SB

Mudah Diucapkan 0.042 3 0.126 C

Menggambarkan Isi 0.034 3 0.102 TB


(5)

Lampiran 7 Gambar produk

Kemasan cup 250 ml


(6)

Lampiran 7 Lanjutan gambar produk

Label kemasan galon

Tanda label dari MUI (Majelis Ulama Indonesia)