Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Perusahaan Bank BUMN Di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Perusahaan Bank BUMNDi Bursa Efek Indonesia

OLEH

Sahala P. Simatupang 100502105

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN BANK BUMN DI BURSA

EFEK INDONESIA (BEI)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar terhadap harga saham baik secara parsial atau bersama-sama, dan untuk mengetahui variabel yang paling dominan yang mempengaruhi harga saham perusahaan Bank BUMN di Bursa Efek Indonesia.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder kuantitatif yang berasal dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia tentang data emiten, laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, buku-buku referensi, majalah, internet, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan penelitian.

Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung dari literatur, jurnal, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan Bank BUMN di Bursa Efek Indonesia, dan secara parsial menunjukkan tingkat inflasi dan nilai tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham.


(3)

ABSTRACT

EFFECT OF INFLATION RATE, INTEREST RATE, AND EXCHANGE RATE OF STOCK PRICE OF LISTED COMPANIES BANK OF GOVERNMENT IN

INDONESIAN STOCK EXCHANGE

The purpose of this research is to obtain empirical evidence about the effect of inflation rates, interest rates, and exchange rates to stock prices either partially or jointly, and to determine which is the most dominant variable that affect to the stock prices of bank of government companies in the Indonesia Stock Exchange.

The type of this research is quantitative research and the data used for this research is secondary data which came from Indonesia Stocks Exchange’s publication in the internet, the reports publicated by Bank Indonesia, references of books, magazines, internet and the other science literatures related to the research.

The methods used for the data collection are through the documentation study to collect supporting data from the literature, journals and reference books to get an idea of the issues, and to gather relevant secondary data from a report published by Bank Indonesia and the Indonesia Stock Exchange. The methods used for data analysis are descriptive analysis and multiple linear regression.

The result of this research shows that inflation rates, interest rates, and exchange rates simultaneously have a significant influence to the stock price bank of government companies that are listed in the Indonesia Stock Exchange, and partially inflation rates and exchange rates have significantly positive influence to the stock price, while interest rates have significantly negative influence to the stock price.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini merupakan persembahan buat orang tua tercinta Luhut Simatupang dan Helena Tobing yang selalu mendoakan, mencukupi segala kebutuhan dana, nasehat-nasehat dan motivasi yang sangat berharga, serta kasih sayang yang selalu menyertai perjalanan hidup penulis.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Perusahaan Bank BUMN Di Bursa Efek Indonesia”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Univesitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

6. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis.

7. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah banyak memberikan saran dalam penulisan dan perbaikan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan.

9. Abang dan kakak ipar saya Tulus Simatupang, SE & Delvi Sibarani, S.Sos , kakak saya Melda Simatupang, SH, kakak dan abang ipar saya Josefine Simatupang, S.I.Kom & Franz Harahap, SH yang telah memberikan bantuan dana dan memberikan motivasi selama masa perkuliahan serta selama penyusunan skripsi ini.

10. Saudara-saudara saya: Friska Simanjuntak, Rio Sitepu, Jimmy Harahap dan senior serta Teman-teman di manajemen 2009 & 2010: Rudolffo, Elisabeth, Daniel, John, serta teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan doa selama ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Maret 2014 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Pasar Modal ... 8

2.2 Investasi ... 13

2.3 Makro Ekonomi ... 14

2.3.1 Tingkat Inflasi ... 15

2.3.2 Suku Bunga ... 15

2.3.2.1 Fungsi Suku Bunga Dalam Perekonomian ... 16

2.3.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga ... 17

2.3.2.3 Hubungan Tingkat Suku Bunga Dengan Harga Saham ... 17

2.3.3 Nilai Tukar (Kurs) ... 18

2.3.3.1 Teori Nilai Tukar ... 20

2.3.3.2 Jenis-Jenis Kurs ... 21

2.3.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar ... 21

2.3.3.4 Hubungan Nilai Tukar Dengan Harga Saham …. 23

2.4 Harga Saham ... 24

2.5 Penilaian Harga Saham ... 25

2.6 Penelitian Terdahulu ... 26

2.7 Kerangka Konseptual ... 28

2.8 Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 30


(7)

3.4 Definisi Operasional ... 31

3.5 Populasi dan Sampel ... 32

3.6 Jenis Data ... 32

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.8 Teknik Analisis Data ... 33

3.8.1 Metode Analisis Deskriptif ……… 33

3.8.2 Metode Analisis Statistik ………... 33

3.8.3 Uji Asumsi Klasik ……….. 34

3.8.4 Pengujian Hipotesis ……… 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 40

4.1.1 Gambaran umum pasar modal di Indonesia ... 40

4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan Bank BUMN di Indonesia 42

4.2 Hasil Penelitian ... 48

4.2.1 Analisis Deskriptif ... 48

4.2.2 Analisis Statistik ... 54

4.2.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 54

4.2.2.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 61

4.2.2.3 Pengujian Hipotesis ... 63

4.3 Pembahasan ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 1.1 Indikator Makro Ekonomi Indonesia dan

Harga Saham Bank BUMN ... 3

4.1 Tingkat Inflasi Tahun 2010-2013 ... 49

4.2 Tingkat Suku Bunga Tahun 2010-2013 ... 50

4.3 Nilai Tukar Tahun 2010-2013 ... 51

4.4 Harga Saham PT Bank BRI Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2013 ... 52

4.5 Harga Saham PT Bank Mandiri Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2013 ... 52

4.6 Harga Saham PT Bank BNI Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2013 ... 53

4.7 Harga Saham PT Bank BTN Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2013 ... 53

4.8 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 57

4.9 Hasil Uji Glejser ... 59

4.10 Runs Test ... 60

4.11 Coefficientsa ... 61

4.12 Coefficientsa ... 61

4.13 ANOVAb ... 64

4.14 Coefficientsa ... 65

4.15 Variables Entered/Removedb ... 67

4.16 Hubungan Antar Variabel ... 67


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 29

4.1 Histogram Dependent Variabel (Harga Saham) ... 51

4.2 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual ... 56


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No.Lampiran Judul Halaman 1 Nama Perusahaan Bank BUMN Yang Terdaftar Di BEI ... 77 2 Data Tingkat Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar, dan Harga

Saham Perusahaan Bank BUMN... 77 3 Hasil Pengolahan SPSS... 81


(11)

ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN BANK BUMN DI BURSA

EFEK INDONESIA (BEI)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar terhadap harga saham baik secara parsial atau bersama-sama, dan untuk mengetahui variabel yang paling dominan yang mempengaruhi harga saham perusahaan Bank BUMN di Bursa Efek Indonesia.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder kuantitatif yang berasal dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia tentang data emiten, laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, buku-buku referensi, majalah, internet, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan penelitian.

Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung dari literatur, jurnal, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan Bank BUMN di Bursa Efek Indonesia, dan secara parsial menunjukkan tingkat inflasi dan nilai tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham.


(12)

ABSTRACT

EFFECT OF INFLATION RATE, INTEREST RATE, AND EXCHANGE RATE OF STOCK PRICE OF LISTED COMPANIES BANK OF GOVERNMENT IN

INDONESIAN STOCK EXCHANGE

The purpose of this research is to obtain empirical evidence about the effect of inflation rates, interest rates, and exchange rates to stock prices either partially or jointly, and to determine which is the most dominant variable that affect to the stock prices of bank of government companies in the Indonesia Stock Exchange.

The type of this research is quantitative research and the data used for this research is secondary data which came from Indonesia Stocks Exchange’s publication in the internet, the reports publicated by Bank Indonesia, references of books, magazines, internet and the other science literatures related to the research.

The methods used for the data collection are through the documentation study to collect supporting data from the literature, journals and reference books to get an idea of the issues, and to gather relevant secondary data from a report published by Bank Indonesia and the Indonesia Stock Exchange. The methods used for data analysis are descriptive analysis and multiple linear regression.

The result of this research shows that inflation rates, interest rates, and exchange rates simultaneously have a significant influence to the stock price bank of government companies that are listed in the Indonesia Stock Exchange, and partially inflation rates and exchange rates have significantly positive influence to the stock price, while interest rates have significantly negative influence to the stock price.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin pesatnya perkembangan zaman berdampak bagi perkembangan sektor ekonomi dan moneter secara luas, hal tersebut dapat dilihat dari semakin terbukanya sistem perekonomian suatu negara, yang menyebabkan semakin sulitnya tugas pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang terjadi saat ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk meningkatkan performa terbaiknya dalam mempengaruhi investor untuk menarik atau menanamkan investasinya.

Manajemen perusahaan dalam hal ini manajemen keuangan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam memaksimalkan nilai perusahaan. Manajemen keuangan dalam hal ini manajemen keuangan peusahaan perbankan harus mampu melakukan keputusan keuangan seperti keputusan investasi yang penting dilakukan untuk peningkatan nilai perusahaan kerena keputusan investasi pada dasarnya keputusan untuk mengalokasikan sumber dana atau akan digunakan untuk apa dana tersebut. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan menerbitkan saham dan dijual di pasar modal.Investasi di pasar modal seperti saham yang memiliki keuntungan yng diharapkan yaitu capital gain dan dividen dan obligasi memiliki keuntungan yaitu bunga.

Pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memperoleh dana, dimana terjadi alokasi dana dari pihak yang kelebihan dana ke


(14)

pihak yang memerlukan dana. Kehadiran pasar modal memperbanyak pilihan sumber dana bagi investor serta menambah pilihan investasi, yang dapat juga diartikan kesempatan untuk memperoleh imbal hasil semakin besar sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Investasi dalam bentuk saham merupakan investasi yang tergolong berisiko tinggi. Investasi dalam bentuk saham bersifat tidak pasti sehingga didalamnya mengandung unsur risiko bagi investor. Agar investasi memberikan hasil yang efektif maka investor dan calon investor harus mampu menilai risiko dan pendapatan yang terkandung dalam alternatif investasi yang direncanakan. Keberadaan pasar modal yang selain dapat menyebabkan arus keluar-masuk modal ke Indonesia, juga terdapat aktifitas bisnis yang banyak didominasi Dollar Amerika Serikat.

Bank BUMN merupakan bank yang secara aset dan kapitalisasi sangat besar. Kita dapat melihat bank-bank BUMN di banyak tempat dan daerah. Secara umum tingkat kepercayaan investor terhadap BUMN lebih besar daripada BUMS, hal ini disebabkan nama pemerintah di jajaran pemegang saham memberikan keyakinan kepada investor yang membeli sejumlah saham saat ini dapat memperoleh keuntungan dimasa yangg akan datang. Secara makro kondisi perekonomian Indonesia dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investor atas penempatan dananya pada suatu jenis sektor usaha. Seperti halnya krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan kinerja keuangan badan usaha menurun tajam bahkan diantaranya ada yang mengalami kerugian hingga harus gulung tikar. Pada saat itu suku bunga, inflasi, maupun nilai tukar mengalami perubahan yang cukup tajam. Suku


(15)

bunga meningkat hingga mencapai angka 68.76% pertahun pada tahun 1998, dan inflasi yang mencapai angka 77% per tahun. Tingginya inflasi dan suku bunga bank akan menyebabkan beban operasional perusahaan semakin berat dan mempengaruhi kinerja keuangan badan usaha yang pada akhirnya berdampak pada harga saham perusahaan.

Sektor perbankan dan pasar modal merupakan bagian dari suatu sistem perekonomian. Sektor perbankan dalam perkembangannya dipengaruhi oleh kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang dapat mempengaruhi harga saham sektor perbankan itu sendiri. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham di pasar modal diantaranya adalah faktor yang berasal dari luar perusahaan, seperti nilai tukar rupiah, tingkat inflasi, dan suku bunga.

Kondisi pertumbuhan makro ekonomi dan harga saham perusahaan bank BUMN di BEI yang terjadi dalam enam tahun terakhir dapat dilihat di Tabel 1.1 berikut ini.

Tabel 1.1

Indikator Makro Ekonomi Indonesia dan Harga Saham Bank BUMN Tahun 2010 – 2013

Tahun Inflasi Suku Bunga Nilai Tukar (USD-IDR) BBNI (Rupiah) BMRI (Rupiah) BBRI (Rupiah) BBTN (Rupiah)

2010 5,12% 6,50% 9086 2964 5888 4646 1497

2011 4,59% 6,58% 8819 3873 6784 6159 1481

2012 4,27% 5,77% 9383 3823 7509 6846 1351

2013 6,96% 6,47% 10453 4431 8871 8063 1231 Sumber: Bank Indonesia (data diolah)


(16)

Seperti yang terlihat pada Tabel 1.1, inflasi di Indonesia mengalami fluktuasi. Tingkat inflasi yang terlalu rendah pada dasarnya tidaklah terlalu baik bagi pertumbuhan perekonomian di Indonesia, karena dapat menyebabkan lambannya pergerakan perekonomian Indonesia. Lambannya pergerakan perekonomian juga menyebabkan harga saham bergerak lamban. Pada tahun 2010 inflasi meningkat. Pada tahun 2011 dan 2012 menurun setiap tahunnya, hingga pada tahun 2013 inflasi kembali naik mencapai angka 6,96%. Rendahnya tingkat inflasi tahun 2011 dan 2012 ini didukung oleh faktor musim, harga komoditas pangan yang sedang turun, dan penundaan kenaikan tarif listrik serta harga BBM bersubsidi. Sedangkan lonjakan inflasi pada tahun 2013 di picu kenaikan kembali harga BBM bersubsidi serta besarnya jumlah impor Indonesia.

Pada indikator suku bunga, juga terjadi penurunan setiap tahunnya. Tingkat suku bunga terendah terdapat pada tahun 2012. Bank Indonesia memutuskan mempertahankan BI Rate sebesar 5,77 % karena dipandang masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali yang sesuai dengan sasaran inflasi tahun 2012-2013, yaitu 4,5% ± 1%. Pada tahun 2013 tingkat suku bunga semakin mengalami kenaikan hingga mencapai 6,47 %.

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa selama tiga tahun terakhir, rata-rata nilai tukar rupiah Indonesia berfluktuasi terhadap Dollar US. Pada tahun 2010 rata-rata nilai tukar rupiah justru mengalami apresiasi (penguatan nilai tukar) sebesar 8,55% apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tahun 2011 nilai tukar rupiah kembali mengalami apresiasi namun pada tahun 2012 nilai tukar rupiah mengalami depresiasi hingga menyentuh angka Rp 9383 per Dollar. Tahun


(17)

2013 Rupiah kembali melemah mencapai Rp 10.453,tertinggi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.

Dalam Tabel 1.1 juga dapat dilihat bahwa saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) mengalami flutuasi dari tahun 2010-2012. Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa pada tahun 2010 terjadi tingkat inflasi yang tinggi, tingkat suku bunga yang cukup tinggi, dan nilai tukar yang tinggi mengakibatkan harga saham pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) rendah dan mengalami penurunan. Pada tahun 2012 tingkat inflasi sangat rendah sedangkan nilai tukar sangat tinggi yang memicu harga saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mengalami kenaikan namun tidak demikian pada PT Bank Negara Indonesia serta PT Bank Tabungan Negara.Tahun 2013 inflasi, suku bunga, dan nilai tukar mengalami kenaikan yang sangat signifikan namun harga saham dari BBNI, BMRI, BBRI mengalami kenaikan namun tidak dengan BBTN yang menurun.

Dilatar belakangi oleh penjelasan penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Perusahaan Bank BUMN Di Bursa Efek Indonesia.”


(18)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan bank BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar terhadap harga saham baik secara parsial maupun simultan, dan untuk mengetahui variabel yang paling dominan yang mempengaruhi harga saham perusahaan bank BUMN di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, sebagai berikut:

a. Bagi Investor

Dapat menjadi rekomendasi dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pada saham perusahaan bank BUMN di Bursa Efek Indonesia.

b. Bagi Emiten

Hasil peneltian ini diharapkan mampu dijadikan bahan masukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan kinerja keuangan yang semakin baik, diharapkan minat investor terhadap saham suatu perusahaan juga akan


(19)

semakin meningkat dan harga saham perusahaan – perusahaan bank BUMN dapat terus bertahan pada level yang tinggi.

c. Bagi Peneliti

Memberikan manfaat pengetahuan serta menambah wawasan mengenai pengaruh tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar terhadap harga saham perusahaan bank BUMN di Bursa Efek Indonesia.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Memberikan manfaat sebagai bahan masukan dan referensi untuk mendapatkan penemuan-penemuan baru dan berguna bagi kemajuan dan pengembangan ilmu pengetahuan di kemudian hari.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Harga Saham

Harga saham di bursa efek akan ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Pada saat permintaan saham meningkat, maka harga saham tersebut akan cenderung meningkat. Sebaliknya, pada saat banyak orang menjual saham, maka harga saham tersebut cenderung akan mengalami penurunan. Market

price merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga yang paling mudah

ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price ).

Harga sebuah saham dapat berubah naik atau turun dalam hitungan yang begitu cepat. Harga tersebut dapat berubah dalam hitungan menit, bahkan dalam hitungan detik. Menurut Salim (2012:55-56), pergerakan harga saham tersebut setidaknya ada tiga macam yaitu :

1. Bullish, yaitu dimana harga saham naik terus-menerus dari waktu ke waktu. Hal

ini bisa terjadi karena berbagi macam sebab, bisa dikarenakan keadaan finansial secara global atau kebijakan manajemen perusahaan.

2. Bearish, yaitu keadaan dimana harga saham turun terus-menurus dan

merugikan investor. Investor yang mempunyai saham ini dapat melakukan penjualan di harga rendah dan rugi atau bisa juga melakukan pembelian ulang bila ada informasi akurat harga saham bisa naik di masa depan.


(21)

3. Sideways, yaitu keadaan dimana harga saham stabil. Dikatakan stabil karena harga saham bergerak naik atau turun sehingga membentuk grafik mendatar dari waktu ke waktu.

Menurut Sunariah (2006:131), pada monitor-monitor yang memantau perdagangan saham, tertera beberapa istilah harga saham yaitu:

1. Previous Price menunjukkan harga pada penutupan hari sebelumnya.

2. Open atau Opening Price menunjukkan harga pertama kali pada saat

pembukaan sesi perdagangan I, yaitu jam 09.30 pagi.

3. High atau Highest Price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham yang

terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.

4. Low atau Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.

5. Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham.

6. Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan harga terakhir

yang terjadi.

7. Close atau Closing Price menunjukkan harga penutupan suatu saham pada saat

akhir sesi II yaitu jam 16.00 sore.

2.2 Penilaian Harga Saham

Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu nilai buku, nilai pasar, dan nilai intrinsik saham. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar adalah nilai saham di pasar yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar.


(22)

Sedangkan nilai intrinsik atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi (Tandelilin, 2010:301).

2.3 Pasar Modal

Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Salah satu kelebihan pasar modal adalah kemampuannya dalam menyediakan modal dalam jangka panjang dan tanpa batas (Widoatmodjo, 2009:4). Bentuk instrumen di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang berupa saham, obligasi, bukti right, bukti waran, dan produk turunan atau biasa disebut derivative. Contoh produk derivative di pasar modal adalah kontrak berjangka (future) dan kontrak opsi (option) (Tandelilin, 2010:31).

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, yang dimaksud dengan Pasar Modal adalah segala kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangann efek,perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pengertian bursa efek menurut UU No.8 Tahun 1995 adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka ( Sartono,2010:22).

Pengertian pasar modal dapat dikategorikan menjadi 4 pasar, yaitu pasar pertama (perdana), pasar kedua (sekunder), pasar ketiga, dan pasar keempat (Samsul, 2006:46). Berikut pengertian dan ciri-ciri dari keempat pasar tersebut.


(23)

1. Pasar Pertama (Perdana)

Pasar perdana adalah tempat atau sarana bagi perusahaan yang untuk pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat umum. Di sini dikatakan tempat karena secara fisik masyarakat pembeli dapat bertemu dengan penjamin emisi ataupun agen penjual untuk melakukan pesanan sekaligus membayar uang pesanan. Dikatakan sarana karena si pembeli dapat memesan melalui telepon dari rumah dan membayar dengan cara mentransfer uang melalui bank ke rekening agen penjual. Perusahaan yang tadinya milik perorangan atau beberapa pihak saja, sekarang menawarkan kepada masyarakat umum. Penawaran umum awal ini,yang disebut juga initial public

offering (IPO), telah mengubah status dari perseroan tertutup menjadi

perseroan terbuka (Tbk.). Ciri-ciri pasar perdana adalah:

a. Emiten menjual saham kepada masyarakat luas melalui penjamin emisi dengan harga yang telah disepakati antara emiten dan penjamin emisi seperti yang tertera dalam prospektus, atau ada ancer-ancer harga apabila menggunakan sistem book-building.

b. Pembeli tidak dipungut biaya transaksi.

c. Pembeli belum pasti memperoleh jumlah saham sebanyak yang dipesan, apabila terjadi over-subscribed.

d. Investor membeli melalui penjamin emisi ataupun agen penjual yang ditunjuk. e. Masa pesanan terbatas.


(24)

f. Penawaran melibatkan profesi seperti akuntan publik, notaris, konsultan hukum, dan perusahaan penilai.

g. Pasar perdana disebut juga dengan istilah pasar primer (primary market) dan pasar kesatu (first market).

2. Pasar Kedua

Pasar kedua adalah tempat atau sarana transaksi jual-beli efek antarinvestor dan harga dibentuk oleh investor melalui perantara efek. Dikatakan tempat karena secara fisik para perantara efek berada dalam satu gedung di lantai perdagangan (trading floor), seperti BEJ. Dikatakan sarana karena para perantara efek tidak berada dalam satu gedung, tetapi dalam satu jaringan sistem perdagangan (seperti Bursa Efek Surabaya) dan kantor perantara efek tersebar di beberapa kota. Terbentuknya harga pasar oleh tawaran jual dan tawaran beli dari para investor ini disebut juga dengan istilah

order driven market.

Ciri-ciri pasar kedua adalah:

a.Harga terbentuk oleh investor (order driven) melalui perantara efek (anggota bursa) yang berdagang di Bursa Efek.

b.Transaksi dibebani biaya jual dan beli. c.Pesanan dapat berjumlah tak terbatas.

d.Anggota bursa memasukkan tawaran jual/beli investor ke dalam komputer perdagangan yang disediakan oleh pihak bursa.


(25)

e.Anggota bursa beli menyelesaikan pembayaran dana kepada Sentral Kliring, kemudian menerima sahamnya dengan cara pemindahbukuan oleh Sentral Kustodian dengan menunjukkan bukti pembayaran dari Sentral Kliring.

f. Anggota bursa jual menyelesaikan penyerahan saham kepada Sentral Kustodian, kemudian menerima dana dengan cara pemindahbukuan oleh Sentral Kliring dengan menunjukkan bukti penyerahan efek dari Sentral Kustodian.

g.Pasar kedua disebut juga dengan istilah bursa efek atau secondary market.

3. Pasar Ketiga

Pasar ketiga adalah sarana transaksi jual-beli efek antara market maker

serta investor dan harga dibentuk oleh market maker. Investor dapat memilih

market maker yang memberi harga terbaik. Market maker adalah anggota

bursa.

Ciri-ciri pasar ketiga adalah:

a. Harga dibentuk oleh market maker atau disebut dealer driven market. b. Investor membeli dan menjual dari dan ke market maker.

c. Jumlah market maker banyak sehingga investor dapat memilih harga terbaik. d. Perdagangan dilaksanakan di kota-kota besar dalam satu jaringan nasional.

e. Market maker berdagang dari kantor masing-masing melalui jaringan

komputer.

f. Mesin utama ada di OTC Market Pusat yang terhubung dangan mesin di kantor market maker di kota-kota lain.


(26)

h. Market maker menyelesaikan pembayaran dengan Sentral Kliring dan menyelesaikan penyimpanan efek dengan Sentral Kustodian.

i. Market maker menjadi anggota bursa OTC market dan anggota

kliring/kustodian.

j. Pasar ketiga disebut juga Over The Counter (OTC) market.

4. Pasar Keempat

Pasar keempat adalah sarana transaksi jual-beli antara investor jual dan investor beli tanpa melalui perantara efek. Transaksi dilakukan secara tatap muka antara investor beli dan investor jual untuk saham atas pembawa.

Ciri-ciri pasar keempat adalah:

a. Investor beli dan investor jual bertransaksi langsung lewat ECN.

b. Harga terbentuk dalam tawar menawar langsung antara investor beli dan investor jual.

c. Investor menjadi ECN, central custodian, dan central clearing.

d. ECN, central custodian, dan central clearing terjalin dalam satu sistem jaringan perdagangan.

e. ECN terdaftar sebagai Bursa Efek. 2.4 Investasi

Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa


(27)

mendatang (Tandelilin, 2010:2). Menurut Tandelilin (2010:4-5), ada beberapa tujuan seseorang melakukan investasi, antara lain adalah:

1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa mendatang.

2. Mengurangi tekanan inflasi, dimana dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

3. Dorongan untuk menghemat pajak.

Menurut Halim (2005:4), pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua bagian yaitu:

1. Investasi pada asset-asset finansial (financial assets). Investasi pada asset-asset finansial dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito,

commercial paper, dan surat berharga pasar uang. Investasi dapat juga

dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, dan opsi. 2. Investasi pada asset-asset riil (real assets). Investasi pada asset-asset riil dapat

berbentuk pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan, dan lainnya.

Menurut Jogiyanto (2003:7-11), investasi pada asset-asset finansial dapat berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjualbelikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market) atau di pasar turunan

(derivative market). Investasi ini dilakukan dengan membeli langsung aktiva


(28)

lain. Sedangkan investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain.

2.5 Makro Ekonomi

Menurut Utami dan Rahayu (2003), menyatakan ada 7 indikator makro ekonomi yang mempengaruhi perubahan harga saham, yaitu (GDP) Gross domestic Product, inflasi, tingkat pengangguran, suku bunga, nilai tukar, transaksi berjalan, dan defisit anggaran. Namun, indikator makro ekonomi yang dinilai relevan dalam penelitian ini adalah inflasi, suku bunga, dan nilai tukar.

2.5.1 Tingkat Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus (Rahardja dan Mandala, 2008:359). Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi :

• Kenaikan Harga

• Bersifat Umum

• Berlangsung Terus-Menerus

Menurut Samsul (2006:201), tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif tergantung pada derajat inflasi itu sendiri. Inflasi yang tinggi dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. Jadi dapat disimpulkan bahwa inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham di pasar, sementara inflasi yang sangat rendah akan berakibat pada pertumbuhan ekonomi menjadi lamban, dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban. Informasi ini perlu diketahui


(29)

oleh investor untuk mempertimbangkan jenis efek yang akan dibeli. Pada dasarnya kenaikan laju inflasi tidak disukai oleh para investor karena akan meningkatkan biaya produksi yang akhirnya berdampak buruk terhadap harga dan pendapatan (Samuelson,2004:219).

2.5.2 Suku Bunga

Suku bunga dapat dipandang sebagai pendapatan yang diperoleh dari melakukan tabungan. Suatu rumah tangga akan membuat lebih banyak tabungan apabila suku bunga tinggi karena lebih banyak pendapatan dari penabung akan diperoleh. Pada suku bunga rendah investor tidak begitu suka membuat tabungan karena mereka merasa lebih baik melakukan pengeluaran konsumsi atu berinvestasi daripada menabung. Dengan demikian apabila suku bunga rendah masyarakat cenderung menambah pengeluaran konsumsinya atau pengeluaran untuk berinvestasi (Sukirno, 2006:128).

Menurut Samsul (2006:201), kenaikan tingkat bunga pinjaman memiliki dampak negatif terhadap setiap emiten, karena akan meningkatkan beban bunga kredit dan menurunkan laba bersih. Penurunan laba bersih akan mengakibatkan laba per saham juga menurun dan akhirnya akan berakibat turunnya harga saham di pasar. Di sisi lain, naiknya suku bunga deposito akan mendorong investor untuk menjual saham dan kemudian menabung hasil penjualan itu dalam deposito. Tingkat suku bunga yang meningkat bisa juga menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan ataupun deposito (Tandelilin, 2010:103).


(30)

2.5.2.1 Fungsi Suku Bunga Dalam Perekonomian

Tingkat suku bunga mempunyai beberapa fungsi dalam suatu perekonomian, antara lain (Sunariah, 2006:80-81):

1. Sebagai daya tarik bagi penabung individu, institusi, atau lembaga yang mempunyai dana yang lebih untuk di investasikan.

2. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah terhadap dana langsung investasi pada sektor-sektor ekonomi.

3. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam mengendalikan penawaran dan permintaan uang beredar dalam suatu perekonomian.

4. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat suku bunga untuk meningkatkan produksi, sebagai akibatnya tingkat bunga dapat digunakan untuk mengontrol tingkat inflasi.

2.5.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga selain perkiraan inflasi, tingkat likuiditas aktiva yang dikehendaki, dan keadaan permintaan dan penawaran (Brigham dan Houston, 2001: 158) adalah:

1. Kebijakan Bank Sentral

2. Besarnya defisit anggaran pendapatan dan belanja negara 3. Neraca perdagangan luar negeri

4. Tingkat kegiatan usaha


(31)

Perubahan suku bunga dapat mempengaruhi variabilitas return suatu investasi tercermin akibat perubahan harga saham. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik ceteris paribus. Apabila suku bunga meningkat maka harga saham akan turun, hal tersebut dapat terjadi karena investor akan lebih tertarik terhadap investasi yang terkait dengan suku bunga (misalnya deposito) dengan cara memindahkan investasinya dari saham. Apabila saham dikatakan overvalued, saham tersebut akan banyak dijual, dengan kata lain bahwa permintaan lebih kecil daripada penawaran akan mengakibatkan harga saham tersebut turun. Demikian pula sebaliknya apabila suku bunga menurun maka harga saham akan menjadi naik, hal tersebut dapat terjadi disebabkan jumlah saham yang diminta akan menjadi banyak (undervalued), yang sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran maka harga akan naik atau lebih tinggi (Tandelilin,2010:101)

2.5.3 Nilai Tukar (Kurs)

Nilai tukar adalah harga satu satuan mata uang dalam satuan mata uang lain (Samuelson, 2004:305). Nilai tukar ditentukan dalam pasar valuta asing, yaitu pasar tempat berbagai mata uang yang berbeda diperdagangkan. Kurs valuta asing (USD) yang bergejolak terlalu tinggi sehingga rupiah mengalami depresiasi akan menyebabkan memburuknya sektor perekonomian secara menyeluruh dan perdagangan saham di pasar menjadi lesu. Permintaan dan penawaran valuta asing pada foreign exchange market menentukan besarnya kurs mata uang dalam negeri. Jika kurs mengalami depresiasi berarti, permintaan terhadap mata uang dalam negeri menurun atau dengan kata lain terjadi peningkatan permintaan


(32)

terhadap mata uang luar negeri (dollar). jika nilai tukar mengalami depresiasi (dollar menjadi lebih mahal), maka masyarakat investor lebih cenderung untuk bermain di pasar valuta asing, dengan membeli dollar sebanyak mungkin untuk tujuan spekulatif. Hal ini menyebabkan permintaan akan saham mengalami penurunan (Tandelilin, 2010:344).

Adapun faktor-faktor utama yang mempengaruhi permintaan asing, yaitu: 1. Faktor pembiayaan impor. Semakin tinggi impor barang dan jasa, maka

semakin besar permintaan terhadap valuta asing sehingga nilai tukar akan cenderung melemah. Sebaliknya, jika impor menurun, maka permintaan valuta asing menurun sehingga mendorong menguatnya nilai tukar.

2. Faktor aliran modal keluar. Semakin besar aliran modal keluar, maka semakin besar permintaan valuta asing dan pada lanjutannya akan memperlemah nilai tukar. Aliran modal keluar meliputi pembayaran hutang penduduk Indonesia (baik swasta dan pemerintah) kepada pihak asing dan penempatan dana penduduk Indonesia keluar negeri.

3. Kegiatan spekulasi. Semakin banyak kegiatan spekulasi valuta asing yang dilakukan oleh spekulan maka semakin besar permintaan terhadap valuta asing sehingga memperlemah nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing.

Sementara itu, penawaran valuta asing dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor utama, yaitu:

1. Faktor penerimaan hasil ekspor. Semakin besar volume penerimaan ekspor barang dan jasa, maka semakin besar jumlah valuta asing yang dimiliki oleh


(33)

suatu negara dan pada lanjutannya nilai tukar terhadap mata uang asing cenderung menguat atau apresiasi. Sebaliknya, jika ekspor menurun, maka jumlah valuta asing yang dimiliki semakin menurun sehingga nilai tukar juga cenderung mengalami depresiasi.

2. Faktor aliran modal masuk (capital inflow). Semakin besar aliran modal masuk, maka nilai tukar cenderung semakin menguat. Aliran modal masuk tersebut dapat berupa penerimaan hutang luar negeri, penempatan hutang luar negeri, penempatan dana jangka pendek oleh pihak asing (portofolio investment) dan investasi langsung pihak asing (foreign direct investment). 2.5.3.1 Teori Nilai Tukar

1. Balance of Payment Approach

Pendekatan ini didasarkan pada pendapat bahwa nilai tukar valuta ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran terhadap valuta tersebut. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan permintaan dan penawaran tersebut adalah Balance of payment. Apabila Balance of payment suatu negara mengalami defisit dapat diartikan bahwa penghasilan (arus uang masuk) lebih kecil daripada pengeluaran (arus uang keluar), maka permintaan terhadap akan valuta asing akan bertambah guna membayar defisit tersebut, nilai tukarnya akan cenderung mengalami penurunan dan sebaliknya.

2. Teori Purchasing Power Parity

Teori ini agak berbeda dengan pendekatan sebelumnya. Teori ini berusaha untuk menghubungkan nilai tukar dengan daya beli valuta tersebut terhadap barang dan jasa. Pendekatan ini menggunakan apa yang disebut dengan Low of


(34)

One Price sebagai dasar. Low of One Price disebutkan bahwa dengan asumsi tertentu, dua barang yang identik (sama dalam segala hal) harusnya mempunyai harga yang sama.

3. International Fisher Effect

Pendapat ini didasari oleh Fisher Effect, bahwa pergerakan nilai mata uang suatu negara dibanding negara lain (pergerakan kurs) disebabkan oleh perbedaan suku bunga nominal yang ada di kedua negara tersebut. Implikasi dari International Fisher Effect adalah bahwa orang tidak bisa menikmati keuntungan yang lebih tinggi hanya dengan menanamkan dana mereka ke negara yang mempunyai suku bunga nominal tinggi karena nilai mata uang negara yang suku bunganya tinggi tersebut akan terdepresiasi (turun nilainya) sebesar selisih bunga nominal dengan negara yang mempunyai suku bunga nominal lebih rendah.

2.5.3.2 Jenis-jenis Kurs

Jenis-jenis Kurs (Samuelson, 2004:319) adalah:

1. Kurs fleksibel yang bebas adalah kurs yang murni ditentukan oleh permintaan dan penawaran tanpa intervensi pemerintah.

2. Kurs tetap adalah ketika pemerintah menetapkan suatu kurs resmi, yang dipertahankan melalui intervensi dan kebijakan moneter.

3. Kurs terkendali adalah gabungan kurs tetap dan fleksibel dengan pemerintah yang berusaha mempengaruhi kurs secara langsung dengan membeli atau menjual mata uang asing atau secara tidak langsung melalui kebijakan moneter, dengan menaikkan atau menurunkan suku bunga.


(35)

2.5.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar

Perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta, yang selanjutnya menyebabkan perubahan kurs valuta dapat diakibatkan oleh banyak faktor (Sukirno, 2004: 402-403), yaitu:

1. Perubahan Harga Barang Ekspor dan Impor

Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan apakah sesuatu barang akan diimpor atau diekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga barang yang relatif murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya akan berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor, dan sebaliknya kenaikan harga barang impor akan mengurangi impor. Dengan demikian perubahan harga-harga barang ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan dalam penawaran dan permintaan ke atas mata uang negara tersebut.

2. Perubahan Dalam Citarasa Masyarakat

Citarasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsi mereka. Maka perubahan cita rasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka ke atas barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri maupun yang di impor. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan mengimpor berkurang dan dapat menyebabkan ekspor meningkat. Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang impor menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor bertambah besar. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing.


(36)

3. Kenaikan Harga Umum (Inflasi)

Inflasi yang terjadi pada suatu negara sangat berpengaruh terhadap kurs atau nilai tukar negara tersebut. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung menurunkan nilai suatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan efek inflasi yaitu inflasi menyebabkan harga di dalam negeri lebih tinggi dibandingkan dengan harga barang impor sehingga impor akan meningkat, dan ekspor akan menurun karena harganya terlalu mahal.

4. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung terhadap kemajuan ekonomi negara tersebut. Apabila kemajuan itu terutama di akibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan atas mata uang negara tersebut akan naik yang akan mengakibatkan harga saham akan naik. Sebaliknya, apabila kemajuan ekonomi tersebut mengakibatkan impor berkembang lebih cepat dibandingkan ekspor maka permintaan atas mata uang negara tersebut akan menjadi turun yang akan berdampak terhadap penurunan harga saham.

5. Perubahan Suku Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi

Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting perannya dalam mempengaruhi aliran modal. Apabila suku bunga dan tingkat pengembalian rendah maka akan mengakibatkan modal dalam negeri mengalir keluar negeri, dan sebaliknya apabila suku bunga dan tingkat pengembalian tinggi maka akan mengakibatkan modal luar negeri masuk ke dalam negeri.


(37)

2.5.3.4 Hubungan Nilai Tukar Dengan Harga Saham

Aliran valas yang besar dan cepat untuk memenuhi tuntutan perdagangan, investasi dan spekulasi dari suatu tempat yang surplus ke tempat yang defisit dapat terjadi karena adanya berbagai faktor dan kondisi yang berbeda sehingga mempengaruhi kurs valas di masing-masing tempat. Penentuan kurs rupiah terhadap valuta asing merupakan hal yang penting bagi pelaku pasar modal di Indonesia. Karena kurs valas sangat mempengaruhi jumlah biaya yang harus dikeluarkan. Serta besarnya biaya yang akan diperoleh dalam transaksi saham dan surat berharga di bursa pasar modal. Fluktuasi kurs yang tidak stabil akan dapat mengurangi tingkat kepercayaan investor asing terhadap perekonomian Indonesia, yang selanjutnya akan menimbulkan dampak negatif terhadap perdagangan saham di pasar modal dan hal ini akan berimbas pada menurunnya harga saham. ( Nasir, 2010)

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Widayani pada tahun 2010 dengan judul “ Pengaruh ROA, EPS, Current Rasio, DER, dan Inflasi terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di BEI”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh dari ROA, EPS, Current Rasio, DER, dan Inflasi terhadap Harga Saham. Peneliti Menggunakan analisis regresi berganda dimana, ROA dan Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Faisal Matriadi pada tahun 2007 dengan judul “ Pengaruh Financial Leverage dan Tingkat Inflasi Terhadap Harga Saham LQ 45 di BEJ”. Penelitian tersebut bertujuan untuk meneliti secara empiris


(38)

pengaruh variabel makroekonomi yaitu tingkat inflasi dan Financial Leverage

terhadap Harga Saham LQ 45 di BEJ. Hasil penelitian tersebut memberi kesimpulan bahwa Variabel Inflasi berpengaruh negatif terhadap Harga Saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Anri Ayen Pane pada tahun 2009 dengan judul “Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis pengaruh risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi di Bursa Efek Indonesia. Hasil dari penelitian tersebut membuktikan bahwa risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham industri tekstil di BEI. Variabel risiko sistematis yang diukur dengan indeks beta tidak berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham industri tekstil. Variabel nilai tukar mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap harga saham industri tekstil. Variabel suku bunga tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Variabel inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham.

Meilinda melakukan penelitian pada tahun 2012 yang berjudul”Pengaruh Rasio Profitabilitas dan EVA Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Hasil penelitiannya membuktikan bahwa Profitabilitas yang Diukur Dengan ROA Tidak Berpengaruh Signifikan Terhadap Harga Saham.

2.7 Kerangka Konseptual

Inflasi adalah kecenderungan terjadinya peningkatan harga barang dan jasa secara keseluruhan. Jika peningkatan biaya faktor produksi lebih tinggi dari


(39)

peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan, profitabilitas perusahaan akan menurun menyebabkan efek ekuitas menjadi kurang kompetitif sehingga berdampak pada penurunan harga saham di pasar modal. Peningkatan inflasi secara relatif merupakan sinyal negatif bagi pemodal di pasar modal. Inflasi yang semakin tinggi akan mengindikasikan turunnya permintaan uang. Hal ini akan nampak dari pertumbuhan yang rendah pada kegiatan riil yang selanjutnya akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang diharapkan sehingga harga saham menjadi turun (Samsul, 2006:201).

Suku bunga memiliki hubungan negatif terhadap harga saham. Hal ini disebabkan apabila tingkat suku bunga meningkat, orang cenderung untuk menabung daripada menginvestasikan modalnya dengan harapan resiko yang diharapkan lebih kecil dibandingkan bila menginvestasikan modalnya dalam bentuk saham. Tingkat suku bunga yang meningkat bisa juga menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan ataupun deposito (Tandelilin, 2010:103).

Nilai tukar memiliki hubungan negatif terhadap harga saham, yaitu jika nilai tukar mengalami depresiasi (dollar menjadi lebih mahal), maka masyarakat investor lebih cenderung untuk bermain di pasar valuta asing, dengan membeli dollar sebanyak mungkin untuk tujuan spekulatif. Hal ini menyebabkan permintaan akan saham mengalami penurunan (Tandelilin, 2010:344).

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka model kerangka konseptual yang menegaskan pengaruh tingkat


(40)

inflasi, suku bunga, dan nilai tukar terhadap harga saham di tunjukkan pada Gambar 2.1.

Sumber: Tandelilin (2010)

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

2.8 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

“Tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham perusahaan bank BUMN di Bursa Efek Indonesia”.

Tingkat Inflasi (�1)

Suku Bunga (�2)

Nilai Tukar (�3)


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan antar variabel, memberikan deskripsi statistik, menaksir dan meramalkan hasilnya. Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif angka-angka statistik ataupun kode yang dapat dikuantifikasi.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian a) Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melaui media internet dengan

situs

b) Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 sampai dengan bulan Maret 2014.

3.3 Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 2 bagian, yaitu:


(42)

2. Variabel terikat (dependent variable), yaitu harga saham perusahaan bank BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari:

1. Data tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar dalam bulanan pada tahun 2010-2013 yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia.

2. Data harga saham perusahaan bank BUMN di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2013.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel bebas (X) adalah variabel yang nilainya tidak bergantung pada variabel lain. Adapun yang menjadi variabel bebas atau independent variable

dari penelitian ini adalah: 1. Inflasi (�1)

Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Data yang diambil adalah data inflasi bulanan mulai tahun 2010 sampai 2013.

2. Suku Bunga (�2)

Suku Bunga yang digunakan adalah BI Rate. BI Rate sebagai suku bunga acuan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh


(43)

Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Data yang diambil adalah data suku bunga acuan bulanan mulai tahun 2010 sampai 2013.

3. Nilai Tukar (X3)

Pergerakan nilai tukar mata uang umumnya diukur melalui persentase perubahan nilainya selama periode tertentu, seperti dalam satu bulan atau satu tahun. Nilai tukar diukur dari perubahan nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika. Data yang diambil adalah data nilai tukar bulanan mulai tahun 2010 sampai 2013.

b. Variabel Terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi dan nilainya tergantung pada variabel lain. Variabel terikat atau dependent variable yang digunakan adalah harga saham masing-masing perusahaan. Harga saham dihitung dari harga saham penutupan (closing price) pada setiap akhir hari transaksi yang dikalkulasikan menjadi rata-rata harga bulanan dengan menggunakan rumus: Rata-rata harga sahambulanan = ������ ��ℎ�� ℎ�����

����� ���������

3.5 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan bank BUMN yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2013, yang berjumlah 4 (empat) emiten. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel jenuh dimana semua populasi digunakan sebagai sampel yaitu 4 (empat) emiten.

3.6 Jenis Data


(44)

emiten, laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, buku-buku referensi, majalah, internet, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan penelitian.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung dari literatur, jurnal, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia.

3.8 Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik sebagai berikut:

3.8.1 Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas.

3.8.2 Metode Analisis Statistik

Penelitian ini menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar terhadap harga saham bank BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun persamaan regresi yang digunakan, yaitu:


(45)

Yi,t = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan:

Yi,t = Harga saham perusahaan i pada bulan t a = Konstanta

X1 = Tingkat Inflasi X2 = Suku Bunga X3 = Nilai Tukar

b 1 = Koefisien regresi variabel X1 b 2 = Koefisien regresi variabel X2 b3 = Koefisien regresi variabel X3

e = Standard error

3.8.3 Uji Asumsi Klasik

Penulis menggunakan bantuan program software SPSS 16.0 for Windows (Statistic Product & Service Solution) dalam penelitian ini. Sebelum melakukan analisis regresi, agar didapat perkiraan yang efisien dan tidak bisa dilakukan pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Adapun syarat Asumsi Klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi yaitu uji normalitas data populasi. Hasil uji normalitas yang baik adalah bentuk distribusi normal atau mendekati normal. Jika data berdistribusi normal, titik-titik plotnya harus berada


(46)

pada suatu garis lurus. Sedangkan jika titik-titik tersebut membentuk seperti huruf S, maka menunjukkan bahwa data menjulur (skew) (Rochaety et.al, 2009:104). Uji ini juga dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain:

a. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov

Alat uji ini digunakan untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal. Hipotesisnya sebagai berikut:

H0 = data residual berdistribusi normal Ha = data rasidual tidak berdistribusi normal

Dengan menggunakan tingkat signifikan (�) 5%. Jika nilai Asymp.Sig (2

tailed) > taraf nyata (α), maka H0 diterima artinya data residual berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai Asymp.Sig (2 tailed)< taraf nyata (α), maka Ha diterima artinya data residual tidak berdistribusi normal.

Pada pengujian data normal, juga dapat dilakukan pengujian terhadap Data

outlinear. Data outlinear adalah data yang secara nyata berbeda dengan data-data yang lain. Data outlinear bisa terjadi karena kesalahan dalam pemasukan data, kesalahan pada pengambilan sampel dan Keberadaan data-data ekstrim yang tidak bisa dihindarkan. Data outlinear dihilangkan karena dianggap tidak mencerminkan sebaran data yang sesungguhnya. Jika sebuah data outlinear, maka nilai Z yang di dapat lebih besar dari angka +2,5 atau lebih kecil dari angka -2,5 (Santoso, 2005:112).

b. Pendekatan Histogram

Untuk menguji normalitas data dapat dilihat dengan kurva normal. Kurva normal yaitu kurva yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satu diantaranya adalah


(47)

mean, modus, dan median pada tempat yang sama. Ukuran kemiringan puncak kurva ke kiri atau ke kanan dikenal dengan nama “kemiringan kurva” atau “kemencengan kurva” (skewness). Kemencengan suatu kurva distribusi data dapat bertanda positif (arah kanan) dan bertanda negatif (arah kiri).

c. Pendekatan Grafik

Membentuk plot antara nilai-nilai teoritis (sumbu x) melawan nilai-nilai yang didapat dari sampel (sumbu y). Apabila plot dari keduanya berbentuk linier (didekati garis lurus), maka hal ini merupakan indikasi bahwa residual menyebar normal. Bila pola-pola titik yang terletak selain di ujung-ujung plot masih berbentuk linier, meskipun ujung-ujung plot agak menyimpang dari garis lurus, dapat dikatakan bahwa sebaran data adalah menyebar normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Asumsi heteroskedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Salah satu uji untuk mengetahui heteroskedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual pada diagram pencar (scatter plot). Analisis pada gambar scatter plot yang menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat heteroskedastisitas (Nugroho, 2005:63) jika:

a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0 b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja


(48)

c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk bola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

d. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

Uji ini juga dapat dilakukan melalui uji Glejser, yaitu dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Apabila signifikansi > dari taraf nyata 5%, maka dianggap tidak terjadi masalah heteroskedastisitas, dan begitu sebaliknya.

3. Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Gejala autokorelasi dideteksi dengan menggunakan 4 cara namun dalam penelitian ini digunakan cara The Runs

Test. Metode ini diperkenalkan oleh Geary. Keputusan dapat dilihat melalui

melalui nilai Asymp. Sig. (2-tailed). Apabila di atas 5% berarti dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.

4. Uji Multikolinieritas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dikatakan terdapat masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variance


(49)

a. Bila VIF >5 terdapat masalah multikolinieritas b. Bila VIF<5 tidak terdapat masalah multikolinieritas

c. Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas d. Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolinieritas.

3.8.4 Pengujian Hipotesis

Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana � ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji statistiknya berada dalam daerah dimana � diterima. Model pengujian yang dilakukan adalah uji F dan uji t.

1. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

Bentuk pengujiannya adalah:

a. H0: b1=�2=�3=0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar terhadap harga saham.

b. Ha: minimal satu � ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari tingkat inflasi, suku bunga, dan nilai tukar terhadap harga saham. Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig.F > 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan


(50)

dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai sig. F < 0,05 maka Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dan nilai Ftabel. Dimana kriterianya, yaitu:

a. H0 diterima jika Fhitung <

b. Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5% Ftabel pada α = 5%

2. Uji Signifikansi Parsial (uji-t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah:

a. Inflasi

H0 : b1 = 0, artinya inflasi tidak berpengaruh yang signifikan terhadap harga

saham perusahaan bank BUMNdi Bursa Efek Indonesia.

Ha : b1 ≠ 0, artinya inflasi berpengaruh yang signifikan terhadap harga saham

perusahaan bank BUMN di Bursa Efek Indonesia. b. Suku Bunga

H0 : b2 = 0, artinya suku bunga tidak berpengaruh yang signifikan terhadap harga

saham perusahaan bank BUMN di Bursa Efek Indonesia.

Ha : b2 ≠ 0, artinya suku bunga berpengaruh yang signifikan terhadap harga


(51)

c. Nilai Tukar

H0 : b3 = 0, artinya nilai tukar tidak berpengaruh yang signifikan terhadap harga

saham perusahaan bank BUMN di Bursa Efek Indonesia.

Ha : b3 ≠ 0, artinya nilai tukar berpengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan bank BUMN di Bursa Efek Indonesia.

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig. t > 0,05 H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika sig. t < 0,05 Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai thitung juga dapat dibandingkan dengan nilai ttabel. Kriteria pengambilan keputusannya yaitu: 1. H0 diterima jika ttabel < thitung < ttabel pada α = 5%

2. Ha diterima jika thitung > ttabel dan thitung < 3. Koefisien Determinasi (R2)

ttabel pada α = 5%

Koefisien determinasi adalah koefisien nilai yang menunjukkan besarnya variasi variabel terikat (dependent variable) yang dipengaruhi oleh variasi variabel bebas (independent variable). Pengukuran besarnya persentase kebenaran dari uji regresi tersebut dapat dilihat melalui nilai koefisien determinasi multiple

R2 (koefisien determinan mengukur proporsi dari variasi yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas). Apabila nilai R2 suatu regresi (mendekati satu), maka semakin baik regresi tersebut dan semakin mendekati nol, maka variabel independen secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel dependen.

Adjusted R Square ini digunakan untuk melihat berapa besar pengaruh


(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Gambaran Umum Pasar Modal Di Indonesia

Pasar modal Indonesia didirikan pertama kali di Jakarta pada tanggal 14 Desember 1912 oleh pemerintah Hindia Belanda dalam bentuk bursa efek dengan nama Vereniging Voor de Eeffecten Hendel, dan merupakan cabang dari pasar modal negeri Belanda. Pada waktu itu suratsurat berharga yang diperdagangkan terdiri dari saham-saham perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia dan obligasi pemerintah Belanda.Perang Dunia I pada tahun 1914 menyebabkan pasar modal ini ditutup. Pada tahun 1925, Bursa Efek Jakarta kembali diaktifkan. Setelah itu berturut-turut didirikan Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Semarang pada 1 Agustus 1925, tetapi semua bursa efek ditutup kembali akibat Perang Dunia II. Sesudah Indonesia merdeka, pemerintah berusaha untuk membuka kembali bursa efek Indonesia tepatnya pada tanggal 3 Juni 1952 dan penyelenggaraannya diserahkan kepada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE).

Pada saat itu bursa cukup ramai dan keadaan ini berlangsung sampai tahun 1958, karena setelah itu bursa mengalami kelesuan sebagai akibat politik konfrontasi yang dilancarkan oleh pemerintah Indonesia terhadap kolonial Belanda, dan disusul dengan nasionalisasi perusahaan Belanda di Indonesia. Disamping itu, inflasi yang cukup tinggi pada waktu itu menyebabkan iklim pasar


(53)

modal semakin suram. Pada tahun 1967 pasar modal di Indonesia diaktifkan kembali, dengan sebelumnya berdiri BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) dan PT dana reksa pada tahun 1977. Emiten yang pertama kali mencatatkan sahamnya di BEJ adalah PT Semen Cibinong (SMCB). Dari tahun 1977 sampai 1987 hanya tercatat 21 perusahaan yang

go public.

Dalam sejarah pasar modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad 19. Tahun 2007 kembali menjadi tahun penuh berkah bagi investor saham. Kerja keras dan kian tumbuhnya kepercayaan investor atas investasi di pasar modal Indonesia kembali menggoreskan sejarah bagi aktivitas bursa saham dikawasan Asia Pasifik. Pada dasarnya, pasar modal (capital market)

merupakan pasar untuk berbagai intrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri. Instrumen -instrumen keuangan yang diperjualbelikan dipasar modal seperti saham, obligasi, waran, right, obligasi convertible di berbagai produk turunan (derivatif) seperti opsi (putt atau call).

Pasar modal memberikan peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal memberikan dua fungís sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana

(issuer. Dengan adanya pasar modal maka perusahaan publik dapat memperoleh

dana segar masyarakat melelui penjualan efek saham melalui prosedur IPO atau obligasi. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal


(54)

memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik yang dipilih. Jadi diharapkan dengan adanya pasar modal aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dan pada akhirnya memberikan kemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas. Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang-Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. Pada tanggal 10 november 2007, Bursa Efek Surabaya (BES) dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ) berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan Bank BUMNDi Indonesia 1) PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. (BBRI)

Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.

Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas.


(55)

Sampai sekarang PT. BRI (Persero) yang didirikan sejak tahun 1895 tetap konsisten memfokuskan pada pelayanan kepada masyarakat kecil, diantaranya dengan memberikan fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada perkembangan penyaluran KUK (Kredit Usaha Kecil). Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai unit kerja yang terdiri dari 1 Kantor Pusat BRI, 18 Kantor Wilayah, 16 Kantor Inspeksi /SPI, 442 Kantor Cabang (dalam negeri), 545 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 3 kantor perwakilan di luar negeri, 914 Kantor Kas Bayar, 5000 BRI Unit, dan 1778 teras.

Pada tanggal 31 Oktober 2003, BBRI memperoleh pernyataan efektif melalui Bapepam untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BBRI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 3.811.765.000 dengan nilai nominal Rp 500per saham dengan harga penawaran Rp 875 per saham. Setelah IPO BRI dan opsi pemesanan lebih dan opsi penjatahan lebih dilaksanakan oleh Penjamin Pelaksan Emisi, Negara Republik Indonesia memiliki 59,50 % saham di BRI. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 November 2003.

2) PT Bank Mandiri (Persero), Tbk. (BMRI)

Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah -- yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia --


(56)

dilebur menjadi Bank Mandiri, dimana masing-masing bank tersebut memiliki peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia.

Segera setelah merger, Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi secara menyeluruh. Brand Bank Mandiri diimplementasikan ke semua jaringan dan seluruh kegiatan periklanan dan promosi lainnya. Salah satu prestasi Bank Mandiri yang paling signifikan adalah dengan mengganti platform teknologinya secara menyeluruh. Bank Mandiri mewarisi total 9core banking system yang berbeda dari 4 bank pendahulunya. Bank Mandiri segera berinvestasi untuk mengkonsolidasikan sistem-sistem dari platform yang terkuat.

Bank Mandiri listing pada tanggal 14 Juli 2003. Sejalan dengan transformasi bisnis, Bank Mandiri juga melakukan transformasi budaya dengan merumuskan kembali nilai nilai budaya untuk menjadi pedoman kerja pegawai. Bank Mandiri juga berhasil mencatat sejarah dalam peningkatan kualitas layanan, yaitu menjadi service leaderperbankan nasional dengan menempati urutan pertama pelayanan prima selama empat tahun berturut-turut (tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010) berdasarkan survey Marketing Research Indonesia (MRI). Selain itu, Bank Mandiri juga mendapat apresiasi dari berbagai pihak dalam penerapan Good Corporate Governance. Peningkatan kinerja Bank Mandiri mendapatkan respon positif oleh investor, tercermin dari meningkatnya harga saham Bank Mandiri secara signifikan dari posisi terendah Rp 1.110 per lembar saham pada 16 November 2005 menjadi Rp 6.300,- per lembar saham pada 30 September 2011 atau meningkat 33,6% per tahunnya.


(57)

3) PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. (BBNI)

Sejak awal didirikan pada tanggal 5 Juli 1946, sebagai Bank Pertama yang secara resmi dimiliki Negara RI, BNI merupakan pelopor terciptanya berbagai produk & layanan jasa perbankan. BNI terus memperluas perannya, tidak hanya terbatas sebagai bank pembangunan, tetapi juga ikut melayani kebutuhan transaksi perbankan masyarakat umum dengan berbagi segmentasinya, mulai dari Bank Terapung, Bank Sarinah (bank khusus perempuan) sampai dengan Bank Bocah khusus untuk anak-anak.

Seiring dengan pertambahan usianya yang memasuki 67 tahun, BNI tetap kokoh berdiri dan siap bersaing di industri perbankan yang semakin kompetitif. Dengan semangat “Tak Henti Berkarya” BNI akan terus berinovasi dan berkreasi, tidak hanya terbatas pada penciptaan produk & layanan perbankan, bahkan lebih dari itu BNI juga bertekad untuk menciptakan “value” pada setiap karyanya.”

Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional. Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai


(58)

bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri.

Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional. Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai 'BNI 46'. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat - 'Bank BNI' - ditetapkan bersamaan dengan perubahaan identitas perusahaan tahun 1988. Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadiperusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996. Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan, sosial-budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus-menerus.

Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan 'Bank BNI' dipersingkat menjadi 'BNI', sedangkan tahun pendirian - '46' - digunakan dalam logo perusahaan untuk


(59)

meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada akhir tahun 2012, Pemerintah Republik Indonesia memegang 60% saham BNI, sementara sisanya 40% dimiliki oleh pemegang saham publik baik individu maupun institusi, domestik dan asing. Saat ini, BNI adalah bank terbesar ke-4 di Indonesia berdasarkan total aset. Pada akhir tahun 2012, BNI memiliki total asset sebesar Rp333,3 triliun.

4) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN)

Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 memberikan inspirasi kepada Bapak Darmosoetanto untuk memprakarsai pengambilalihan Tyokin

Kyoku dari pemerintah Jepang ke pemerintah RI dan terjadilah penggantian nama

menjadi Kantor Tabungan Pos. tugas pertamanya adalah melakukan penukaran mata uang Jepang dengan ORI, tetapi kegiatannya tidak berumur panjang karena agresi belanda (Desember 1946) mengakibatkan duduknya semua kantor termasuk kantor cabang dari Kantor Tabungan Pos sampai tahun 1949. Kantor Tabungan Pos dibuka kembali tahun 1949, dan nama Kantor Tabungan Pos diganti menjadi Bank Tabungan RI.

Banyak kejadian bernilai sejarah sejak 1950, tetapi yang terpenting bagi sejarah Bank Tabungan Negara (BTN) adalah dikeluarkannya UU darurat No. 9 Tahun 1950 Tanggal 9 Februari 1950 yang mengubah nama “Posts Paar Bank

Indonesia” berdasarkan Staasbalt No. 295 Tahun 1941 menjadi Bank Tabungan

Pos dan memidahkan induk kementrian keuangan dibawah menteri urusan Bank Central. Tanggal 9 Februari 1950 ditetapkan sebagai hari dan tanggal BTN. Nama Bank Tabungan Pos menurut UU darurat tersebut dikukuhkan dengan UU No. 36


(60)

Tahun 1953. Perubahan nama dari Bank Tabungan Pos menjadi BTN didasarkan pada Perpu No.4 Tahun 1964 tanggal 23 Juni 1963 yang kemudian dikuatkan dengan UU No. 2 Tahun 1964 tanggal 25 Mei 1964.

Penegasan status BTN sebagai Bank Tabungan milik negara ditetapkan dengan UU No. 20 tahun 1968 tanggal 19 Desember 1968 yang sebelumnya (sejak tahun 1964). Bentuk hukum BTN mengalami perubahan lagi pada tahun 1992 yaitu dengan dikeluarkannya PP No. 24 tahun 1992 tanggan 29 April 1992 yang merupakan pelaksanaan dari UU No. 7 Tahun 1992 bentuk hukum Bank Tabungan Negara berubah menjadi Perseroan. Sejak nama Bank Tabungan Negara menjadi PT Bank Tabungan Negara (Persero) dengan call name Bank BTN (Persero). Berdasarkan kajian konsultan independent, Price Water House

Coopers, pemerintah melalui menteri BUMN dalam surat No. 5 –

544/MMBU/2002 memutuskan Bank BTN (Persero) sebagai Bank umum dengan fokus bisnis pembiayaan perumahan tanpa subsidi.

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah suatu analisis dimana data yang dikumpulkan dan digolongkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas. Hasil estimasi variabel-variabel dalam peneltian ini adalah sebagai berikut:


(1)

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI)

Periode

Tahun

2010

2011

2012

2013

Januari

1.930

3.225

3.625

3.925

Februari

1.910

3.550

3.775

4.600

Maret

2.275

3.975

4.000

5.050

April

2.600

4.050

4.025

5.400

Mei

2.500

3.875

3.700

4.875

Juni

2.350

3.875

3.825

4.300

Juli

3.025

4.450

3.975

4.275

Agustus

3.475

4.125

3.725

3.850

September

3.675

3.725

3.925

4.075

Oktober

3.900

4.025

3.850

4.800

November

4.050

3.800

3.700

4.100

Desember

3.875

3.800

3.750

3.925

Rata-rata

2.963

3.875

3.822

4.431

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN)

Periode

Tahun

2010

2011

2012

2013

Januari

1.060

1.330

1.200

1.620

Februari

1.060

1.330

1.220

1.630

Maret

1.330

1.680

1.200

1.700

April

1.550

1.710

1.380

1.490

Mei

1.360

1.660

1.200

1.420

Juni

1.700

1.690

1.290

1.150

Juli

1.950

1.700

1.370

1.040

Agustus

1.810

1.560

1.310

950

September

1.820

1.210

1.440

930

Oktober

1.990

1.440

1.520

970

November

1.750

1.250

1.610

970

Desember

1.640

1.210

1.470

900


(2)

Lampiran 3

HASIL PENGOLAHAN SPSS


(3)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 40

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .06193652

Most Extreme Differences Absolute .068

Positive .068

Negative -.048

Kolmogorov-Smirnov Z .428

Asymp. Sig. (2-tailed) .993


(4)

Hasil Uji Glejser

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .748 .709 1.055 .298

LnInflasi .008 .031 .062 .276 .784

LnS.Bunga .140 .085 .333 1.644 .109

LnN.Tukar -.106 .078 -.244 -1.355 .184

a. Dependent Variable: Absut

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -.00185

Cases < Test Value 20

Cases >= Test Value 20

Total Cases 40

Number of Runs 15

Z -1.762

Asymp. Sig. (2-tailed) .078

a. Median Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 9.733 1.359 7.164 .000

LnInflasi .444 .058 .437 7.599 .000 .484 2.067

LnS.Bunga -3.754 .163 -1.205 -23.083 .000 .588 1.701


(5)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 9.733 1.359 7.164 .000

LnInflasi .444 .058 .437 7.599 .000 .484 2.067

LnS.Bunga -3.754 .163 -1.205 -23.083 .000 .588 1.701

LnN.Tukar .553 .150 .172 3.688 .001 .740 1.351

a. Dependent Variable: LnH.Saham

ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 9.733 1.359 7.164 .000

LnInflasi .444 .058 .437 7.599 .000

LnS.Bunga -3.754 .163 -1.205 -23.083 .000

LnN.Tukar .553 .150 .172 3.688 .001

a. Dependent Variable: LnH.Saham

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.444 3 .815 195.991 .000a

Residual .150 36 .004

Total 2.593 39

a. Predictors: (Constant), LnN.Tukar, LnS.Bunga, LnInflasi b. Dependent Variable: LnH.Saham

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.


(6)

1 (Constant) 9.733 1.359 7.164 .000

LnInflasi .444 .058 .437 7.599 .000

LnS.Bunga -3.754 .163 -1.205 -23.083 .000

LnN.Tukar .553 .150 .172 3.688 .001

a. Dependent Variable: LnH.Saham

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .971a .942 .937 .06447

a. Predictors: (Constant), LnN.Tukar, LnS.Bunga, LnInflasi b. Dependent Variable: LnH.Saham


Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga, Dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Perusahaan Properti Dan Real Estat Di Bursa Efek Indonesia

7 96 143

Pengaruh Tingkat Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Nilai Tukar Rupiah, Dan Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia

1 37 92

Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Harga Saham pada Industri Rokok di Bursa Efek Indonesia

8 118 91

Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga,Dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia

0 42 84

PENGARUH INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN NILAI TUKAR DOLLAR TERHADAP HARGA SAHAM PROPERTI YANG Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI Dan Nilai Tukar Dollar Terhadap Harga Saham Properti Yang Terdaftar Dalam LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 13

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN.

0 1 8

ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP HARGA SAHAM PT GURANG GARAM ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP HARGA SAHAM PT GURANG GARAM Tbk di BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 7

ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI, DAN NILAI TUKAR TERHADAP HARGA SAHAM PT. GUDANG GARAM Tbk. ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI, DAN NILAI TUKAR TERHADAP HARGA SAHAM PT. GUDANG GARAM Tbk. DI BURSA EFEK JAKARTA.

0 1 11

Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga, Dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Perusahaan Properti Dan Real Estat Di Bursa Efek Indonesia

0 1 12

Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga, Dan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Perusahaan Properti Dan Real Estat Di Bursa Efek Indonesia

1 7 10