Protein berguna bagi tubuh sebagai zat pembangun atau pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh seperti penggatur serta mempertahankan daya tahan tubuh
terhadap serangan penyakit. Disamping itu juga sebagai sumber energi dalam keadaan kurang energi dari karbohidrat dan lemak. Karena adanya fungsi yang
terakhir ini maka penentuan kecukupan protein dilakukan pada saat kecukupan energi terpenuhi Hardinsyah dan Martianto,1998.
Penilaian untuk mengetahui tingkat kecukupan zat gizi dilakukan dengan membandingkan antar konsumsi zat gizi aktual nyata dengan kecukupan gizi yang
dianjurkan. Hasil perhitungan kemudian dinyatakan dalam persen. Secara umum tingkat kecukupan dirumuskan sebagai berikut Hardinsyah dan Briawan, 1994 :
Tingkat Kecukupan Gizi = Kecukupan Zat Gizi Aktual
AKG x 100
Angka kecukupan gizi adalah tarap konsumsi zat-zat gizi esensial yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir
semua orang sehat. Namun, kecukupan ini digunakan untuk berbagai keperluan yang sipatnya menyangkut populasi seperti merencanakan dan menyediakan suplai pangan
untuk penduduk atau kelompok penduduk Almatsier, 2006.
2.4.6. Asupan Energi
Energi bukanlah zat gizi. Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk
metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan fisik. Kelebihan energi
Universitas Sumatera Utara
disimpan dalam cadangan energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka panjang Hardinsyah dan Tambunan, 2004.
Energi dibutuhkan tubuh untuk metabolisme basal sebesar 60-70 dari kebutuhan energi total. Kebutuhan energi untuk metabolisme adalah kebutuhan
energi minimum dalam keadaan istirahat total tetapi tidur dilingkungan suhu yang nyaman dan suasana tenang. Selain itu energi juga diperlukan untuk fungsi tubuh lain
seperti mencerna, mengoleh, dan menyerap makanan dalam alat pencernaan, serta untuk bergerak, berjalan, bekerja, dan beraktivitas lainya. Suekirman, 2000.
Pangan sumber energi adalah pangan sumber lemak, karbohidrat dan Protein. Pangan sumber energi yang kaya lemak antara lain lemakgajih dan minyak, buah
berlemak seperti alpukat, biji berminyak, santan, coklat, kacang-kacangan dengan kadar air rendah dan aneka pangan produk turunanya. Pangan Sumber energi yang
kaya karbohidrat antara lain beras, jagung, oat, cerelia lainya, umbi-umbian, tepung, gula madu, buah dengan kadar air rendah pisang, kurma dan lain-lain dan aneka
pruduk turunanya. Pangan sumber energi yang kaya protein antara lain daging, ikan, telur, susu, dan aneka produk turunanya Hardinsyah dan Tambunan, 2004. Namun
demikian, bukan hanya jumlahnya harus mencukupi, tetapi keanekaragaman pangan sumber energi yang dikonsumsi tidaklah kala pentingnya. Menurut Hardinsyah dalam
Tambunan 2004 secara umum pola pangan yang baik adalah bila perbandingan karbohidrat, protein dan lemak adalah 50-60 :10-20 :20-30.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2.Angka Kecukupan Energi dan Protein untuk Umur 18 Tahun Keatas Umur
Jenis kelamin Energi
Protein
18-29 tahun Laki-laki
2550 kkal 60 gram
18-29 tahun Perempuan
1900 kkal 50 gram
Sumber : WNPG, 2004 Tingkat kecukupan energi di kategorikan berdasarkan Depkes 1996 menjadi
deficit berat 70 AKG, Deficit tingkat sedang 70 –79 AKG, Deficit tingkat ringan 80 -89 AKG, normal 90 –119 dan lebih
≥120. Depkes, 1996. 2.4.7. Asupan Protein
Kekurangan protein umumnya banyak terdapat pada masyarakat dengan golongan sosial ekonomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat
menyebabkan kwashiorhor pada anak-anak dibawah lima tahun, namun deficit protein dalam jangka lama dapat mengakibatkan ketidakseimbangan Almatsier,
2006. Protein merupakan zat gizi penghasil energi yang tidak berperan sebagai
sumber energi, tetapi berfungsi untuk mengganti jaringan dan sel tubuh yang rusak. Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh karena
berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh, zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam amino yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Protein
dapat digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan energi tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. AKP remaja berkisar antara 88,3 - 129,6, dan remaja
yang mengkonsumsi dibawah kebutuhan minimal sebanyak 35,6. Kekurangan protein dapat menyebabkan gangguan pada asupan dan transportasi zat-zat gizi.
Universitas Sumatera Utara
Asupan protein yang lebih, maka protein akan mengalami deaminase, kemudian nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon akan diubah menjadi
lemak dan disimpan dalam tubuh. Oleh karena itu konsumsi protein secara berlebihan dapat menyebabkan kegemukan.
Ditinjau dari aspek mutu gizi, ketergantungan yang tinggi dari protein nabati kurang baik, karena kurang lengkapnya asam amino esensial protein nabati.
Penduduk dengan pola konsumsi pangan tinggi serealla dan kurang beragam, serta konsumsi pangan hewani rendah seperti di Indonesia umumnya mengalami depisit
asam amino dalam menu makanannya. Lima asam amino esensial yang sering defisit dalam pola konsumsi di Indonesia adalah adalah : lisin, treonin, triptopan dan
asamamino yang mengandung sulfur yaitu sistin. Hal tersebut menjadi masalah karena kurang lengkapan asam amino esensial dalam pangan akan menyebabkan
mutu cerna dan daya manfaat protein yang dikonsumsi menjadi rendah Muhilal et.al. 1993. Disamping itu ,sisa-sisa racun dari protein nabati yang dikeluarkan oleh
ginjal lebih banyak daripada protein hewani, sehingga lebih memberatkan kerja ginjal.
Kecukupan protein akan dapat terpenuhi apabila kecukupan energi telah terpenuhi karena sebanyak apapun protein akan dibakar menjadi panas dan tenaga
apabila cadangan energi masih di bawah kebutuhan. Kekurangan protein yang terus menerus akan menimbulkan gejala yaitu pertumbuhan kurang baik, daya tahan tubuh
menurun, rentan terhadap penyakit, daya kreatifitas dan daya kerja merosot, mental
Universitas Sumatera Utara
lemah dan lain-lain. Tingkat kecukupan asupan protein akan mempengaruhi status gizi. Almatsier, 2006.
Sumber-sumber protein diperoleh dari bahan makanan berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik,
dalam jumlah maupun mutunya, seperti: telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Akan tetapi harga pangan hewani relatif mahal, sehingga hanya 18,4 rata-rata
penduduk Indonesia yang mengkonsumsi protein. Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat yang sosial ekonominya rendah. Penyebabnya
kemungkinan karena kurang memiliki pengetahuan atau sumber daya yang diperlukan untuk memberikan lingkungan yang aman, Menstimulasi, dan kaya gizi
yang membantu perkembangan optimal. Almatsier, 2008. Masalah gizi tersebut dapat menimbulkan masalah pembangunan di masa
akan datang. Peningkatan taraf kesehatan dan kecerdasan serta pembangunan dapat tercapai dengan dilakukan partisipasi aktif dari masyarakat dan diarahkan terutama
pada golongan masyarakat yang mempunyai status sosial ekonomi rendah.
2.4.8. Faktor-faktor yang Memengaruhi Asupan Energi dan Protein