Hubungan Penerapan Pedoman Gizi Seimbang dengan Status Gizi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarat Tahun 2014

(1)

KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2014

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh: ZAKIAH 107101001778

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/ 2014 M


(2)

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.


(3)

iii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, Juli 2014

Zakiah, NIM: 107101001778

HUBUNGAN PENERAPAN PEDOMAN GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2014 xix + 109 halaman, 19 tabel, 3 bagan, 2 gambar, 3 lampiran

ABSTRAK

Keadaan gizi yang normal sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik optimal. Untuk menjaga keadaan gizi yang normal dan mencegah kekurangan gizi dan kelebihan gizi, diperlukan pemahaman dan praktik pola hidup sehat antara lain dengan pola makan berprinsip gizi seimbang. Sebagai penyampai informasi dan promosi kesehatan, mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diharap mampu menerapkan prinsip gizi seimbang dengan baik. Namun, dari penelitian terdahulu didapat mahasiswa FKIK memiliki status gizi tidak normal dan pola gizi tidak seimbang.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan penerapan pedoman gizi seimbang dengan status gizi pada mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 dengan menggunakaan desain studi cross sectional dengan 155 sampel.

Hasil analisa univariat menunjukkan tejadinya dua masalah gizi pada mahasiswa FKIK, yaitu 16.8% mengalami status gizi kurang dan 23.2 % mengalami status gizi lebih. Diketahui juga bahwa 100% mahasiswa FKIK memiliki kebiasaan makan yang tidak sesuai pedoman gizi seimbang dimana 100% mahasiswa memiliki kebiasaan konsumsi sayur dan buah yang kurang, 38.1% kurang menerapkan pola hidup bersih dengan baik, 39.4% memiliki pola aktivitas fisik yang kurang dan 80.6 % tidak melakukan pemantaun berat badan normal. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel-variabel tersebut dengan status gizi.

Walaupun didapatkan hasil yang tidak berhubungan, akan tetapi masalah gizi yang ada pada mahasiswa FKIK harus tetap diperhatikan. Sehingga disarankan bagi mahasiswa yang memiliki berat badan kurang dan lebih untuk memperbaiki status gizinya menjadi normal melalui perbaikan kebiasaan makan makanan yang beragam dengan memperhatikan konsumsi makanan pokok, lauk, pauk, sayur dan buah, pola hidup bersih yang baik, aktifitas fisik yang sesuai dengan konsumsi makanan dan pemantauan berat badan secara teratur, serta untuk mahasiswa yang memiliki berat badan normal diharapkan dapat mempertahankan status gizinya.


(4)

iv

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH PROGRAM Thesis, July 2014

Zakiah, NIM: 107101001778

ASSOCIATION BETWEEN APPLICATION OF BALANCED NUTRITION GUIDELINES WITH NUTRITIONAL STATUS OF STUDENTS FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES IN JAKARTA UIN SYARIF

HIDAYATULLAH 2014

xix + 109 pages, 19 tables, 3 charts, 2 images, 3 attachments ABSTRACT

Normal nutritional status is essential for optimal growth and physical development. To maintain a normal nutritional status and prevent malnutrition and overnutrition, necessary understanding and practice a healthy lifestyle including diet with balanced nutrition principled. As a transmitter of information and health promotion, students of the Faculty of Medicine and Health Sciences (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta expected to be able to apply the principles of a well balanced nutrition. However, previous research has obtained student FKIK abnormal nutritional status and patterns of unbalanced nutrition.

This study was conducted to determine association between application of balanced nutrition guidelines with nutritional status of FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014 using a cross-sectional study design with 155 samples.

Results of univariate analysis showed the occurrence of two nutritional problems in FKIK students, 16.8% had underweight and 23.2% had overweight. Also note, 100% of students FKIK have eating habits that are not in accordance with the guidelines for balanced nutrition, which 100% of students have a habit of less fruit and vegetable consumption, 38.1% did not implement a clean life well, 39.4% had less physical activity patterns and 80.6% did not perform monitoring of normal weight. Bivariate analysis results showed no significant relationship between these variables and nutritional status.

Although the results obtained were not related, but the nutritional problems that exist in FKIK students should still be noted. So it is recommended for students who underweight and underweight to improve their nutritional to normal through improvement of eating habits with regard consumption of staple foods, meat group foods, beans group foods, vegetables and fruits, a good clean lifestyle, physical activity according to consumption food and regular monitoring of body weight, as well as to students who have a normal weight are expected to maintain their nutritional status. Refenreces list: 51 (1999-2014)


(5)

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi

HUBUNGAN PENERAPAN PEDOMAN GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2014

Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Zakiah NIM. 107101001778

Jakarta, 21 Juli 2014


(6)

vi

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi dengan judul HUBUNGAN PENERAPAN PEDOMAN GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2014 telah diajukan dalam sidang ujian skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 4 Juli 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).


(7)

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Zakiah Jenis kelamin : Perempuan

Tempat tanggal lahir : Suak Timah, 21 Maret 1898 Warganegara : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Dusun Tgk. Blang Desa Mane Tunong Krueng Mane Kec.Muara Batu Kab.Aceh Utara Prov. Aceh

Telepon : 0852 6002 7565

Email : kya_syadee@ymail.com / kya.syadee@gmail.com

Pendidikan Formal:

1995-2001 : MIN Muara Batu, Aceh Utara 2001-2004 : MTsN Model Gandapura, Bireun

2004-2007 : MA Jeumala Amal, Lueng Putu, Pidie Jaya

2007-2014 : Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah−Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi berjudul “Hubungan Penerapan Pedoman Gizi Seimbang dengan Status Gizi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014”. Shalawat dan salam juga tercurah bagi junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.

Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayah dan Ummi tercinta yang selalu menjadi semangat dan menaburkan doa-doa di setiap langkah putra-putrinya.

2. Bapak Prof. Dr. dr. Hc. M. K. Tadjudin Spd. Md. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

3. Ibu Febrianti, SP, M.Si, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat dan dosen pembimbing pertama saya yang senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya kepada penulis selama penyusunan laporan skripsi ini. Terimakasih ibu telah membimbing Kya dengan sabar dan mengingatkan Kya saat Kya menghilang.

4. Ibu Catur Rosidati, MKM, selaku dosen pembimbing kedua saya, yang juga senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya kepada penulis selama penyusunan laporan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat, yang telah memberikan ilmu yang sangat berguna khususnya bagi penulis dan mahasiswa Kesehatan Masyarakat pada umumnya.

6. Bapak-bapak pembina Penerima Beasiswa Santri Berprestasi Kementrian Agama RI yang senantiasa membina dan membimbing Kya sejak matrikulasi hingga menyelesaikan studi ini.


(9)

ix

7. Bapak dan Ibu Guru TK Malahayati, SD Tanjong Mesjid, MIN Muara Batu dan MTsN Gandapura, serta Ustadh dan Ustadhah Jeumala Amal yang telah mengantar Kya langkah demi langkah hingga Kya sampai di perguruan tinggi.

8. Adik-adikku tercinta, Zikriah dan Zia Ulhaq yang tidak pernah lelah mengingatkan saat kakaknya lalai dan malas. Makasi Ki, Dek Gam.

9. Keluarga besar tercinta yang selalu menjadi bara dan pemanas agar skripsi ini segera terwujud, khususnya sepupu terbaik, Dek Bit.

10. Sahabat-sahabat OPUS yang senantiasa memberi samangat, khusus para “veteran” yang berjuang hingga titik penghabisan bersama-sama, dan Ami yang selalu kami bebani menjadi pembimbing ketiga kami.

11. Sahabat Jeumala Amal tercinta Nora, Dila, Vida, Mini, Rahma dan Yoyon, maaf Kya baru nyusul sekarang dan terimakasih atas dukungan dan dorongan kalian selama ini. 12. Teman-teman kos tercinta Ocha, Berril, Mb Rani, Icut, Ainul dan Nurul, makasi udah

ngomporin Kya buat selesai :D

13. Tak lupa, untuk adik-adik PSKM, PSPD dan PSIK angkatan 2011-2013 yang telah meluangkan waktunya untuk menjadi reponden dalam penelitian ini. Terimakasih banyak.

Akhirnya penulis berharap semoga laporan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua khususnya penulis.

هت اك رب و ه ا ةمحرو مكي ع اسل ا و

Ciputat, Juli 2014


(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN... ii

ABSTRAK ... iii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... v

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR GAMBAR... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Pertanyaan Penelitian... 6

1.4. Tujuan Penelitian... 8

1.4.1. Tujuan umum ... 8

1.5.2. Tujuan khusus... 8


(11)

xi

1.5.1. Bagi peneliti... 9

1.5.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ... 10

1.5.3. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ... 10

1.6. Ruang Lingkup Penelitian... 11

1.6. Keaslian Penelitian... 11

BAB II TINJAUAN PUSATAKA ... 13

2.1. Status Gizi ... 13

2.1.1. Definisi status gizi ... 13

2.1.2. Penilaian status gizi ... 13

2.2. Gizi Seimbang ... 20

2.3. Prinsip Gizi Seimbang ... 22

2.3.1. Kebiasaan makan makanan beraneka ragam... 22

2.3.2. Pola hidup bersih ... 34

2.3.3. Aktivitas fisik ... 37

2.3.4.Pemantauan Berat Badan Normal... 42

2.4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi pada Remaja Akhir... 42

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 53

3.1. Kerangka Konsep ... 53

3.2. Definisi Operasional ... 56

3.2.1. Variabel Dependen ... 56


(12)

xii

3.3. Hipotesis ... 58

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 59

4.1. Desain Penelitian ... 59

4.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 60

4.3. Populasi dan Sampel... 60

4.4. Teknik Sampling (Cara Pengambilan Sampel)... 62

4.5. Instrumen Penelitian ... 63

4.6. Pengumpulan Data... 67

4.7. Pengolahan Data ... 70

4.8 Analisa Data ... 73

BAB V HASIL PENELITIAN... 75

5.2. Analisis Univariat... 75

5.2.1. Gambaran status gizi... 75

5.2.2. Gambaran kebiasaan makan makanan beragam... 76

5.2.3. Gambaran pola hidup bersih... 78

5.2.4. Gambaran aktivitas fisik... 79

5.2.5. Gambaran pemantauan berat badan normal... 79

5.3. Analisis Bivariat... 80

5.3.1. Hubungan kebiasaan makan makanan beragam dengan status gizi... 80

5.3.2. Hubungan pola hidup bersih dengan status gizi... 83


(13)

xiii

5.3.4. Hubungan pemantauan berat badan normal dengan

status gizi... 85

BAB VI PEMBAHASAN ... 87

6.1 Keterbatasan penelitian ... 87

6.2. Gambaran status gizi... 88

6.3. Hubungan kebiasaan makan makanan beragam dengan status gizi... 90

6.4. Hubungan pola hidup bersih dengan status gizi... 94

6.5. Hubungan aktivitas fisik dengan status gizi... 95

6.6. Hubungan pemantauan berat badan normal dengan status gizi... 97

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

7.1. Kesimpulan ... 100

7.2. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104 LAMPIRAN


(14)

xiv

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh 19 Tabel 2.2 Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT/U 19 Tabel 2.3 Angka Kecukupan Gizi 2013 bagi Orang Indonesia 26 Tabel 2.4 Anjuran Makanan Rata-rata Satu Hari Usia Remaja 16-18 tahun 29 Tabel 2.5 Anjuran Makanan Rata-rata Satu Hari Usia Dewasa 19-29

tahun

29 Tabel 2.6 Klasifikasi Aktivitas Fisik berdasarkan Intensitasnya 40 Tabel 4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Variabel Pola Hidup

Bersih

65

Tabel 5.1 Gambaran Distribusi Frekuensi Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014

75

Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Makanan Pokok pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014

76

Tabel 5.3 Gambaran Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Lauk pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014.


(15)

xv

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014.

Tabel 5.5 Gambaran Distribusi Frekuensi Pola Hidup Bersih pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014

78

Tabel 5.6 Gambaran Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014

79

Tabel 5.7 Gambaran Distribusi Frekuensi Pemantauan Berat Badan Normal pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014

80

Tabel 5.8 Hubungan antara Kebiasaan Makan Makanan Pokok dengan Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014


(16)

xvi

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014

Tabel 5.10 Hubungan antara Pola Hidup Bersih dengan Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014

83

Tabel 5.11 Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014

84

Tabel 5.12 Hubungan antara Pemantauan Berat Badan Normal dengan Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014


(17)

xvii

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

Bagan 2.1. Kerangka Teori 52

Bagan 3.1 Kerangka Konsep 55


(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

Gambar2.1 Tumpeng-Bentuk Visual Gizi Seimbang Indonesia (Kemenkes, 2014)

22


(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Kuesioner Kebiasaan Makan –Food Recall 3 x 24 jam Lampiran 3 Output Analisa Univariat dan Bivariat


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keadaan gizi yang baik akan meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat. Keadaan gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bagi bayi, anak-anak, remaja dan semua kelompok umur. Sedangkan gizi yang tidak optimal dengan kesehatan yang buruk (Kemenkes, 2014).

Masalah gizi kurang atau kekurusan pada dewasa akan meningkatkan resiko kejadian penyakit infeksi, depresi, anemia, diare, mudah letih dan produktifitas berkurang (Supariasa, 2002). Pada wanita, ibu hamil yang kekurangan gizi memberi kontribusi terhadap tingginya angka berat bayi lahir rendah (BBLR) yaitu berat lahir rendah di bawah 2500 gram yang diperkirakan ada 350. 000 bayi setiap tahun, dan Berakibat meningkatkan angka kematian balita setiap tahunnya (Depkes, 2006).

Adapun kelebihan gizi–ditandai dengan kelebihan berat badan dan obesitas- beresiko terkena berbagai penyakit kronis/ degeneratif, seperti diabetes tipe, tekanan datah tinggi (hipertensi), penyakit jantung, stroke, penyakit asam urat (gout) dan beberapa jenis kanker (Kurniasih et al, 2010). Gizi lebih dan obesitas meningkatkan risiko kematian untuk semua penyebab kematian. Orang yang mempunyai berat badan 40 persen lebih berat dari berat badan rata-rata populasi mempunyai risiko kematian 2 kali lebih besar dibandingkan orang dengan berat badan rata-rata (Lew & Garfinkel, 1979 dalam Hadi, 2005). Kenaikan mortalitas diantara penderita obesitas


(21)

merupakan akibat dari beberapa penyakit yang mengancam kehidupan seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, penyakit kandung kemih, kanker gastrointestinal dan kanker yang sensitif terhadap perubahan hormon. Orang obesitas juga mempunyai risiko yang lebih besar untuk menderita beberapa masalah kesehatan seperti back pain, arthritis, infertilitas, dan fungsi psikososial yang menurun (WHO, 2000 dalam Sudikno, 2010).

Indonesia dihadapkan pada kedua masalah gizi tersebut. Penyakit infeksi seperti Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), diare, dan campak masih merupakan 10 penyakit utama dan masih menjadi penyebab utama kematian dan tingginya angka kesakitan dan kematian Ibu dan Anak Balita di Indonesia sangat berkaitan dengan buruknya status gizi. Dan dibeberapa daerah lain atau pada sekelompok masyarakat Indonesia yang lain terutama di kota-kota besar, masalah kesehatan masyarakat utama justru dipicu dengan adanya kelebihan gizi (Hadi, 2005)

Berdasarkan Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013 (Kemenkes, 2013) diketahui bahwa pada semua kelompok umur - balita, anak (5-18 tahun) dan dewasa (18 tahun keatas)- dan jenis kelamin di Indonesia mengalami masalah gizi kurang dan lebih. Pada kelompok umur balita berdasarkan nilai Zscore, prevalensi balita kurus dan sangat kurus sebanyak 12.1 persen dan prevalensi balita gemuk sebanyak 11.9 persen. Pada usia anak usia 5–12 tahun, 13–15tahun dan 16–18 tahun berdasarkan IMT/U masing 11.2 persen, 11,1 persen dan 11,1 persen mengalami kekurusan serta 18.8 persen, 10.8 persen dan 7,3 persen mengalami kegemukan. Pada penduduk usia di atas 18 tahun pada penilaian menggunakan indeks massa


(22)

tubuh (IMT) menunjukkan terjadinya kekurusan sebanyak 8.7 persen, berat badan lebih 13.5 persen dan obesitas 15.4 persen.

Menurut Kurniasih, et al (2010), penyebab utama kekurangan dan kelebihan gizi muncul karena pola makan bergizi tidak seimbang. Kekurangan gizi terjadi akibat asupan gizi di bawah kebutuhan, sedangkan kelebihan gizi muncul karena asupan gizi melebihi kebutuhan. Selain kurangnnya asupan gizi, kekurangan gizi dapat terjadi akibat buruknya sanitasi lingkungan dan kebersihan diri yang memudahkan timbulnya penyakit infeksi, khususnya diare dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Adapun kelebihan gizi terjadi, terutama karena pola makan yang padat energi (kalori) dan melebihi kebutuhan untuk beraktivitas sehingga menimbulkan kegemukan akibat kelebihan energi. Berdasarkan Kemenkes (2013), proporsi penduduk Indonesia dengan aktivitas fisik tergolong kurang aktif secara umum mencapai 26,1 persen dengan pola konsumsi yang tidak seimbang, proporsi perilaku konsumsi kurang sayur dan atau buah 93,5 persen dan perilaku konsumsi makanan berisiko pada penduduk umur ≥10 tahun paling banyak konsumsi bumbu penyedap (77,3%), diikuti makanan dan minuman manis (53,1%), dan makanan berlemak (40,7%).

Untuk mencegah kekurangan dan kelebihan gizi, diperlukan pemahaman dan praktik pola hidup sehat antara lain dengan pola makan berprinsip gizi seimbang. Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip 1) keanekaragaman atau variasi makanan, 2) kebersihan, 3) aktivitas fisik dan 4) berat badan normal (Kurniasih et al, 2010; Kemenkes, 2014). Penerapan prinsip


(23)

gizi seimbang diharapkan dapat meningkatkan status gizi mereka dan mencapai status gizi optimal (Bappenas, 2011). Untuk meningkatkan kesadaran gizi masyarakat dalam penerapan gizi seimbang secara terpadu dan terencana dari pengetahuan, sikap dan perilaku melalui kerjasama dan kontribusi para pemangku kepentingan baik pemerintah, swasta maupun masyarakat demi tercapainya manusia Indonesia yang prima (Kemenkes, 2012).

Dalam hal ini, mahasiswa Fakultas Kedokeran dan Ilmu Kesehatan yang teah dibekali ilmu kesehatan dan selanjutnya menjadi sumber dan penyampai edukasi dan informasi kepada masyarakat untuk tujuan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pedoman gizi seimbang, seharusnya telah mampu menerapkan pedoman gizi seimbang dalam kehidupan kesehariannya. Namun, hasil penelitian pada 94 mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat yang dinilai status gizinya berdasarkan IMT menunjukkan 16% mengalami gizi kurang, 66% gizi normal dan 18% gizi lebih. Dari 94 mahasiswi tersebut menunjukkan rata-rata asupan energi hanya 1478,8-1655,42 kkal perhari atau kurang dari jumlah asupan yang dianjurkan berdasarkan AKG 2013 yaitu 2250 kkal perhari .

Dari hasil penelitian lain pada tahun yang sama, Putri (2013) pada Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat menunjukkan 33,3% mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat mengalami obesitas berdasarkan IMT. Dan dari jumlah tersebut 93.8 % memiliki aktivitas fisik ringan. Namun hasil penelitian ini menunjukan semua responden yang diteliti memiliki jumlah konsumsi energi


(24)

kurang dari anjuran AKG 2013 yaitu 2250 kkal perhari untuk perempuan dan 2725 untuk laki-laki usia 19-25 tahun.

Berdasarkan data-data di atas melakukan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai hubungan penerapan pedoman gizi seimbang dengan status gizi. Pemilihan lokasi penelitian di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terkait belum adanya penelitian pada mengenai status gizi dalam skala fakultas. Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan hanya di Program Studi Kesehatan Masyarakat. Selain itu mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Program Studi Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Keperawatan dan Program Studi Pendidikan Dokter merupakan pemberi edukasi dan promosi kepada masyarakat dalam rangka memberikan kontribusi bermakna dalam pembangunan karakter bangsa melalui upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat seperti yang tercantum pada Pedoman Akademik FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013/2014.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan penerapan pedoman gizi seimbang dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.

1.2. Rumusan Masalah

Mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan individu yang telah memiliki bekal ilmu kesehatan yang seharusnya dapat diaplikasikan dalam


(25)

kehidupannya sehari-hari dan selanjutnya menyampaikan ilmu yang didapat pada masyarakat luas, dalam hal ini ilmu gizi. Pengetahuan gizi yang dimiliki oleh mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diharapkan dapat tercermin dari status gizi mahasiswa yang normal dan pola gizi seimbang yang diterapkan dengan benar. Namun, ditemukan adanya kejadian gizi kurang dan lebih pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Didapatkan juga rata-rata pola konsumsi makan di bawah angka kecukupan yang dianjurkan dan aktifitas fisik yang kurang. Penelitian tersebut hanya menggambarkan status gizi dan pola gizi seimbang pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat. Belum ada penelitian yang menggambarkan status gizi dan pola gizi seimbang pada mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara keseluruhan, khusus program studi yang memiliki misi untuk memberikan promosi dan edukasi kesehatan pada masyarakat.

Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui tentang hubungan penerapan pedoman gizi seimbang dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1.1.1. Bagaimana gambaran status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014?

1.1.2. Bagaimana gambaran kebiasaan makan makanan beragam pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014?


(26)

1.1.3. Bagaimana gambaran pola hidup bersih pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014?

1.1.4. Bagaimana gambaran aktivitas fisik pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.

1.1.5. Bagaimana gambaran pemantauan berat badan normal pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014?

1.1.6. Apakah ada hubungan kebiasaan makan makanan beragam dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014?

1.1.7. Apakah ada hubungan pola hidup bersih dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014?

1.1.8. Apakah ada hubungan aktivitas fisik dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014?

1.1.9. Apakah ada hubungan pemantauan berat badan normal dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014?


(27)

1.4. Tujuan

1.4.1. Tujuan umum

Diketahuinya hubungan penerapan pedoman gizi seimbang dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.

1.4.2. Tujuan khusus

1.4.2.1.Diketahuinya gambaran status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.

1.4.2.2.Diketahuinya gambaran kebiasaan makan makanan beragam pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.

1.4.2.3.Diketahuinya gambaran pola hidup bersih pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.

1.4.2.4. Diketahuinya gambaran aktivitas fisik pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.

1.4.2.5.Diketahuinya gambaran pemantauan berat badan normal pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.


(28)

1.4.2.6.Diketahuinya hubungan kebiasaan makan makanan beragam dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.

1.4.2.7.Diketahuinya hubungan pola hidup bersih dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.

1.4.2.8. Diketahuinya hubungan aktivitas fisik dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.

1.4.2.9.Diketahuinya hubungan pemantauan berat badan normal dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.

1.5. Manfaat penelitian 1.5.1. Bagi peneliti

1.5.1.1. Menambah wawasan dan khasanah pengetahuan peneliti mengenai gizi khususnya di bidang gizi kesehatan masyarakat.

1.5.1.2. Sebagai pembelajaran dan pengalaman dalam melakukan penelitian yang terkait dengan gizi kesehatan masyarakat.

1.5.1.3. Memberikan pengalaman mengenai cara dan proses berfikir ilmiah serta praktis sebagai penerapan pengetahuan dan keterampilan serta menambah pengetahuan tentang hubungan penerapan pedoman gizi


(29)

seimbang dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.

1.5.1.4. Sebagai mediapengembangan kompetensi diri sesuai dengan keilmuan yang diperoleh selama perkuliahan dalam meneliti masalah yang berkaitan dengan gizi masyarakat.

1.5.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

1.5.2.1.Terlaksananya salah satu upaya untuk mengimplementasikan Tri Dharma perguruan tinggi, yaitu akademik, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

1.5.2.2.Sebagai tambahan referensi penelitian yang beguna bagi masyarakat luas di bidang kesehatan masyarakat.

1.5.2.3.Sebagai bahan untuk penelitian lanjutan oleh peneliti lain dalam topik yang sama.

1.5.3. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

1.5.3.1. Memberi tambahan informasi tentang hubungan penerapan pedoman gizi seimbang dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. 1.5.3.2. Hasil analisis penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan

untuk pengetahuan gizi mahasiwa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.


(30)

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berperan dalam menjalan promosi kesehatan pada masyarakat, yaitu Program Studi Kesehatan Masyarakat, Program Studi Pendidikan Dokter dan Program Studi Ilmu Keperawatan tahun masuk 2011 hingga 2013. Penelitian ini dilakukan pada Februari hingga Juni 2014, bertujuan mengetahui hubungan penerapan pedoman gizi seimbang berupa aspek kebiasaan makan makanan beragam, pola hidup bersih, aktivitas fisik dan pemantauan berat badan normal. Penelitian diakukan karena adanya kejadian gizi kurang dan gizi lebih, serta pola konsumsi yang tidak seimbang pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dilakukan oleh Muizzah (2013) . Penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional dan pengambilan sampel secara acak (probability sampling) dengan systematic random sampling.

1.7. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang hubungan penerapan pedoman gizi seimbang dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 belum pernah dilakukan.


(31)

Adapun penelitian sebelumnya yang hampir sama yang pernah dilakukan antara lain sebagai berikut.

Nama, Judul dan Tahun Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian Merinta Sada, Veni Hadju ,

Djunaedi M. Dachlan Hubungan Body Image, Pengetahuan Gizi Seimbang, dan Aktifitas Fisik terhadap Status Gizi Mahasiswa

Politeknik Kesehatan Jayapura 2012

Cross Sectional 142 sampel

Ada hubungan antara body image,

pengetahuan gizi dan aktifitas fisik dengan status gizi.

Riska Habriel Ruslie dan Darmadi

Analisis Regresi Logistik Untuk Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Remaja

2010

Cross Sectional

147 sampel

Ada hubungan antara asupan makanan, aktifitas fisik, body image, dan jenis kelamin dengan status gizi.

Friska Amelia Konsumsi Pangan,

Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik dan Status Gizi pada Remaja di Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi

2008

Cross Sectional 100 sampel

Ada hubungan antara aktivitas fisik

(pengeluaran energi) dan konsumsi energi dengan status gizi remaja.


(32)

13 2.1. Status Gizi

2.1.1. Definisi status gizi

Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa et al, 2002). Menurut Almatsier (2005), status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih.

Untuk mengetahui status gizi seseorang maka dilakukan cara penilaian status gizi (Supariasa et al, 2002).

2.1.2. Penilaian status gizi

Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang telah tersedia. Data objektif dapat diperoleh dari data pemeriksaan laboratorium perorangan, serta sumber lain yang dapat diukur oleh anggota tim penilai (Arisman, 2010).

Menurut Supariasa (2002), penilaian status gizi dapat ditentukan dengan 2 cara, yaitu penilaian langsung dan penilaian tidak langsung.


(33)

2.1.2.1. Penilaian Langsung 2.1.2.1.1.Antropometri

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan dan proporsi jaringan tubuh (Supariasa, 2002).

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain umur (U), berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LLA), lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak kulit (Supariasa, 2002).

Penilaian status gizi dilakukan dengan menggunakan kombinasi beberapa parameter antropometri yang disebut indeks antropometri. Beberapa indeks antropometri yang sring digunakan yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), Indeks Massa Tubuh (IMT), Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U), tebal lemak bawah kulit menurut umur dan rasio lingkar pinggang dan pinggul (Supariasa, 2002).

Indeks antropometri diinterpretasikan dengan menggunakan ambang batas tertentu yang telah ditetapkan. Perbedaan penggunaan indeks antropometri akan memberikan gambaran prevalensi status gizi yang berbeda. (Supariasa, 2002). Menurut Almatsier at all (2011), penilaian antropometri dilakukan melalui pengukuran dimensi fisik dan


(34)

komposisi kasar tubuh berbeda pada berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

2.1.2.1.2.Biokimia

Pemeriksaan laboratorium (biokimia), dilakukan dengan pemeriksaan pemeriksaan spesismen jaringan tubuh (darah, urine, tinja, hati dan otot) yang diuji secara laboratorium terutama untuk mengetahui kadar hemoglobin, feritin, glukosa, dan kolestrol. Pemeriksaan biokimia bertujuan mengetahui kekurangan gizi spesifik (Arisman, 2010).

2.1.2.1.3.Klinis

Pemeriksaan dilakukan pada jaringan epitel (superficial epitel tissue) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral. Pemeriksaan klinis bertujuan mengatahui status kekurangan gizi dengan melihat tanda-tanda khusus (Supariasa, 2002).

2.1.2.1.4.Biofisik

Pemeriksaan dilakukan dengan melihat kemanpuan fungsi serta perubahan struktur jaringan. Pemeriksaan biofisik bertujuan mengetahui situasi tertentu, misalnya pada orang yang buta senja (Supariasa, 2002).


(35)

2.1.2.2. Penilaian tidak langsung 2.1.2.2.1.Survei konsumsi makanan

Penilaian konsumsi makanan dilakukan dengan wawancara kebiasaan makan dan perhitungan konsumsi makanan sehari-hari. Tujuan penilaian ini adalah mengiodentifikasi kekurangan dan kelebihan gizi (Supariasa, 2002).

Pengumpulan data survei konsumsi makanan dapat dilakukan dengan cara survei yang akan menghasilkan data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif makanan akan diketahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi (Yuniastuti, 2008). Metode pengumpulan data yang dapat digunakan adalah metode recall 24 jam, food records dan weighing method. Secara kualitatif akan diketahui frekuensi makan dan cara memperoleh pangan. Metode pengumpulan data yang dapat digunakan adalah food frequency questionaire dan dietary hiStory.

 Metode Recall 24 jam

Metode ini digunakan untuk estimasi jumlah pangan dan minuman yang dimakan oleh seseorang selama 24 jam yang lalu atau sehai sebelum wawancara dilakukan. Dengan metode ini akan diketahui besarnya porsi pangan berdasarkan ukuran rumah tangga (urt), kemudian dikonversi ke ukuran metrik (gram) (Yuniastuti, 2008).


(36)

Food Records

Dengan metode ini responden mencatat semua pangan dan minuman yang dikonsumsi selama seminggu. Pencatatan dilakukan oleh seorang responden dengan menggunakan ukuran rumah tangga (urt/ estimated food records) atau menimbang langsung berat pangan yang dimakan (weighed food records) (Yuniastuti, 2008).

Weighing Method

Metode penimbangan mengukur secara langsung berat setiap jenis pangan/ pangan yang dikonsumsi oleh seseorang pada hari wawancara (Yuniastuti, 2008).

Food Frequency Questionaire

Metode ini dikenal dengan metode frequensi pangan, dimaksud untuk memperoleh informasi pola konsumsi pangan seseorang. Untuk itu, diperlukan kuestioner yang terdiri dari dua komponen, yaitu daftar jenis makanan dan frekuensi konsumsi pangan (Yuniastuti, 2008).  Dietary HiStory

Metode ini dikenal sebagai metode riwayat pangan. Tujuan dari metode ini adalah untuk menemukan pola inti pangan sehari-hari pada jangka waktu lama serta untuk melihat kaitan antara intake pangan dan kejadian penyakit tertentu (Yuniastuti, 2008).


(37)

2.1.2.2.2.Statistik vital

Pemeriksaan dilakukan dengan menganalisis data kesehatan seperti angka kematian, kesakitan dan kematian kaibat hal-hal yang berhubungan dengan gizi. Pemeriksaan ini bertujuan menemukan indikator tidak langsung status gizi masyarakat (Supariasa, 2002).

2.1.2.2.3.Faktor ekologi

Pengukuran status gizi didasarkan atas ketersediaan makanan yang dipengaruhi oleh faktor ekologi (Iklim, tanah, irigasi dll). Faktor-faktor ekolgi tersebut perlu diketahui untuk mengetahui penyebab malnutrisi masyarakat (Irianto, 2007).

2.1.2.3. Penilaian status gizi pada remaja

Pada rentang usia 18 tahun ke atas penilaian status gizi dilakukan dengan menggunakan indeks antropometri IMT (Supariasa, 2002).

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan hasil perbandingan antara berat badan (BB dalam kg) dan kuadrat tinggi badan (TB dalam m) dalam dalam kg/m2. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja dibawah 18 tahun, ibu hamil, dan olahragawan (Supariasa, 2002).


(38)

Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh Klasifikasi

Indeks Massa Tubuh (IMT dalam kg/m2) Ambang Batas

Dasar Ambang Batas Tambahan

Berat badan kurang <18.50 <18.50

Sangat kurus <16.00 <16.00

Kurus sedang 16.00 - 16.99 16.00 - 16.99 Kurus ringan 17.00 - 18.49 17.00 - 18.49

Normal 18.50 - 24.99 18.50 - 22.99

23.00 - 24.99

Berat badan lebih ≥25.00 ≥25.00

Pre-obese 25.00 - 29.99 25.00 - 27.49 27.50 - 29.99

Obese ≥30.00 ≥30.00

Obese I 30.00 - 34.99 30.00 - 32.49

32.50 - 34.99

Obese II 35.00 - 39.99 35.00 - 37.49

37.50 - 39.99

Obese III ≥40.00 ≥40.00

Sumber: WHO, 2006 dan dan Kementrian Kesehatan, 2011

Pada remaja usia kurang dari 18 tahun status gizi diukur menggunakan indeks IMT/U (Indeks Massa Tubuh/Umur). Status gizi selanjutnya dikelompokkan berdasarkan Berdasarkan baku antropometri WHO 2007 dan Departemen Kesehatan 2010 untuk anak umur 5-18 tahun, status gizi ditentukan berdasarkan nilai IMT/U. Selanjutnya berdasarkan nilai Zscore ini status gizi remaja dibawah 18 tahun dikategorikan sebagai berikut.

Tabel 2.2 Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT/U

Klasifikasi Zscore

Sangat kurus < -3.0

Kurus ≥ -3.0 s/d < -2.0

Normal ≥-2.0 s/d ≤1.0

Gemuk > 1.0 s/d ≤ 2.0

Obesitas > 2,0


(39)

2.2. Gizi Seimbang

Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari–hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, kebersihan, aktivitas fisik dan berat badan ideal (Kurniasih et al, 2010; Kemenkes, 2014). Gizi seimbang adalah gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui makanan sehari-hari sehingga tubuh bisa aktif, sehat optimal, tidak terganggu penyakit, dan tubuh tetap sehat (Soenardi, 2006).

Di Indonesia, pedoman gizi seimbang mengacu pada Nutrition Guide for Balance Diet yang ditetapkan pada konferensi pangan sedunia tahun 1992 di Roma dan Genewa, yang diadakan oleh FAO, dalam rangka menghadapi beban ganda mengenai gizi di Negara berkembang. Dalam konferensi ini ditetapkan agar semua negara berkembang yang semula menggunakan pedoman sejenis “Basic Four” memperbaiki menjadi “Nutrition Guide for Balance Diet”. Indonesia menerapkan keputusan FAO tersebut dalam kebijakan Repelita V tahun 1995 sebagai PGS dan menjadi bagian dari program perbaikan gizi. Namun, PGS kurang disosialisasikan sehingga terjadi pemahaman yang salah dan masyarakat cenderung tetap menggunakan 4 Sehat 5 Sempurna (4S5S). Baru pada tahun 2009 secara resmi PGS diterima oleh masyarakat, sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang menyebutkan secara eksplisit “Gizi Seimbang” dalam program perbaikan gizi. (Kurniasih et al, 2010).


(40)

Di Amerika Serikat dan beberapa negara lain, prinsip Gizi Seimbang divisualisasi berupa “piramida” Gizi Seimbang. Tidak semua negara menggunakan piramida, tetapi disesuaikan dengan budaya dan pola makan setempat. Di Indonesia, bentuk piramida di sesuai dengan budaya Indonesia, dalam bentuk tumpeng dengan nampannya yang untuk selanjutnya akan disebut sebagai “Tumpeng Gizi Seimbang” (TGS). (Kurniasih et al, 2010).

TGS dirancang untuk membantu setiap orang memilih makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat, sesuai dengan berbagai kebutuhan menurut usia (bayi, balita, remaja, dewasa dan usia lanjut), dan sesuai keadaan kesehatan (hamil, menyusui, aktivitas fisik, sakit). Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) menggambarkan 4 prinsip Gizi Seimbang, yaitu: 1) kebiasaan makan makanan beraneka ragam, 2) pola hidup bersih, 3) pola hidup aktif dan berolahraga dan 4) berat badan normal (Kemenkes, 2014).


(41)

Gambar 2.1. Tumpeng-Bentuk Visual Gizi Seimbang Indonesia (Kemenkes, 2014)

2.3. Prinsip Gizi Seimbang

2.3.1. Kebiasaan makan makanan beragam

Tingkat konsumsi makanan ditentukan oleh kualitas dan kuantitas makanan, kualitas makanan menunjukkan masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Pada susunan makanan mempengaruhi kebutuhan tubuh baik dari segi kualitasnya maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapatkan kesehatan gizi


(42)

yang sebaik-baiknya (Jafar, 2012). Menurut Story et al dalam Brigth Future in Practice Nutrion 2002, makanan yang sehat harus memenuhi 3 prinsip dasar yaitu 1) beragam, 2) seimbang dan 3) cukup.

Membiasakan makan makanan beraneka ragam adalah prinsip pertama dari Gizi Seimbang yang universal. Artinya, setiap manusia di mana saja membutuhkan makanan yang beraneka ragam atau bervariasi, karena tak ada satu pun makanan yang mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan tubuh, kecuali ASI (air susu ibu) untuk bayi sampai umur 6 bulan. Makin beragam pola hidangan makanan, makin mudah terpenuhi kebutuhan akan berbagai zat gizi. (Kurniasih et al, 2010).

Pola makan ber-Gizi Seimbang bukan hanya memerhatikan sumber zat-zat gizi makro (zat-zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar) seperti karbohidrat, lemak, protein dan air, melainkan juga sumber zat-zat gizi mikro (zat-zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah lebih kecil) seperti vitamin dan mineral, dengan memerhatikan berbagai faktor di luar makanan yang berpengaruh pada kemanfaatan zat-zat gizi tersebut bagi kesehatan. (Kurniasih et al, 2010).

Berdasarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (2002), makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi


(43)

serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.

Menurut Almatsier (2005), gizi yang seimbang dikelompokkan berdasarkan tiga fungsi utama yaitu sumber energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur. Sumber energi berasal dari zat gizi karbohidrat, serta lemak dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan aktivitas. Selanjutnya sumber zat pembangun terdiri dari protein, mineral dan air. Zat pembangun diperlukan tubuh untuk pembentukan sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel yang rusak. Kemudian sumber zat pengatur terdiri dari protein, mineral, air dan vitamin, berfungsi mengatur keseimbangan air, mengatur proses oksidasi, proses penuaan sel, dan mengatur proses ekskresi sisa sisa oksidasi dalam tubuh (Almatsier , 2005).

Beberapa ahli gizi hanya memasukkan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral sebagai zat gizi, tanpa memasukkan air karena dianggap air mudah didapat dan merupakan zat tunggal (Sediaoetama, 2008). Menurut Sediaoetama (2008), makanan yang berkualitas adalah makanan yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain.

Dari segi fisiologis juga dikatakan, bahwa untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif manusia memerlukan lebih dari 40 jenis zat gizi yang terdapat pada berbagai jenis makanan, sebab tidak ada satupun jenis pangan yang lengkap zat gizinya selain Air Susu Ibu (ASI) (Martianto et all, 2005).


(44)

Pola makan bergizi seimbang mengatur secara proporsional keragaman golongan makanan, baik dalam jenis maupun jumlah sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok (Kurniasih et al, 2010).

Kebutuhan dasar zat gizi dan jumlah yang dianjurkan diatur dalam konsep standar gizi Angka Kecukupan Gizi (AKG) Departeman Kesehatan 2013. Angka kecukupan gizi (AKG) adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis, seperti kehamilan dan menyusui. AKG berguna untuk menilai kecukupan gizi yang telah dicapai melalui konsumsi, makanan bagi penduduk/golongan masyarakat tertentu yang didapatkan dari hasil survei gizi/makanan (Yuniastuti, 2008).


(45)

(46)

(47)

(48)

Dalam Tumpeng Gizi Seimbang, kecukupan gizi tersebut diterjemahkan dalam bentuk porsi makanan yang dibagi menjadi tujuh golongan makanan yang harus dipenuhi. Untuk memudahkan penggunaan dan pemorsian bahan makanan, selain dalam ukuran gram (gr) juga menggunakan alat ukur rumah tangga (URT) yang lazim digunakan, seperti: buah (bh), biji (bj), besar (bsr), sedang (sdg), kecil (kcl) batang (btg), gls (ptg), butir (btr), gelas (240 ml/ gls), sendok teh (sdt) dan sendok makan (sdm).

Tabel 2.4 Anjuran Makanan Rata-rata Satu Hari Usia Remaja 16- 18 tahun Bahan makanan Laki-laki

2675 kkal

Perempuan 2150 kkal

Nasi 8 p 5 p

Sayuran 3 p 3 p

Buah 4 p 4 p

Tempe 3 p 3 p

Daging 3 p 3 p

Minyak 6 p 5 p

Gula 2 p 2 p

Sumber: Kementrian Kesehatan, 2014

Tabel 2.5 Anjuran Makanan Rata-rata Satu Hari Usia Dewasa 19-29 tahun Bahan makanan Laki-laki

2725 kkal

Perempuan 2250 kkal

Nasi 8 p 5 p

Sayuran 3 p 3 p

Buah 5 p 5 p

Tempe 3 p 3 p

Daging 3 p 3 p

Minyak 7 p 5 p

Gula 2 p 2 p

Sumber: Kementrian Kesehatan, 2014

Penghitungan anjuran rata-rata merupakan porsi standar sehingga masih memerlukan variasi atau pemilihan jenis bahan makanan yang akan dikonsumsi.


(49)

Untuk itu diperlukan daftar bahan penukar atau daftar padanan bahan makanan yang tersedia menurut kelompok bahan makanan (Yusuf et al, 2008).

1. Golongan I

Merupakan bahan makanan sumber karbohidrat. Golongan makanan ini umumnya digunakan sebagai bahan pokok.

Satu porsi golongan ini diwakili oleh 100 gr (3/4 gls) Nasi atau sama dengan 175 kkal. Satu porsi nasi ini dapat ditukar dengan bahan makanan lain dari golonagn ini dengan nilai gizi yang hampir sama dengan menggunakan satuan penukar.

Jika ditukar menjadi bahan makanan lain maka satu porsi nasi dapat ditukar dengan 4 buah besar atau 40 gr biskuit, 2 buah sedang atau 210 gr kentang, 3 iris atau 70 gr roti putih dan 2 gls atau 200 gr mie basah (Almatsier, 2010).

2. Golongan II

Merupakan bahan makanan sumber protein hewani. Bahan makanan ini umumnya digunakan sebagai lauk. Satu porsi golongan ini diwakili oleh 35 gr / 1 gls sedang daging atau sama dengan 75 kkal atau dapat ditukar dengan bahan makanan lain dari golongan ini .Menurut kandungan lemaknya golongan makanan ini dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: 1) rendah lemak, 2) lemak sedang dan 3) tinggi lemak. Untuk kelompok rendah lemak satu satuan penukar mengandung 7 gr protein, 2 gr lemak, 50 Kalori atau sama dengan 1 gls sedang atau 40 gr daging ayam tanpa kulit, 1 gls sedang atau 40 gr ikan segar, 1 gls sedang atau 15 gr ikan asin, 5 ekor sedang atau 25 gr udang segar (Almatsier, 2010).


(50)

Untuk kelompok lemak sedang satu satuan penukar mengandung 7 gr protein , 5 gr Lemak, 75 Kalori atau sama dengan 1 gls sedang atau 40 gr daging kambing, 1 gls sedang atau 35 gr daging sapi, 10 biji sedang atau 170 gr bakso dan 1 butir atau 55 gr telur ayam (Almatsier, 2010).

Untuk kelompok tinggi lemak satu satuan penukar mengandung 7 gr protein , 13 gr lemak, 150 Kalori atau sama dengan 1 gls sedang atau 45 gr bebek, 1 gls sedang atau 55 gr ayam dengan kulit, 4 butir atau 45 gr kuning telur ayam dan ½ gls sedang atau 50 gr sosis (Almatsier, 2010).

3. Golongan III

Merupakan bahan makanan sumber protein nabati. Bahan makanan ini umumnya digunakan sebagai pauk. Satu satuan penukar mengandung 7 gr Karbohidrat, 5 gr Protein, 3 gr Lemak, 75 Kalori atau sama dengan 2 sdm atau 20 gr kacang hijau, 2½ sdm atau 25 gr kacang kedelai, 2 sdm atau 15 gr kacang tanah, 1 bj bsr atau 110 gr tahu dan 2 ptg sdg atau 50 gr tempe.

4. Golongan IV

Bahan makanan pada golongan ini merupakan sayur-sayuran. Sayur-sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral. Golongan sayur dibagi menjadi 3 macam berdasarkan kandungan zat gizinya, yaitu: 1) sayuran A, 2) sayuran B, dan 3) sayuran C.


(51)

Sayuran A bebas dimakan, kandungan kalori dapat diabaikan, sumbernya dari gambas (oyong), jamur kuping sedang, ketimun, jamur segar, lobak, selada dan tomat.

Sayuran B, satu satuan penukar (dalam 100 g) mengandung: 5 gr karbohidrat, 1 gr protein, 25 kkal. Sumber bahan makanannya yaitu dari bayam, labu siam, bit, buncis, brokoli, genjer, jagung muda, kol, wortel, sawi, toge kacang hijau, terong, kangkung, kacang panjang, pare, rebung, pepaya muda.

Sayuran C, satu satuan penukar (dalam 100 g) mengandung: 10 gr karbohidrat, 3 gr protein, 50 kkal. Sumber bahan makanannya yaitu dari bayam merah, daun katuk, daun melinjo, daun pepaya, daun singkong, toge kacang kedele, daun talas, melinjo, nangka muda.

5. Golongan V

Bahan makanan pada golongan terdiri dari buahan dan gula. Berat buah-buahan dalam daftar ditimbang tanpa kulit dan biji (berat bersih). Satu satuan penukar mengandung 12 gr Karbohidrat dan 50 Kalori atau sama dengan 20 buah sedang atau 165 gr Anggur, 1 bh kcl atau 85 gr apel merah, 9 bh tau 80 gr duku, 2 bh atau 110 gr jeruk manis, 1 bh atau 50 gr pisang, 1 sdm atau 13 gr gula dan 1 sdm atau 15 gr madu.

6. Golongan VI

Bahan makanan pada golongan ini terdiri dari susu dan olahannya, merupakan sumber protein, lemak, karbohidrat, dan vitamin (terutama vitamin A dan B3 ), serta


(52)

mineral (zat kapr dan fosfor). Menurut kandungan lemaknya susu dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu : 1) susu tanpa lemak, 2) susu rendah lemak, dan 3) susu tinggi lemak.

Susu tanpa lemak, satu satuan penukar mengandung: 10 gr Karbohidrat , 7 gr Protein, 75 Kalori atau sama dengan 1 gls atau 200 gr susu skim cair, 4 sdm atau 20 gr tepung susu skim dan 2/3 gls atau 120 gr yogurt tanpa lemak.

Susu rendah lemak, satu satuan penukar mengandung: 10 gr Karbohidrat, 7 gr Protein, 6 gr lemak, 75 Kalori, atau sama dengan 1 gls kecil (35gr) keju, ¾gls(165 gr) susu kambing, ½ gls (100gr) susu kental tidak manis, 1 gls (200 gr) susu sapi, 7 sdm (35gr) tepung susu asam atau 1 gls (200 gr) yogurt susu penuh.

Susu tinggi lemak, satu satuan penukar mengandung: 10 gr Karbohidrat, 7 gr Protein, 10 gr Lemak dan 150 Kalori. Jika diyukar dalam bahan makanan maka sama dengan ½ gls (100 gr) susu kerbau atau 6 sdm (30 gr) tepung susu.

7. Golongan VII

Bahan makanan pada golongan ini terdiri dari minyak dan lemak. Merupakan bahan makanan yang hampir seluruhnya terdiri dari lemak. Menurut kandungan asam lemaknya dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu lemak tak jenuh dan lemak jenuh. Satu porsi golongan ini diwakili oleh 5 gr / 1 sdt minyak mengandung 5 gr lemak dan 50 kkal.

Minyak lemak tidak jenuh dapat ditukar dengan sumber makanan antara lain: ½ bh bsr (60 gr) alpukat, 1 sdt ( 5gr) minyak bunga matahani, 1 sdt ( 5gr) minyak


(53)

jagung, 1 sdt ( 5gr) minyak kacang kedele, 1 sdt ( 5gr) minyak kacang tanah dan 1 sdt ( 5gr) minyak zaitun.

Minyak lemak jenuh dapat ditukar dengan sumber makanan antara lain : 1 sdm (15 gr) mentega, 1/3 gls (40 gr) santan, 1 ptg kcl (15 gr) kelapa, 1 sdt (5gr) minyak kelapa dan 1 sdt (5 gr) minyak inti kelapa sawit.

Selain tujuh golongan terdapat satu golongan lagi, namun tidak dimasukkan dalam standar porsi karena golongan ini merupakan makanan tanpa kalori. Sumber bahan makanan tanpa kalori yaitu dari agar-agar, air kaldu, air mineral, cuka, kecap, kopi, teh, gula alternatif seperti aspartame, sakarin.

2.3.2. Pola hidup bersih

Prinsip kedua dari pola makan dengan Gizi Seimbang adalah pentingnya pola hidup bersih. Pola makan ber-Gizi Seimbang akan menjadi tak berguna bila tidak diikuti dengan penerapan prinsip dan kebiasaan hidup bersih (Kurniasih et al, 2010). Penerapan perilaku hidup bersih, seperti mencuci sebelum makan dengan air bersih dan sabun, menyajikan makana dalam keadaan yang tertutup agar tidak dihinggapi serangga, hidup bersih, seperti mencuci tangan sebelum makan dengan air bersih dan sabun menyajikan makanan dalam keadaan selalu tertutup agar tak dihinggapi serangga/lalat, memasak makan dengan suhu yang tepat agar kuman mati, mencuci sayur dan buah hingga bersih, serta menjaga makanan dan minuman agar tidak tercemar oleh logam berat. Penerapan pola hidup bersih berkaitan erat dengan bagaimana hygiene sanitasi penyelengaraan makanan keluarga.


(54)

Hygiene personal pada saat mengolah makanan sangat di perlukan agar menghasilkan makanan yang terhindar dari kuman dan terhindar dari efek fatal yaitu keracunan makanan, seperti:

 mencuci tangan sebelum makan dengan air bersih dan sabun,

 menyajikan makanan dalam keadaan selalu tertutup agar tak dihinggapi serangga/lalat,

 memasak makan dengan suhu yang tepat agar kuman mati,  mencuci sayur dan buah hingga bersih, serta

 menjaga makanan dan minuman agar tidak tercemar oleh logam berat.

Menurut Grave et al dalam 1997 dalam Story et al 2002, santasi makanan mencakup 3 hal penting yaitu:

1) memastikan semua bersih

 mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan atau sebelum makan dan setelah melakukan apapun yang menyela aktivitas makan,

 mencuci buah dan sayur dengan baik sebelum dimasak atau dimakan mentah,

 mencuci peralatan makan dengan alat pencuci piring atau air sabun hangat menggunakan kain bersih, tidak menggunakan spon karena dapat menyebarkan kuman. Bilas, bersihkan dan keringkan.


(55)

 mencuci talenan dengan air sabun hangat saat akan digunakan untuk memotong maknan yang berbeda, khususnya setelah digunakan untuk memotong daging mentah. Tidak menggunakan talenan dengan bahan yang mudah menyerap.

2) menyiapkan makanan dengan tepat

 memasak makanan hingga matang, khususnya makan yang mengandung daging, unggas, ikan atau telur,

 mencairkan makanan beku di dalam lemari pendingin atau pada air dingan yang mengalir, bukan di atas meja atau dalam air mengenang,

 ketika meyajikan makanan, pastikan makanan panas berada diatas 1400F (600C) dan makan dingin berada di bawah 400F (600C)

3) menyimpan makanan dengan baik

 menyajikan makanan matang yang disimpan dalam lemari pendingin kurang sebelum 24 jam,

 menyimpan makanan mentah (yang harus dimasak sebelum dimakan) dan maknan siap saji di lemari pendingin,

 menyimpan bahan makanan kering (seperti beras dan gula) di dalam wadah yang tertutup rapat,

 sisa makanan yang disimpan di lemari pendingan atau dibekukan hanya dipanaskan sekali,


(56)

 menyimpan bahan pembersih dan obat jauh dari makann dan jangkauan anak-anak.

Termasuk dalam pola hidup bersih adalah menjalankan pola hidup sehat seperti menghindari konsumsi rokok, alkohol serta hal-hal yang dapat membahayakan kesehatan. Lakukan imunisasi atau vaksinasi sesuai anjuran. Prinsip pola hidup bersih dalam Gizi Seimbang mendukung program kesehatan lingkungan yang dikenal dengan program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) (Kurniasih et al, 2010).

2.3.3. Aktivitas fisik

Prinsip ketiga gizi seimbang adalah kesesuaian antara asupan makan dan pengeluaran energi untuk beraktivitas. Asupan makan akan dirubah menjadi energi, dan bila energi yang masuk jumlahnya lebih kecil dari kebutuhan energi untuk menjalankan aktivitas, maka berat badan akan turun dan bisa menjadi kurus. Sebaliknya, bila asupan melebihi kebutuhan untuk beraktivitas, dapat menyebabkan kegemukan (Kurniasih et al, 2010).

Makanan yang sehat merupakan kebutuhan dasar dalam setiap tahap kehidupan, begitu juga dengan aktivitas fisik. Pada balita, anak-anak dan remaja makanan sehat dan akifitas fisik sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan. Nutrisi yang optimal dan aktivitas fisik dapat mencegah masalah kesehatan seperti amemia defisiensi besi, gangguan makan, gizi kurang dan karies gigi. Dalam jangka panjang aktivitas fisik dapat menurunkan resiko berkembangnya


(57)

penyakit kronis (seperti:penykit jantung, kanker, diabetes, strok, osteoporosis) dan faktor penyebab penyakit (seperti: obesitas, tekanan darah tinggi,kadar kolestrol darah tinggi) (Story et al, 2002).

Dengan kata lain, aktivitas fisik yang kurang dapat memicu masalah kelebihan gizi yang berakibat pada kegemukan dan penyakit degeneratif. Oleh sebab itu, untuk mencegah timbulnya penyakit-penyakit tersebut, hidup aktif dan berolahraga atau melakukan aktivitas fisik dengan teratur sangat penting (Kurniasih et al, 2010).

Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan yang meggunakan energi. Aktivitas fisik mencakup aktivitas yang beragam dari berlari, bersepeda, berenang dan meluncur (skating) sampai berjalan, lompat tali, menari dan olahraga beregu seperti sepakbola, basket dan voli (Story et al, 2002). Menurut Almatsier (2005), aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik, mental dan kualitas hidup sehat.

Gaya hidup yang kurang menggunakan aktivitas fisik akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang. Dalam kehidupan yang semakin moderen ini dengan kemajuan teknologi yang mutakhir, hidup jadi serba mudah bila kalori yang masuk berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang akan memudahkan orang mengalami kegemukan. Meningkatnya kesibukan menyebabkan seseorang tidak lagi mempunyai waktu yang cukup untuk berolahraga secara teratur (Jafar, 2012).


(58)

Gambar 2.2 Piramida Aktivitas Fisik (Fahey et al, 2005)

WHO (2010) merekomendasikan paling sedikit melakukan aktivitas fisik intensitas sedang minimal 60 menit. Berikut jenis klasifikasi aktivitas berdasarkan intensitasnya.

Aktivitas Tetap (Sedentary Activity) Tidak sering dilakukan

menonton televisi, surfing di internet, berbicara di telepon

Latihan Kekuatan ( Strength Training) 2-3 hari dalam semingggu selama 30 menit

melengkung kan biceps, push up, melengkungkan perut, mengangkat betis

Latihan Ketahanan Jantung-pernafasan (Cardiorespiratory Endurance Exercise)

3-5 hari dalam seminggu

Aktifitas Fisik Intensitas Sedang ( Strength Training) Setiap Hari - 30 menit per hari; 60-90 per hari untuk menurunkan berat badan dan mencegah pertambahan berat


(59)

Tabel 2.6 Klasifikasi Aktivitas Fisik berdasarkan Intensitasnya

Aktivitas Fisik MET

Aktivitas Intesitas Ringan < 3

Tidur 0.9

Menonton TV 1.0

Menulis, mengetik, pekerjaan di meja 1.8 berjalan 1.7 mph (2.7 km/jam), menurun, jalan santai, sangat

lambat 2.3

berjalan 2.5 mph (4 km/jam) 2.9

Aktivitas Intesitas Sedang 3 to 6

Bersepeda di tempat, 50 watt, usaha sangat ringan 3.0

berjalan 3.0 mph (4.8 km/jam) 3.3

senam, latihan di rumah, usaha ringan hingga sedang, umum 3.5

berjalan 3.4 mph (5.5 km/jam) 3.6

bersepeda, kurang dari 10 mph (16 km/jam), santai, menuju

tempat kerja atau bersenang-senang (sepeda santai) 4.0 Bersepeda di tempat, 100 watt, usaha ringan 5.5

Aktivitas Intesitas Berat > 6

Jogging 7.0

Senam (push-up, sit-up, pull-up,jumping jacks), berat, usaha

keras 8.0

Lari-jogging di tempat 8.0

Lompat tali 10.0

Sumber: WHO, 2010

MET (Metabolic Equivalent of Task) adalah satuan yang digunakan untuk memperkirakan jumlah oksigen yang digunakan tubuh selama melakukan aktivitas fisik (Quinn, 2007).

Secara sederhana, jumalha aktivitas fisik yang dilakukan dapat diukur dengan menggunakan International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Kuesiner ini secara internasional telah digunakan sebagai instrumen untuk mengukur aktivitas fisik pada dewasa antara 15-69 tahun. Kuesioner ini mengukur semua aktivitas fisik di waktu santai, pekerjaan rumah, aktivitas fisik yang berhubungan dengan


(60)

pekerjaan atau aktivitas fisik yang berhubungan pergerakan/transport dalam tujuh hari terakhir (IPAQ, 2005).

Kuesioner ini terdiri dari dua jenis, IPAQ short form dan IPAQ long form. IPAQ short form menanyakan secara umum tentang 3 jenis aktifitas yaitu ringan, sedang dan berat namun tidak dapat mengestimasi secara spesifik. IPAQ long form menanyakan secara detil tentang aktifitas yang dilakukan termasuk berjalan untuk transportasi dan aktifitas saat waktu santai atau aktivitas fisik yang berhubungan pergerakan/transport dalam tujuh hari terakhir (IPAQ, 2005).

IPAQ short form menghitung semua aktivitas fisik dari berjalan, aktifitas sedang dan berat secara umum. Jumlah akvitas fisik dihitung dalam satuan METs menggunakan nilai analisis data IPAQ 3.3 METs untuk berjaln, 4.0 METs untuk aktifitas sedang dan 8.0 METs untuk aktifitas berat. Perhitungan selanjutnyamenggunakan rumus sebagai berikut.

Total aktifitas fisik MET-menit/minggu= (3.3 x jumlah menit berjalan x jumlah hari berjalan) + (4.0 x jumlah menit aktivitas sedang x jumlah hari aktivitas sedang) + (8.0 x jumlah menit aktivitas berat x jumlah hari aktivitas berat)

IPAQ long form semua aktivitas fisik dari berjalan, aktifitas sedang dan berat secara mendetail pada masing-masing aktifitas saat santai, bekerja, dirumah, atau saat berpindah/pada sarana transprotasi. Perhitungan menggunakan rumus dan nilai yang sama, namun dispesifikasikan menjadi 4 tenpat aktifitas tersebut atau aktivitas fisik yang berhubungan pergerakan/transport dalam tujuh hari terakhir (IPAQ, 2005).


(61)

Hasil perhitungan tersebut selnajutnya diklasifikasikan ringan apabila aktivitas fisik < 600 menit/minggu, sedang jika600- 2999 MET-menit/minggu dan berat jika lebih 3000 MET-MET-menit/minggu.

2.3.4. Pemantauan berat badan normal

Keseimbangan antara asupan makanan dan aktivitas dapat diukur dengan naik turunnya berat badan. Badan yang sehat dapat dilihat dari kemampuan tubuh untuk mempertahankan berat badan ideal (Kurniasih et al, 2010).

Pemantauan berat badan penting untuk dilakukan secara berkala. Karena berat badan merupakan indikator yang mudah dalam menetukan status gizi seseorang. Perubahan berat badan akan mengindikasikan status kesehatan. Sangat penting bagi individu untuk mempertahankan berat badan ideal. Karena dengan berat badan yang ideal, maka status kesehatan yang optimal dapat diraih. Pemantauan berat badan secara berkala akan menjadi tindakan preventif terhadap obesitas maupun KEK (Jafar, 2012).

2.4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi pada Remaja Akhir 2.4.1. Malnutrisi selama janin hidup/bayi/anak-anak; ketahanan tubuh

rendah

Kekurangan gizi pada masa kehamilan akan menimbulkan kerusakan awal pada kesehatan, perkembangan otak, kecerdasan, kemampuan sekolah dan produktivitas yang menetap yang ditidak dapt diperbaiki. Kukurangan pada janin atau bayi 0-2 tahun akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.


(62)

Bayi akan tumbuh menjadi anak dengan tinggi badan kurang (lebih pendek) dan/atau terhambat perkembangan kecerdasannya. Bila janin kekurangan gizi, resiko menderita penyakit degeneratif seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung dan stroke ketika dewasa akan lebih tinggi daripada yang tidak kekurangan gizi. (Kurniasih, 2010).

Tumbuh kembang janin mulai dari masa konsepsi sampai lahir pada ibu dengan kekurangan gizi pada saat hamil menyebabkan bayi yang akan dilahirkan menjadi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan lahir mati serta jarang menyebabkan cacat bawaan. Selain dari pada itu kekurangan gizi dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan pada janin dan bayi lahir dengan daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah terkena infeksi, dan selanjutnya akan berdampak pada terhambatnya pertumbuhan tinggi badan. Usia balita (3-5) juga merupakan masa yang rawan kerana pertumbuhan an perkembangan diusia ini akan menentukan perkembangan fisik dan mental anak di usia remaja dan dewasa (Kurniasih, 2010).

2.4.2. Faktor gaya hidup sehari-hari

Gaya hidup terkait dengan bagaimana seserang menjalani kebiasaan hidup yang sehat, termasuk aktifitas fisik, penimbangan berat badan, perilaku hidup bersih, kebiasaan merokok atau minum alkohol. Berbagai hasil penelitian menunjukkan kebiasaan makan yang yang sehat seringkali berhubungan dengan gaya hidup yang sehat (Neuwmark-Sztainer et al, 1997 dalam WHO 2009).


(63)

2.4.2.1. Aktifitas Fisik

Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasikan oleh otot-otot rangka yang menghasilkan keluaran energi yang meliputi pekerjaan, waktu senggang dan aktifitas sehari-hari. Aktifitas fisik tersebut mmerlukan usaha yang menyebabkan perbaikan kesehatan jika dilakukan secara. Aktifitas fisik yang kurang mengakibatkan pengeluran energi berkurang sehingga energi akan disimpan di dalam tubuh dalam bentuk lemak dan beresiko mengakibatkan kebihan berat badan. Peningkatan aktivitas fisik dengan melakukan latihan dan pergerakan tubuh membantu menurunkan berat badan dan mencapai status gizi normal (Fahey, 2001).

Gaya hidup yang kurang menggunakan aktivitas fisik akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang. Sebagian besar penelitian menemukan tingkat aktivitas fisik berhubungan dengan jumlah lemak tubuh dan indeks massa tubuh seseorang (WHO, 2009).

Dalam kehidupan yang semakin modern ini dengan kemajuan teknologi yang mutakhir sehingga hidup menjadi serba mudah. Apabila kalori yang masuk berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik maka akan semakin mudah seseorang mengalami kegemukan (Jafar, 2012).

2.4.2.2. Perilaku Hidup Bersih

Upaya pengamanan atau hygiene dan sanitasi makanan pada dasarnya meliputi orang yang menangani makanan, tempat penyelenggaraan makanan, peralatan pengolahan makanan, proses pengolahan makanan, penyimpanan makanan dan


(64)

penyajian makanan. Termasuk dalam pola hidup bersih adalah menjalankan pola hidup sehat seperti menghindari konsumsi rokok, alkohol serta hal-hal yang dapat membahayakan kesehatan (Purnomo et al, 2009). Alkohol dan merokok dapat mengakibatkan efek yang merugikan pada penyerapan zat gizi dan status gizi (Brown et al, 2011). Alkohol menyebabkan asupan energi berlebihan, jika diminum sabagai tambahan konsumsi makanan dalam jumlah yang normal (Barasi, 2002).

2.4.2.3. Penimbangan berat badan

Pemantauan berat badan dan perilaku hidup bersih merupakan tindakan preventif sebelum terjadi masalah kesehatan seperti malnutri atau obesitas. Pemantauan berat badan terkait dengan menjadi kondisi ideal tubuh, sedangkan kebersihan terkait dengan mencegah terjadinya penyakit infeksi, yang merupakan pemicu terjadinya malnutrisi (Kurniasih, 2009).

2.4.3. Asupan kurang

Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat asupan makanan. Asupan makanan ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Jika susunan hidangannya memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapat kondisi kesehatan dan gizi yang baik (Sediaoetama, 2008).

Dalam WHO (2009), asupan remaja dipengaruhi oleh faktor psikologis pola makan dan faktor sosial ekonomi: akses terhadap pangan dan persediaan makanan.


(65)

2.4.3.1. Faktor Psikologis Pola Makan, yaitu 2.4.3.1.1. Makan Gaya Khas Remaja

Pola makan remaja biasanya sangat dipengaruh oleh kebiasaan makan anggota kolompok (peer-group) atau anggota keluarga. Kesukaan seseorang terhadap makanan terbentuk dari kebiasaan makan yang terdapat dalam keluarga, namun sangat dipengaruhi oleh lingkungan teman sebaya sangat mempengaruhi terbentuknya pola makan (Brown et al, 2011).

2.4.3.1.2. Gangguan makan

Usia remaja merukana masa seseorang mencari identitas diri, sehingga sangat peduli pada penampilan dan kondisi tubuh. Sebagian remaja, khususnya remaja perempan, justru sering mengurangi makanan karena takut gemuk. Hal ini disebabkan persepsi mereka tentang penampilan fisik (body image). Akibatnya, remaja berusaha remaja berusaha mengurangi makan sehingga terjadilah pola makan yang salah (ganguan makanan) (Kurniasih, 2010).

2.4.3.1.3. Pola & Praktek Budaya

Pantangan dalam mengonsumsi jenis makanan tertentu dapat dipengaruhi oleh faktor budaya / kepercayaan. Pantangan yang didasari oleh kepercayaan pada umumnya mengandung perlambang atau nasihat yang dianggap baik ataupun tidak baik yang lambat laun akan menjadi kebiasaan/ adat. Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang cukup besar


(66)

untuk mempengaruhi seseorang dalam memilih dan mengolah pangan yang akan dikonsumsi (Barasi, 2002).

2.4.3.2. Faktor Sosial Ekonomi

Dalam WHO (2009), gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari faktor sosial ekonomi menggambarkan akses terhadap pangan dan persediaan makanan. Akses terhadap pangan dan persediaan makanan dipengaruhi oleh perubahan pada proses pasokan makanan, kurangnya akses makanan bergizi dan aman (kemiskinan) dan berkurangnya pasokan makanan. Faktor sosial ekonomi makanan terkait dengan perubahan pada proses pasokan makanan, kurangnya akses makanan bergizi dan aman (kemiskinan) dan berkurangnya pasokan makanan.

2.4.4. Kehamilan dini

Kehamilan remaja atau kehamilan dini adalah kehamilan yang berlangsung pada usi 11-18tahun. Secara fisik remaja masih terus tumbuh. Jika kemudian mereka hamil, kalori serta zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan harus dihitung dan ditambahkan ke dalam kebutuhan kalori secara selama hamil. Jumlah kalori yang diperlukan bergantung pada kecepatan pertumbuhan dan pertambahan berar badan. Jika berat badan seoang remaja perlu ditambaha 5 kg dalam setahun, setidaknya dibutuhkan energi sebanyak 25000 kkal (Arisman, 2007).


(67)

Dalam menentukan besaran kebutuhan kalori, penentuan usi genekologis lebih enting dibanding kan usia kronologis. Sebab, pertumbuhan linear belum optimal sebelum mencapai usia ginekologis 4-5 tahun (Arisman, 2007).

Usia ginekologis adalah jumlah tahun yang dihabiskan setelah seorang wanita mengalami menstruasi pertama (menarche). Penambahan berat badan dari usia ginekologis selama 1 sampai 5 tahun berturut-turut adalah 4,8 (tahun I), 2,8 kg (tahun II), 1.0 kg (tahun III) dan 0.8 kg ( tahun IV – V). Dengan demikian, jika seorang wanita yang baru sekali datang haid, kemudian hamil, maka selama kehamilan dia bukan saja harus bertambah berat badan sebanyak 10-12kg, tetapi juga harus ditambah dengan penambahan berat badan pada usia genekologisnya (Arisman, 2007).

2.4.5. Penyakit infeksi & masalah kesehatan lainnya 2.4.5.1. Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus tipe 1 merupakan penyakit kronis paling umum ketiga pada orang muda setelah asma dan cerebral palsy ( Betts et al , 1996 dalam WHO 2009). Untuk bertahan hidup, individu dengan diabetes melitus tipe I harus melakukan pengobatan yang termasuk pemberian insulin setiap hari , pemantauan glukosa, pengelolaan diet (termasuk waktu makan dan makanan ringan dengan suntikan insulin) dan pemantauan latihan. Pengidap diabetes tipe ini cenderung kurus.

Sedangkan pada remaja dengan obesitas, hipertensi, tanda-tanda resistensi insulin dan riwayat keluarga diabetes tipe 2, dengan keluhan utama


(68)

poliuria , polidipsia dan penurunan berat badan, rentan terjadinya diabetes melitus tipe II. Karena proses ketoasidosis, remaja dengan diabetes melitus tipe II awalnya tidak terdiagnosa seperti diabetes melitus tipe I. Tidak seperti tipe I, mereka dengan diabetes melitus tipe II, umumnya gemuk atau sangat gemuk.

2.4.5.2. HIV/AIDS

AIDS ( Acquired Immuno deficiency syndrome) meruoakan tahap akhir penyakit infeksi yang disebabkan oleh HIV (Human Immuno Deficiency) yang dapt menimbulkan pada sistem organ tubuh termasuk otak sehingga menyebabkanan rusaknya sistem kekebalan tubuh (Almatsier, 2010).

Memburuknya status gizi merupakan resiko tertnggi penyakit ini. Gangguan gizi pada penderida AIDS umumnya terlihat pada penurunan berat badan. Ada dua tipe penurunan berat badan pada penderita AIDS, yaitu penurunan berat badan yang lambat dan cepat. Penurunan berta badan yang cepat sering dihubungkan dengan infeksi oportunistik (Almatsier, 2010).

Memburuknya ststus gizi bersifat multifaktor, terutama disebabkan oleh kurangnya asupan makanan, gangguasn absorpsi dan metabolisme zat gizi, infeksi oportunistik, seta kurangnya ktifitas fisik. Kurangnya asupan makannan disebabkan peleh anoreksia, depresi, rasa leleah, mual, muntahsesak nafas, diare, infeksi dan penyakit saraf yang menyertai infeksi (Almatsier, 2010).


(1)

Katagori Pola Hidup Bersih

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang 59 38.1 38.1 38.1

baik 96 61.9 61.9 100.0

Total 155 100.0 100.0

Katagori Aktivitas Fisik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Aktifitas Berat 18 11.6 11.6 11.6

Aktifitas Sedang 76 49.0 49.0 60.6

Aktifitas Ringan 61 39.4 39.4 100.0

Total 155 100.0 100.0

Katagori Pemantauan BB normal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid lebih dari 1 minggu yang lalu 125 80.6 80.6 80.6

kurang dari 1 minggu yang lalu 30 19.4 19.4 100.0


(2)

ANALISA BIVARIAT-Chi-Square

Kebiasaan Makan Makanan Pokok * Status Gizi-IMT

KlpIMT

Total Berat badan

kurang

Berat badan normal

Berat badan lebih

pokokklp kurang Count 13 50 20 83

% within pokokklp 15.7% 60.2% 24.1% 100.0%

cukup Count 8 24 8 40

% within pokokklp 20.0% 60.0% 20.0% 100.0%

lebih Count 5 19 8 32

% within pokokklp 15.6% 59.4% 25.0% 100.0%

Total Count 26 93 36 155

% within pokokklp 16.8% 60.0% 23.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square .587a 4 .964

Likelihood Ratio .582 4 .965

Linear-by-Linear Association .013 1 .910

N of Valid Cases 155

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,37.


(3)

Kebiasaan Makan Lauk * Status Gizi-IMT

KlpIMT

Total Berat badan

kurang

Berat badan normal

Berat badan lebih

laukklp kurang Count 11 40 18 69

% within laukklp 15.9% 58.0% 26.1% 100.0%

cukup Count 8 30 8 46

% within laukklp 17.4% 65.2% 17.4% 100.0%

lebih Count 7 23 10 40

% within laukklp 17.5% 57.5% 25.0% 100.0%

Total Count 26 93 36 155

% within laukklp 16.8% 60.0% 23.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.321a 4 .858

Likelihood Ratio 1.370 4 .849

Linear-by-Linear Association .110 1 .740

N of Valid Cases 155

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,71.


(4)

Pola Hidup Bersih * Status Gizi-IMT

KlpIMT

Total Berat badan

kurang

Berat badan normal

Berat badan lebih

Klp.PHB3 kurang Count 11 39 9 59

% within Klp.PHB3 18.6% 66.1% 15.3% 100.0%

baik Count 15 54 27 96

% within Klp.PHB3 15.6% 56.2% 28.1% 100.0%

Total Count 26 93 36 155

% within Klp.PHB3 16.8% 60.0% 23.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3.396a 2 .183

Likelihood Ratio 3.548 2 .170

Linear-by-Linear Association 2.316 1 .128

N of Valid Cases 155

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,90.


(5)

Aktivitas fisik * Status Gizi-IMT

KlpIMT

Total Berat badan

kurang

Berat badan normal

Berat badan lebih Klp.Akt.Fisik3 Aktifitas

Berat

Count 2 13 3 18

% within Klp.Akt.Fisik3 11.1% 72.2% 16.7% 100.0%

Aktifitas Sedang

Count 13 43 20 76

% within Klp.Akt.Fisik3 17.1% 56.6% 26.3% 100.0%

Aktifitas Ringan

Count 11 37 13 61

% within Klp.Akt.Fisik3 18.0% 60.7% 21.3% 100.0%

Total Count 26 93 36 155

% within Klp.Akt.Fisik3 16.8% 60.0% 23.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.750a 4 .782

Likelihood Ratio 1.797 4 .773

Linear-by-Linear

Association .118 1 .731

N of Valid Cases 155

a. 2 cells (22,2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,02.


(6)

PemantauanBBnormal * Status Gizi-IMT

KlpIMT

Total Berat badan

kurang

Berat badan normal

Berat badan lebih PBBIdeal lebih dari 1 minggu

yang lalu

Count 22 72 31 125

% within PBBIdeal2 17.6% 57.6% 24.8% 100.0%

kurang dari 1 minggu yang lalu

Count 4 21 5 30

% within PBBIdeal2 13.3% 70.0% 16.7% 100.0%

Total Count 26 93 36 155

% within PBBIdeal2 16.8% 60.0% 23.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.572a 2 .456

Likelihood Ratio 1.621 2 .445

Linear-by-Linear Association .091 1 .763

N of Valid Cases 155

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,03.