yang namun komponen tersebut dapat digolongkan kedalam 4 kelompok besar
yang dominan menentukan sifat minyak atsiri, yaitu: Guenther, 1990.
1. Terpen, yang ada hubungan dengan isopren atau isopentena
2. Persenyawaan berantai lurus, tidak mengandung rantai cabang
3. Turunan benzen
4. Bermacam-macam persenyawaan lainnya
2.3 Minyak Pala
Minyak pala adalah minyak yang dihasilkan dari penyulingan biji pala jenis Myristica fragrans atau dikenal dengan sebutan Pala Banda. Jenis pala
tersebut banyak dibudidayakan dan diolah di daerah Maluku, Sulawesi Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Pulau Jawa. Minyak pala merupakan salah satu
minyak atsiri yang banyak diekspor Indonesia. Minyak pala banyak digunakan dalam formula obat-obatan, parfum, minuman, detergen, aromaterapi, dan lain-
lain. Biji pala merupakan hasil utama yang memiliki nilai ekonomi tinggi dari tanaman pala di bandingkan dengan bagian yang lain dari tanaman pala Lutony,
dkk, 2002. Buah pala didalamnya terdapat biji pala nutmeg dan pembungkus biji fuli
atau mace. Umumnya setelah dikeringkan, kedua hasil diekspor langsung. Negara perantara atau pemakai, biji serta fuli yang utuh dan berukuran besar
biasanya langsung digunakan sebagai bahan rempah-rempah. Biji dan fuli yang berukuran kecil dan cacat akan di olah atau jadikan serbuk untuk di suling,
kempa, atau dijadikan sebagai oleoresin Assagaf, dkk, 2012.
2.3.1 Parameter mutu minyak pala
Beberapa parameter yang digunakan untuk mengetahui standar mutu minyak pala meliputi, bobot jenis, indeks bias, penentuan kelarutan dalam etanol
BSN, 2006. 2.3.1.1
Bobot jenis minyak pala
Prinsip bobot jenis minyak pala didasarkan pada perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume dan suhu yang sama. Penentuan bobot jenis
minyak pala yaitu dengan cara menggunakan alat piknometer. Piknometer dicuci dan dibersihkan, kemudian dibasuh berturut-turut dengan etanol dan dietil eter.
Bagian dalam piknometer dan tutupnya dikeringkan dengan arus udara kering dan sisipkan tutupnya. Didiamkan pinometer di dalam lemari timbangan selama 30
menit dan ditimbang m. Piknometer diisi dengan air suling yang telah dididihkan pada suhu 20°C. sambil menghindari adanya gelembung gelembung
udara. Piknometer dicelupkan ke dalam penangas air pada suhu 20°C ± 0,2°C selama 30 menit sisipkan penutupnya kemudian dikeringkan piknometernya.
Piknometer didiamkan dalam lemari timbangan selama 30 menit, kemudian ditimbang dengan isinya m1. Piknometer tersebut dikosongkan, dan dicuci
dengan etanol dan dietil eter. Kemudian dikeringkan dengan arus udara kering. Piknometer diisi dengan contoh minyak dan hindari adanya gelembung-
gelembung udara. Piknometer dan penutupnya dimasukkan kembali dalam penangas air pada suhu 20°C ± 0,2°C selama 30 menit dan dikeringkan
piknometer tersebut. Piknometer dibiarkan di dalam lemari timbangan selama 30 menit kemudian ditimbang dengan isinya m2 BSN, 2006.