Prosedur .1 Penentuan bobot jenis pada minyak pala sesuai dengan SNI 06-2388-

kemudian keringkan dengan arus udara kering, isilah piknometer dengan contoh minyak dan hindari adanya gelemmbung udara, celupkan kembali piknometer ke dalam penangas air pada suhu 20 C ± 0,2 C selama 30 menit, sisipkan tutupnya dan keringkan piknometer tersebut, biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan timbang m 2 . 3.5.2 Penentuan sisa penguapan pada minyak pala sesuai dengan SNI 06- 2388-2006 Panaskan cawan penguapan diatas penengas air selama 60 menit, kemudian dinginkan dalam desikator selama 20 menit, di timbang w o , timbang dengan teliti kira-kira 5 g contoh minyak pala dalam cawan tersebut yang telah diketagui bobotnya w 1 , panaskan diatas penangas air selama 4 jam, dinginkan dala desikator selam 20 menit, kemudian timbang, ulangi pekerjaan sampai di peroleh bobot tetap w 2 . 3.5.3 Penentuan kelarutan minyak pala dalam etanol sesuai dengan SNI 06- 2388-2006 Tempatkan 1 ml contoh dan diukur dengan teliti di dalam gelas ukur yang berukuran 10 ml atau 25 ml, Tambahkan etanol 90, setetes demi setetes. Kocoklah setelah setiap penambahan sampai diperoleh suatu larutan yang sebening mungkin pada suhu 20°C, bila larutan tersebut tidak bening, bandingkanlah kekeruhan yang terjadi dengan kekeruhan larutan pembandingan, melalui cairan yang sama tebalnya, setelah minyak tersebut larut tambahkan etanol berlebih karena beberapa minyak tertentu mengendap pada penambahan etanol lebih lanjut. Hasil uji dinyatakan sebagai berikut: Kelarutan dalam etanol 90 = 1 volume minyak, menjadi jernih dengan maksimum 3 volume etanol. Bila larutan tersebut tidak sepenuhnya bening, catat apakah kekeruhan tersebut “ lebih besar daripada” , “sama” atau “lebih kecil daripada” kekeruhan larutan pembandingan. 3.6 Perhitungan 3.6.1 Penentuan bobot jenis pada minyak pala sesuai dengan SNI 06-2388- 2006 Cara menghitung bobot jenis minyak pala digunakan rumus sebagai berikut : Keterangan : m : massa piknometer kosong. m 1 : massa piknometer berisi air suhu 20 C g. m 2 : massa piknometer berisi minyak pala suhu 20 C g.

3.6.2 Penentuan sisa penguapan pada minyak pala sesuai dengan SNI 06- 2388-2006

Cara menghitung sisa penguapan minyak atsiri buah pala digunakan rumus sebagai berikut : Keterangan : w : bobot cawan penguapan g. w 1 : bobot cawan penguapan contoh g. w 2 : bobot cawan penguapan contoh setelah di panaskan g. Bobot jenis d 20 20 = m 2 −m m 1 −m Sisa penguapan = w 1 −w0 w 1 −w0 X 100

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pada percobaan penetapan bobot jenis, kelarutan dalam etanol dan sisa penguapan minyak pala, diketahui bahwa minyak pala yang di uji secara duplo memiliki nilai bobot jenis I : 0,9027, bobot jenis II : 0,9099, kelarutan dalam etanol 1 : 3 dan sisa penguapan I : 1,7 dan sisa penguapan II : 1,1. Contoh hasil perhitungan dapat di lihat pada Lampiran 1 dan 2.

4.2 Pembahasan

Minyak pala yang di uji memenuhi persyaratan bobot jenis, kelarutan dalam etanol dan bobot jenis karena memurut SNI 06-2388-2006, syarat bobot jenis minyak pala rentangnya antara 0,880 – 0,910, untuk kelarutan dalametanol 90 jernih pada perbandingan 1 : 3 dan sisa penguapan dengan batas maksimum 2,0 BSN, 2006. Minyak atsiri adalah zat berbau atau biasa disebut dengan minyak esential, karena minyak eteris pada suhu kamar mudah menguap di udara terbuka tanpa mengalami penguraian. Istilah esential atau minyak yang berbau wangi dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman penghasilnya. Keadaan murni dan segar biasanya minyak atsiri umumnya memiliki tidak berwarna atau berwarna kekuning-kuningan dengan rasa dan bau yang khas berubah menjadi lebih gelap Agusta, 2000 1 .