Keberadaan minyak atsiri dalam tanaman Sifat-sifat minyak atsiri

2. Memiliki bau khas, umumnya bau minyak atsiri akan ini mewakili bau dari tanaman asalnya. 3. Bau minyak atsiri satu dengan yang lain berbeda-beda, sangat tergantung dari macam dan intensitas bau masing-masing berdasarkan komponen penyusun yang terdapat pada minyak atsiri. 4. Mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam, menggigit, memberi kesan hangat sampai panas, atau justru dingin ketika sampai dikulit, tergantung dari jenis komponen penyusun yang terdapat pada minyak. 5. Keadaan murni belum tercemar oleh senyawa-senyawa lain mudah menguap pada suhu kamar sehingga bila diteteskan pada selembar kertas maka ketika dibiarkan minyak atsiri akan menguap pada kertas. 6. Bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah menjadi tengik rancid. Ini berbeda dengan minyak lemak yang tersusun oleh asam- asam lemak. 7. Bersifat tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik pengaruh oksigen udara, sinar matahari terutama gelombang ultra violet, dan panas karena terdiri dari berbagai macam komponen penyusun yang ada pada minyak atsiri. 8. Pada umumnya tidak dapat bercampur dengan air, tetapi cukup dapat larut sehingga dapat memberikan baunya yang khas kepada air walaupun kelarutannya kecil. 9. Sangat mudah larut dalam pelarut organik. 10. Indeks bias umumnya tinggi. Tabel 2.1 Parameter Syarat Mutu Minyak Pala menurut SNI 06-2388-2006 No Jenis Uji Satuan Persyaratan 1 Keadaan Warna Bau - - Tidak berwarna-kuning pucat Khas minyak pala 2 Bobot Jenis 20 C20 C - 0,880 - 0,910 3 Indeks bias � � 20 - 1,470 – 1,497 4 Kelarutan dalam etanol 90 pada suhu 20 C - 1:3 jernih, seterusnya jernih 5 Putaran optic - +8 – +25 6 Sisa penguapan Maksimum 2,0 7 Miristin Minimum 10

2.2.3 Parameter minyak atsiri

Beberapa parameter untuk menguji kualitas minyak atsiri yaitu : Sastrohamidjojo, 2004. 2.2.3.1 Bobot jenis Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. Penentuan bobot jenis menggunakan alat piknometer. Bobot jenis minyak atsiri umumnya berkisar antara 0,800-1,180. Nilai bobot jenis minyak atsiri didefinisikan sebagai perbandingan antara bobot minyak dengan bobot air pada volume air yang sama dengan volume minyak pada yang sama pula. Berat jenis sering dihubungkan dengan fraksi berat komponen- komponen yang terkandung didalamnya. Semakin besar fraksi berat yang terkandung dalam minyak, maka semakin besar pula nilai densitasnya. Biasanya b bobot jenis komponen terpen teroksigenasi lebih besar dibandingkan dengan terpen tak teroksigenasi Sastrohamidjojo, 2004.

2.2.3.2 Indeks bias

Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara dengan kecepatan cahaya didalam zat tersebut pada suhu tertentu. Indeks bias minyak atsiri berhubungan erat dengan komponen - komponen yang tersusun dalam minyak atsiri yang dihasilkan. Sama halnya dengan berat jenis dimana komponen penyusun minyak atsiri dapat dipengaruhi oleh nilai dari indeks bias minyak atsiri yang di uji. Berat jenis sering dihubungkan dengan fraksi berat komponen-komponen yang terkandung didalamnya Depkes RI, 1984. Semakin banyak komponen berantai panjang seperti sesquiterpen atau komponen bergugus oksigen ikut tersuling, maka kerapatan medium minyak atsiri akan bertambah sehingga cahaya yang datang akan lebih sukar untuk dibiaskan. Hal ini menyebabkan indeks bias minyak lebih besar. Minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus dibandingkan dengan minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil Sastrohamidjojo, 2004.

2.2.3.3 Putaran optik Sifat optik dari minyak atsiri ditentukan menggunakan alat polarimeter

yang nilainya dinyatakan dengan derajat rotasi. Sebagian besar minyak atsiri jika ditempatkan dalam cahaya yang dipolarisasikan maka memiliki sifat memutar bidang polarisasi ke arah kanan dextrorotary atau ke arah kiri laevorotary. Pengukuran parameter ini sangat menentukan kriteria kemurnian suatu minyak atsiri Depkes RI, 1984.