Pembuatan Larutan Sampel Hasil Identifikasi Tumbuhan Analisis Kualitatif

22

3.7.5 Larutan NaOH 2 N

Sebanyak 80,02 gram NaOH dilarutkan dengan air suling hingga 1000 ml Ditjen POM, 1979.

3.8. Penyiapan Sampel

Sebanyak 1 kg daun kelor Moringa oleifera Lam. yang segar dicuci bersih, ditiriskan, dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Daun kelor kemudian dibagi menjadi 2 bagian, masing-masing 500 gram, bagian pertama dihaluskan dengan cara dipotong kecil-kecil dan bagian kedua direbus di dalam panci yang berisi akuademineralisata sebanyak 750 ml pada suhu 100 o C selama ± 6 menit lalu ditiriskan dan dihaluskan dengan cara dipotong kecil-kecil.

3.9. Proses Destruksi

Sampel ditimbang seksama sebanyak 10 gram dalam krus porselen, diarangkan di atas hotplate, lalu diabukan dalam tanur dengan temperatur awal 100°C dan perlahan-lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 500°C dengan interval 25 o C setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 60 jam untuk daun kelor segar, 36 jam untuk daun kelor rebus dan dibiarkan hingga dingin pada desikator prosedur modifikasi Isaac, 1990.

3.10. Pembuatan Larutan Sampel

Sampel hasil destruksi dilarutkan dalam 10 ml HNO 3 1:1, lalu dituangkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan diencerkan dengan akuademineralisata hingga garis tanda Isaac, 1990. Kemudian disaring dengan Kertas Whatmann No. 42. Sebanyak 5 ml filtrat pertama dibuang untuk Universitas Sumatera Utara 23 menjenuhkan kertas saring kemudian filtrat selanjutnya ditampung ke dalam botol. Larutan ini digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. 3.11 Pemeriksaan Kualitatif 3.11.1 Kalsium

3.11.1.1 Uji nyala NiCr

Kawat NiCr dibersihkan dengan HCl pekat lalu dipijar pada api bunsen sampai tidak memberikan warna khusus pada nyala bunsen. Kemudian kawat dicelupkan pada sampel lalu dipijar pada api bunsen, amati warna yang terjadi. Jika terdapat kalsium, akan terbentuk warna merah-kekuningan pada nyala bunsen Vogel, 1979.

3.11.1.2 Uji Kristal Kalsium dengan Asam Sulfat 1 N

Larutan zat diteteskan 1-2 tetes pada object glass kemudian ditetesi dengan larutan asam sulfat dan etanol 96 akan terbentuk endapan putih lalu diamati di bawah mikroskop. Jika terdapat kalsium akan terlihat kristal berbentuk jarum Vogel, 1979. 3.11.2 Kalium 3.11.2.1 Uji nyala NiCr Kawat NiCr dibersihkan dengan HCl pekat lalu dipijar pada api bunsen sampai tidak memberikan warna khusus pada nyala bunsen. Kemudian kawat dicelupkan pada sampel lalu dipijar pada api bunsen, amati warna yang terjadi. Jika terdapat kalium, akan terbentuk warna lembayung lila pada nyala bunsen Vogel, 1979. Universitas Sumatera Utara 24

3.11.2.2 Uji Kristal Kalium dengan Asam Pikrat

Larutan zat diteteskan 1-2 tetes pada object glass kemudian ditetesi dengan larutan asam pikrat, dibiarkan ± 5 menit lalu diamati di bawah mikroskop. Jika terdapat kalium akan terlihat kristal berbentuk jarum besar Vogel, 1979. 3.11.3 Magnesium 3.11.3.1 Reaksi Kualitatif dengan Larutan Kuning Titan 0,1 bv Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan sampel, ditambah 5 -6 tetes NaOH 2 N dan 3 tetes pereaksi kuning titan. Dihasilkan endapan merah terang Vogel, 1979. 3.12Pemeriksaan Kuantitatif 3.12.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalsium Larutan baku kalsium 1000 µgml dipipet sebanyak 5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata konsentrasi 50 µgml. Larutan untuk kurva kalibrasi kalsium dibuat dengan memipet 1, 2, 3, 4, dan 5 ml larutan baku 50 µgml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata larutan ini mengandung 1,0 µgml; 2,0 µ gml; 3,0 µ gml; 4,0 µ gml dan 5,0 µgml dan diukur pada panjang gelombang 422,7 nm.

3.12.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalium

Larutan baku kalium 1000 µgml dipipet sebanyak 5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata konsentrasi 50 µgml. Universitas Sumatera Utara 25 Larutan untuk kurva kalibrasi kalium dibuat dengan memipet 1, 2, 3, 4, dan 5 ml larutan baku 50 µgml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata larutan ini mengandung 1,0 µgml; 2,0 µ gml; 3,0 µ gml; 4,0 µ gml dan 5,0 µgml dan diukur pada panjang gelombang 766,5 nm.

3.12.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Magnesium

Larutan baku magnesium 1000 µgml dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata konsentrasi 10 µ gml. Larutan untuk kurva kalibrasi magnesium dibuat dengan memipet 1, 2, 3, 4, dan 5 ml larutan baku 10 µgml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata larutan ini mengandung 0,2 µgml; 0,4 µ gml; 0,6 µ gml; 0,8 µ gml dan 1,0 µgml dan diukur pada panjang gelombang 285,2 nm. 3.13 Penetapan Kadar Kalsium, Kalium, dan Magnesium dalam Sampel 3.13.1 Penetapan Kadar Kalsium Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,1 ml untuk daun kelor segar dan 0,1 ml untuk daun kelor rebus, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata. Kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi. Universitas Sumatera Utara 26

3.13.2 Penetapan Kadar Kalium

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,1 ml untuk daun kelor segar dan 0,5 ml untuk daun kelor rebus, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata. Kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 766,5 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalium. Konsentrasi kalium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.13.3 Penetapan Kadar Magnesium

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,1 mluntuk daun kelor segar dan 0,2 ml untuk daun kelor rebus, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata. Kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 285,2 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku magnesium. Konsentrasi magnesium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi. Kadar kalsium, kalium, dan magnesium dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : Kadar µ gg = K µ V F B 3.14 Validasi 3.14.1 Simpangan Baku Relatif Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan Universitas Sumatera Utara 27 derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang beragam. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan. Menurut Harmita 2004, rumus untuk menghitung simpangan baku relatif adalah: RSD = SD X x 100 Keterangan : X̅ = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi RSD = Relative Standard Deviation Simpangan Baku Relatif

3.14.2 Uji Perolehan Kembali Recovery

Uji perolehan kembali atau recovery dilakukan dengan metode penambahan larutan baku standard addition method. Dalam metode ini, kadar logam dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penentuan kadar logam dalam sampel setelah penambahan larutan baku dengan konsentrasi tertentu Ermer dan McB. Miller, 2005. Daun kelor yang telah dihaluskan ditimbang secara seksama sebanyak 10 gram, lalu ditambahkan 8 ml larutan baku kalsium konsentrasi 1000 µgml, 12 ml larutan baku kalium konsentrasi 1000 µgml, dan 5 ml larutan baku magnesium konsentrasi 1000 µgml, kemudian dilanjutkan dengan prosedur destruksi kering seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Prosedur pengukuran uji perolehan kembali dilakukan sama dengan prosedur penetapan kadar sampel. Menurut Harmita 2004, persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus di bawah ini: Universitas Sumatera Utara 28 Persen Perolehan Kembali = C F - C A C A ×100 Keterangan : C A = Kadar logam dalam sampel sebelum penambahan baku mg100g C F = Kadar logam dalam sampel setelah penambahan baku mg100g C A = Kadar larutan baku yang ditambahkan mg100g

3.14.3 Penentuan Batas Deteksi Limit of Detection dan Batas Kuantitasi

Limit of Quantitation Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Menurut Harmita 2004, batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Simpangan Baku � ⁄ = √ ∑ − � − Batas deteksi LOD = �� ⁄ �� � Batas Kuantitasi LOQ = �� ⁄ �� � Universitas Sumatera Utara 29 3.15 Analisis Data Secara Statistik 3.15.1 Penolakan Hasil Pengamatan Menurut Sudjana 2005, kadar kalsium, kalium, dan magnesium yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing larutan sampel dianalisis dengan metode standar deviasi dengan rumus: SD = √ ∑ X −X̅ − Keterangan : Xi = Kadar sampel X̅ = Kadar rata-rata sampel n = Jumlah perulangan Untuk mencari t hitung digunakan rumus : t hitung = X−X̅ SD√ dan untuk menentukan kadar logam di dalam sampel dengan interval kepercayaan 99, � = 0.05, dk = n-1, dapat digunakan rumus : Kadar logam : � = X̅ ± t�2, dk x SD√n Keterangan : X̅ = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi dk = Derajat kebebasan dk = n-1 � = interval kepercayaan n = jumlah perulangan

3.15.2 Pengujian Beda Nilai Rata-rata Antar Sampel

Menurut Sudjana 2005, sampel yang dibandingkan adalah independen dan jumlah pengamatan masing- masing lebih kecil dari 30 dan varians σ tidak Universitas Sumatera Utara 30 diketahui sehingga dilakukan uji F untuk mengetahui apakah varians kedua populasi sama σ 1 =σ 2 atau berbeda σ 1 ≠σ 2 dengan rumus : F = � � Keterangan : F = Beda nilai yang dihitung S 1 = Standar Deviasi sampel 1 S 2 = Standar Deviasi sampel 2 Apabila dari hasilnya diperoleh F tidak melewati nilai kritis F maka dilanjutkan uji dengan distribusi t dengan rumus : t = − � √ � + � S P = √ − � + − � + − Keterangan : X 1 = kadar rata-rata sampel 1 X 2 = kadar rata-rata sampel 2 S p = simpangan baku n 1 = jumlah perlakuan sampel 1 n 2 = jumlah perlakuan sampel 2 S 1 = Standar Deviasi sampel 1 S 2 = Standar Deviasi sampel 2 Kedua sampel dinyatakan berbeda apabila t yang diperoleh melewati nilai kritis t, dan sebaliknya. Universitas Sumatera Utara 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan oleh Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Bogor. Disebutkan bahwa tumbuhan yang digunakan adalah daun kelor Moringa oleifera Lam. suku Moringaceae. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 42.

4.2 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan sebagai analisis pendahuluan untuk mengetahui ada atau tidaknya kalsium, kalium, dan magnesium dalam sampel. Data dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Lampiran 7, halaman 50-51. Tabel 4.1 Hasil Analisis Kualitatif No. Mineral yang dianalisis Perlakuan Hasil Reaksi Keterangan 1. Kalsium Uji nyala Merah bata + Asam Sulfat 1 N Kristal jarum + 2. Kalium Uji nyala Lembayung + Asam Pikrat Kristal jarum besar + 3. Magnesium Larutan Kuning Titan 0,1 bv Endapan merah terang + Keterangan : + : Mengandung mineral Universitas Sumatera Utara 32 Dari tabel di atas menunjukkan bahwa larutan sampel yang diperiksa mengandung kalsium, kalium, dan magnesium. Sampel dikatakan positif mengandung kalsium apabila menghasilkan nyala merah bata ketika dilakukan uji nyala dengan kawat NiCr dan kristal jarum dengan penambahan asam sulfat 1 N, mengandung kalium apabila menghasilkan nyala lembayung dengan kawat NiCr dan kristal jarum besar dengan penambahan asam pikrat, serta mengandung magnesium apabila menghasilkan endapan merah terang dengan penambahan larutan kuning titan 0,1 bv. Berdasarkan hasil reaksi dari masing-masing mineral tersebut membuktikan bahwa larutan sampel mengandung kalsium, kalium, dan magnesium. 4.3 Analisis Kuantitatif 4.3.1 Kurva Kalibrasi Kalsium, Kalium, dan Magnesium

Dokumen yang terkait

Karakterisasi Simplisia dan Analisis Kalium, Kalsium, Natrium dan Magnesium pada Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 10 115

Analisis Kandungan Kalsium, Kalium, dan Magnesium pada Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) Segar dan Direbus Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 15

Analisis Kandungan Kalsium, Kalium, dan Magnesium pada Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) Segar dan Direbus Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 2

Analisis Kandungan Kalsium, Kalium, dan Magnesium pada Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) Segar dan Direbus Secara Spektrofotometri Serapan Atom

1 2 4

Analisis Kandungan Kalsium, Kalium, dan Magnesium pada Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) Segar dan Direbus Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 1 15

Analisis Kandungan Kalsium, Kalium, dan Magnesium pada Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) Segar dan Direbus Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 2

Analisis Kandungan Kalsium, Kalium, dan Magnesium pada Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) Segar dan Direbus Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 73

Karakterisasi Simplisia dan Analisis Kalium, Kalsium, Natrium dan Magnesium pada Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 11

Karakterisasi Simplisia dan Analisis Kalium, Kalsium, Natrium dan Magnesium pada Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 2

Karakterisasi Simplisia dan Analisis Kalium, Kalsium, Natrium dan Magnesium pada Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 10