Dimensi Spiritual Perkembangan Spiritual Lansia

f. Terpisah dari ikatan spiritual Menderita sakit terutama yang bersifat kronik, sering kali membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman dekat yang bisa memberikan dukungan setiap saat diinginkan . g. Isu moral terkait dengan terapi Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukkan kebesaran-Nya, walaupun ada juga agama yang menolak intervensi pengobatan.

2.1.5 Dimensi Spiritual

Dimensi spiritual dibedakan menjadi tiga dimensi yaitu : 1. Dimensi psikologis jiwa mencakup kesadaran diri self consciousness dan identitas diri self identity. Inilah aspek kepribadian yang berhubungan dengan masalah interaksi antarmanusia dan berkaitan dengan emosi seperti rasa duka cita, rasa kehilangan, dan rasa bersalah dan dialami jauh di lubuk jiwa Young, 2007. 2. Dimensi fisik tubuh merupakan kesadaran akan alam world conscions. Aspek inilah yang memungkinkan seseorang merasa, melihat, mendengar, membau, meraba, dan disentuh orang lain Young, 2007. 3. Dimensi rohani spirit dideskripsikan sebagai daya yang menyatukan dalam diri manusia, mengintegrasikan, dan mengatasi dimensi lainnya. Dimensi ini juga diberikan seabagai kesadaran akan Tuhan God- Universitas Sumatera Utara cosciousness atau berkaiatan dengan kedawatan atau nilai-nilai mutlak. Dimensi ini menyangkut makna hidup, pemahaman manusia akan iman, dan berhubungan intim pribadi manusia dengan Tuhan Young, 2007 .

2.1.6 Perkembangan Spiritual Lansia

Pertumbuhan spiritual mencakup perkembangan identitas, penciptaan dan pemeliharaan relasi yang bermakna dengan orang lain dan ilahi, menghargai alam, dan mengembangkan suatau kesadaran transendetal. Perkembangan spiritual berawal sejak dini: “Berawal dengan tangisan bayi saat dilahirkan, jiwa manusia rindu akan kebersatuan” Young, 2007 Tujuan-tujuan spiritual anak, remaja, dan dewasa awal berpusat pada pencapaian keterampilan dan pengetahuan yang mengarahkan mereka pada produktivitas dan mencapai tujuan-tujuan pribadi mereka. Paruh kedua dari kehidupan mereka mencakup perjalan spiritual yang berbeda. Spiritualitas pada paruh kedua kehidupan mencakup kemampuan berfikir abstrak, toleransi terhadap ambiguitas dan pertentangan, mengalami fleksibilitas emosional, dan komitmen terhadap nilai-nilai universal yang sejati. Meski demikian, tak seorang pun dapat mencapai tingkat integrasi dengan diri mereka sendiri, dengan orang lain, atau dengan alam, atau mencapai transendensi Young, 2007. Tugas-tugas perkembangan masa lanjut usia mencakup penemuan makna dan kepenuhan di dalam hidup dan menjelajahi aspek-aspek positif dari kehidupan. Tugas-tugas perkembangan mencakup hal-hal berikut Young, 2007 1. Pengakuan dan penerimaan keterbatasan-keterbatasan diri. 2. Merencanakan untuk mengatur hidup yang aman. Universitas Sumatera Utara 3. Mewujudkan gaya hidup sehat. 4. Melanjutkan relasi hangat dengan keluarga dan teman-teman. 5. Menghadapi realitas tak terelakan dari kematian dan kematian dari orang yang dicintai. Teoritikus perkembangan psikososial Erik Erikson menyebutkan tugas- tugas perkembangan pada tahap kehidupan ini sebagai integritas ego versus keputusasaan. Tugas-tugas ini mencakup intgrasi dari semua elemen masa lalu dan penerimaan bahwa hanya hidup semacam inilah yang mesti dihidupi. Tujuan pada tahap ini adalah kemampuan untuk melihat kembali hidup secara penuh makna dan memuaskan. Aspek-aspek positif dari hidup perlu dijelajahi dengan orang-orang perlu melihat kontribusi mereka bagi orang lain dan lingkungan sekitar mereka. Jika orang gagal untuk mencapai tugas ini, mereka akan menghadapi perasaan sis-sis dan tanpa pengharapan bahwa mereka telah gagal menyelesaikan apa yang mereka inginkan di dalam kehidupan. Kemarahan, kedengkian, dan perasaan ketidakmampuan dan tak berharga dapat muncul Young, 2007. James Fowler, yang memgembangkan tahapan perkembangan spiritual dari orang dewasa sebagai proses universal iman Young, 2007. Fase ini menghadirkan titik puncak dari seluruh karya dari tahap iman sebelumnya dan diwujudkan dengan perasaan akan cinta dan keadilan yng absolut bagi semua orang. Bagi seorang individu pada tahap ini adalah seseorang yang “dapat mengorbankan dirinya sendiri untuk memenuhi Universitas Sumatera Utara kebutuhan orang lain”. Tahap ini sulit untuk dicapai dan hanya sedikit orang yang pernah mencapainya. Seseorang yang sungguh berada pada tahap ini menjawab otoritas lebih daripada yang dikenal oleh dunia dan sering terlihat sebagai pribadi subvertif Young, 2007. 2.2 Lansia 2.2.1 Definisi Lansia