Pertanyaan Penelitian Tujuan Penelitian Lansia .1 Definisi Lansia Teori biologis

keyakinan, rasa percaya diri dan cinta. Lansia juga akan mampu membina integritas personal dan merasa dirinya berharga, merasakan kehidupan yang terharah terlihat melalui harapan, serta mampu mengembangkan hubungan antar manusia yang positif Hamid, 2000. Spiritualitas memiliki peran penting dalam pembangunan kesejahteraan pada orang yang menderita penyakit kronis, spiritualitas memungkinkan seseorang “untuk berdamai dengan masa lalu, menerima keadaan saat ini, menjaga pandangan hidup yang positif, dan mencapai kepuasan hidup Young, 2007. Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan bahwa terdapat 180 orang lansia yang tinggal di tempat tersebut dan semua lansia memiliki keluhan menderita penyakit kronis. Dari uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang gambaran spiritual lanjut usia yang menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran spiritual pada lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui gambaran spiritual lanjut usia yang menderita penyakit kronis di UPT Pelayanan Sosial Lansia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. Universitas Sumatera Utara 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Praktek Keperawatan Dari hasil penelitian ini perawat dapat memperhatikan kebutuhan spiritual lansia dalam memberikan asuhan keperawatan yang komperehensif untuk klien lanjut usia khususnya yang menderita penyakit kronis.

1.4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat diintegrasikan dalam pembelajaran keperawatan gerontik tentang kebutuhan spiritual pada lansia, sehingga dapat dikembangkan dalam praktek belajar lapangan keperawatan.

1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukkan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan spiritual lansia dengan permasalahan kesehatan yang lebih spesifik. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Konsep Spiritual 2.1.1 Definisi Spiritual Spiritual adalah hubungan transenden antara manusia dengan yang Maha Tinggi, sebuah kualitas yang berjalan di luar afiliasi agama tertentu, yang berjuang keras untuk mendapatkan penghormatan, kekaguman, inspirasi, dan yang memberi jawaban tentang sesuatu yang tidak terbatas. Spiritual dapat juga didefinisikan sebagai dimensi integral dari kesehatan dan kesejahteraan setiap manusia Skokan dan Bader, dalam Stenley, 2008. Spiritualitas adalah konsep dua dimensi vertikal dan horizontal. Dimensi vertikal mewakili hubungan dengan Tuhan, dan dimensi horizontal mewakili hubungan dengan orang lain. Spiritual digambarkan sebagai sumber kekuatan dan harapan. Maslow mendefinisikan spiritualitas sebagai sebuah tahapan aktualisasi diri seseorang berlimpah dengan kreativitas, institusi, keceriaan, sukacita, kasih, kedamaian, toleransi, kerendah- hatian, serta memiliki tujuan hidup yang jelas. Menurut Maslow, pengalaman spiritual adalah puncak tertinggi manusia. Bahkan Maslow menyatakan bahwa pengalaman spiritual telah melewati hierarki kebutuhan manusia. Spiritual mecakup aspek non fisik dan immaterial dari keberadaan seseorang manusia. Ia dilengkapi dengan energi, inti jiwa, dan bagian-bagian yang lain akan tetap bereksistensi setelah terpisah dari tubuh. Seluruh gambaran tentang kesehatan mencakup komponen fisik, mental dan spiritual. Seseorang menganut Universitas Sumatera Utara keyakinan keagamaan atau tidak, ia dapat menghayati hidup dan menyelidiki pengaruh spiritualitasnya untuk kesehatan Young, 2007.

2.1.2 Elemen-Elemen Pokok Spiritual

Pusat hubungan antara diri sendiri, sesama dan Tuhan selalu menjadi perhatian utama dalam diskusi tentang spiritual dan juga menjadi tema utama dalam pelbagai macam literatur. 1. Diri sendiri, jiwa seseorang dan daya jiwa merupakan hal yang fundamental dan eksplorasi atau penyelidikan spiritual. 2. Sesama, hubungan seseorang dengan sesama sama pentingnya dengan diri sendiri. Kebutuhan untuk menjadi anggota masyarakat dan kesaling terhubungan telah lama diakui sebagai bagian pokok pengalaman manusiawi. 3. Tuhan, pemahaman tentang Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan secara tradisional dipahami dalam kerangka hidup keagamaan. Akan tetapi, dewasaini telah dikembangkan secara lebih luas dan tidak terbatas. Tuhan dipahami sebagai daya yang menyatukan, prinsip hidup atau hakikat hidup. Kodrat Tuhan mungkin mengambil pelbagai macam bentuk dan mempunyai makna yang berbeda bagi satu orang dengan orang lain. Manusia mengalami Tuhan dalam banyak cara seperti dalam relasi, alam, musik, seni, dan hewan peliharaan. Misalnya merawat bayi atau menyiangi tanaman dan merawat binatang dapat memberi perasaan puas akan diri sendiri serta kebahagian sejati Young, 2007. Universitas Sumatera Utara 2.1.3Karakteristik Spiritualitas Terdapat beberapa karakteristik spiritualitas yang meliputi hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan alam, hubungan dengan orang lain dan hubungan dengan Tuhan. a. Hubungan dengan Diri Sendiri. Maksudnya adalah kekuatan dari dalam diri sendiri dan self reliance. Hal ini meliputi pengetahuan diri yakni siapa diri, apa yang akan dilakukan, dan sikap percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa depan, ketenangan pikiran, harmoni atau keselarasan dengan diri sendiri Kozier, Erb, Blais Wilkinson, 1995. Jiwa seseorang dan daya jiwa merupakan hal yang menjadi fundamental dalam eksplorasi atau penyelidikan spiritualitas Young, 2007. b. Hubungan dengan Alam Harmoni yang menggambarkan hubungan dengan seseorang dengan alam yang meliputi minat dan ketertarikan terhadap tanaman, pohon, margasatwa dan iklim, kesenangan dan keinginan menikmati pemandangan alam, melakukan meditasi, yoga, reatret serta melindungi alam Kozier, Erb, Blais Wilkinson, 1995. c. Hubungan dengan Orang Lain Hubungan dengan orang lain lahir dari kebutuhan akan keadilan dan kebaikan, menghargai kelemahan dan kepekaan orang lain, rasa takut akan kesepian, keinginan dihargai dan diperhatikan, dan sebagainya. Hubungan seseorang dengan sesama sama pentingnya dengan diri Universitas Sumatera Utara sendiri. Kebutuhan untuk menjadi anggota masyarakat dan kesalingtergantungan telah lama diakui sebagai bagian pokok pengalaman manusiawi Young, 2007. d. Hubungan dengan Tuhan Pemahaman tentang Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan secara tradisional dipahami dalam rangka hidup keagamaan. Akan tetapi, dewasa ini telah dikembangkan secara lebih luas dan tidak terbatas. Tuhan dipahami sebagai daya yang menyatukan, prinsip hidup dan hakikat hidup. Kodrat Tuhan mungkin mengambil pelbagai macam bentuk dan mempunyai makna yang berbeda bagi satu orang dengan yang lain Young, 2007.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritual

Menurut Taylor 1997 dan Craven Hirnle 1996 dalam Young 2007, faktor-faktor mempengaruhi Spiritual seseorang adalah : a. Tahap perkembangan Spiritual berhubungan dengan kekuasaan non material, seseorang harus memiliki beberapa kemampuaan berfukir abstrak sebelum mulai mengerti spiritual dan menggali suatu hubungan dengan yang Maha Kuasa. Hal ini bukan berarti bahwa spiritual tidak memiliki makna bagi seseorang. b. Peran keluarga dalam perkembangan spiritual individu. Tidak begitu banyak yangdiajarka keluarga tentang Tuhan dan agama, tapi individu belajar tentang Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari Universitas Sumatera Utara tingkah laku keluarganya. Oleh karena itu keluarga merupakan lingkungan terdekat dan dunia pertama dimanaindividu mempunyai pandangan, pengalaman terhadap dunia yang yangdiwarnai oleh pengalaman keluarganya. c. Latar belakang etnik dan budaya Sikap, keyakinan dan nlai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama, termaksuk nilai moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan. d. Pengalaman hidup sebelumnya Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi spiritual seseorang dan sebaliknya juga mempengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual pengalaman tersebut. Peristiwa dalam kehidupan seseorangdianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia yang menguji imannya. e. Krisis dan perubahan Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering dialami ketika sesorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan kematian, khususnya pada pasien dengan penyakit terminal atau dengan prognosis yang buruk. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual yang bersifat fiskal dan emosional. Universitas Sumatera Utara f. Terpisah dari ikatan spiritual Menderita sakit terutama yang bersifat kronik, sering kali membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman dekat yang bisa memberikan dukungan setiap saat diinginkan . g. Isu moral terkait dengan terapi Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukkan kebesaran-Nya, walaupun ada juga agama yang menolak intervensi pengobatan.

2.1.5 Dimensi Spiritual

Dimensi spiritual dibedakan menjadi tiga dimensi yaitu : 1. Dimensi psikologis jiwa mencakup kesadaran diri self consciousness dan identitas diri self identity. Inilah aspek kepribadian yang berhubungan dengan masalah interaksi antarmanusia dan berkaitan dengan emosi seperti rasa duka cita, rasa kehilangan, dan rasa bersalah dan dialami jauh di lubuk jiwa Young, 2007. 2. Dimensi fisik tubuh merupakan kesadaran akan alam world conscions. Aspek inilah yang memungkinkan seseorang merasa, melihat, mendengar, membau, meraba, dan disentuh orang lain Young, 2007. 3. Dimensi rohani spirit dideskripsikan sebagai daya yang menyatukan dalam diri manusia, mengintegrasikan, dan mengatasi dimensi lainnya. Dimensi ini juga diberikan seabagai kesadaran akan Tuhan God- Universitas Sumatera Utara cosciousness atau berkaiatan dengan kedawatan atau nilai-nilai mutlak. Dimensi ini menyangkut makna hidup, pemahaman manusia akan iman, dan berhubungan intim pribadi manusia dengan Tuhan Young, 2007 .

2.1.6 Perkembangan Spiritual Lansia

Pertumbuhan spiritual mencakup perkembangan identitas, penciptaan dan pemeliharaan relasi yang bermakna dengan orang lain dan ilahi, menghargai alam, dan mengembangkan suatau kesadaran transendetal. Perkembangan spiritual berawal sejak dini: “Berawal dengan tangisan bayi saat dilahirkan, jiwa manusia rindu akan kebersatuan” Young, 2007 Tujuan-tujuan spiritual anak, remaja, dan dewasa awal berpusat pada pencapaian keterampilan dan pengetahuan yang mengarahkan mereka pada produktivitas dan mencapai tujuan-tujuan pribadi mereka. Paruh kedua dari kehidupan mereka mencakup perjalan spiritual yang berbeda. Spiritualitas pada paruh kedua kehidupan mencakup kemampuan berfikir abstrak, toleransi terhadap ambiguitas dan pertentangan, mengalami fleksibilitas emosional, dan komitmen terhadap nilai-nilai universal yang sejati. Meski demikian, tak seorang pun dapat mencapai tingkat integrasi dengan diri mereka sendiri, dengan orang lain, atau dengan alam, atau mencapai transendensi Young, 2007. Tugas-tugas perkembangan masa lanjut usia mencakup penemuan makna dan kepenuhan di dalam hidup dan menjelajahi aspek-aspek positif dari kehidupan. Tugas-tugas perkembangan mencakup hal-hal berikut Young, 2007 1. Pengakuan dan penerimaan keterbatasan-keterbatasan diri. 2. Merencanakan untuk mengatur hidup yang aman. Universitas Sumatera Utara 3. Mewujudkan gaya hidup sehat. 4. Melanjutkan relasi hangat dengan keluarga dan teman-teman. 5. Menghadapi realitas tak terelakan dari kematian dan kematian dari orang yang dicintai. Teoritikus perkembangan psikososial Erik Erikson menyebutkan tugas- tugas perkembangan pada tahap kehidupan ini sebagai integritas ego versus keputusasaan. Tugas-tugas ini mencakup intgrasi dari semua elemen masa lalu dan penerimaan bahwa hanya hidup semacam inilah yang mesti dihidupi. Tujuan pada tahap ini adalah kemampuan untuk melihat kembali hidup secara penuh makna dan memuaskan. Aspek-aspek positif dari hidup perlu dijelajahi dengan orang-orang perlu melihat kontribusi mereka bagi orang lain dan lingkungan sekitar mereka. Jika orang gagal untuk mencapai tugas ini, mereka akan menghadapi perasaan sis-sis dan tanpa pengharapan bahwa mereka telah gagal menyelesaikan apa yang mereka inginkan di dalam kehidupan. Kemarahan, kedengkian, dan perasaan ketidakmampuan dan tak berharga dapat muncul Young, 2007. James Fowler, yang memgembangkan tahapan perkembangan spiritual dari orang dewasa sebagai proses universal iman Young, 2007. Fase ini menghadirkan titik puncak dari seluruh karya dari tahap iman sebelumnya dan diwujudkan dengan perasaan akan cinta dan keadilan yng absolut bagi semua orang. Bagi seorang individu pada tahap ini adalah seseorang yang “dapat mengorbankan dirinya sendiri untuk memenuhi Universitas Sumatera Utara kebutuhan orang lain”. Tahap ini sulit untuk dicapai dan hanya sedikit orang yang pernah mencapainya. Seseorang yang sungguh berada pada tahap ini menjawab otoritas lebih daripada yang dikenal oleh dunia dan sering terlihat sebagai pribadi subvertif Young, 2007. 2.2 Lansia 2.2.1 Definisi Lansia Lansia atau lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari enam puluh tahun UU No. 13 Tahun 1998. Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan Depkes RI, 2001. Penuan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu.teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi biasanya dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan psikososial. Penelitian yang terlibat dengan jalur biologi telah memusatkan perhatian pada indikator yang dapat dilihat dengan jelas pada proses penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial mencoba untuk menjelaskan bagaimana psoses tersebut dipandang dalam kaitan dengan kepribadian dan perilaku Stanley, 2007. Universitas Sumatera Utara

a. Teori biologis

Teori biologi mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termaksuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit. Seiring dengan berkembangnya kemampuan kita untuk menyelidiki komponen-komponen yang kecil dan sangat kecil, suatu pemahaman tentang hubungan hal-hal yang mempengaruhi penuaan ataupun tentang penyebab penuaan yang sebelumnya tidak diketahui, sekarang telah mengalami peningkatan. Walaupun bukan merupakan suatu definisi penuaan, tetapi lima karakteristik penuaan telah dapat diidentifikasikan oleh para ahli. Teori biologis juga mencoba untuk menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan dengan cara yang berbeda dari waktu ke waktu dan faktor apa yang mempengaruhi umur panjang, perlawanan terhadap organisme, dan kematian atau perubahan seluler. Suatu pemahaman tentang perspektif biologi dapat memberikan pengetahuan pada perawat tentang faktor risiko spesifik dihubungkan dengan penuaan dan bagaimana orang dapat dibantu untuk meminimalkan atau mehindari risiko dan memaksimalkan kesehatan Stanley, 2007. Universitas Sumatera Utara

b. Teori genetika