66 berbeda dalam tiap masyarakat dan kebudayaan, b mengerti tentang
peranan kesehatan reproduksi dalam kehidupan manusia, dan keluarga, c mengembangkan pengertian tentang diri sendiri sehubungan dengan fungsi
dan kebutuhan seks, d membantu untuk mengembangkan kepribadian sehingga remaja mampu untuk mengambil keputusan yang bertanggung
jawab. Pengetahuan kesehatan reproduksi yang diterima oleh remaja dari sumber yang benar dapat menjadikan faktor untuk memberikan dasar yang
kuat bagi remaja dalam menyikapi segala perilaku seksual yang semakin menuju kematangan Miqdad, 2001.
Pengetahuan kesehatan reproduksi dapat menjadikan remaja memiliki sikap dan tingkah laku seksual yang sehat dan bertanggung
jawab Saringedyanti, 1999.
2. Pemahaman tingkat agama
Berdasarkan hasil p
value
= 0,000 0,05 dengan nilai koefisien
-0,315 dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi pemahaman tingkat
agama, maka perilaku seks pranikah remaja semakin rendah dan sebaliknya. Setiap ada peningkatan pemahaman tingkat agama sebesar
0,315 maka terjadi penurunan perilaku seks pranikah sebesar 0,315 dan sebaliknya.
Berdasarkan hasil penelitian Idayanti 2002, menyimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara religiusitas
dengan perilaku seksual remaja yang sedang pacaran, di mana semakin tinggi religiusitas maka perilaku seksual semakin rendah, dan sebaliknya.
67 Pemahaman tingkat agama mempunyai pengaruh terhadap perilaku seks
pranikah remaja, orang yang agamanya baik maka akan memiliki rasa takut untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dan dilarang dalam
agamanya Putri, 2007 . Dalam agama dijelaskan bahwa janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji
dan suatu jalan yang buruk. MUI menyatakan bahwa menerapkan hukum zina sebagai solusi untuk memberantas seks bebas Siradj, 2002.
Seseorang yang memiliki pemahaman tingkat agama yang tinggi berpengaruh terhadap perilaku remaja untuk tidak melakukan hal-hal yang
dilarang oleh agama.
3. Sumber informasi
Berdasarkan hasil p
value
= 0,000 0,05 dengan nilai koefisien 0,201 dapat dinyatakan bahwa semakin sedikit sumber informasi yang
diperoleh remaja tentang seks pranikah, maka perilaku seks pranikah
remaja semakin baik dan sebaliknya. Setiap ada peningkatan sumber informasi sebesar 0,201 maka terjadi kenaikan perilaku seks pranikah
sebesar 0,201 dan sebaliknya. Remaja akan terhindar dari keterlibatan dengan seks pranikah, jika remaja dapat membicarakan masalah seks
dengan orang tuanya. Artinya, orang tua menjadi pendidik seksualitas bagi anak remajanya Syafrudin, 2008.
Menurut Rohmahwati 2008, paparan media massa, baik cetak koran, majalah, buku-buku porno maupun elektronik TV, VCD,
Internet, mempunyai pengaruh terhadap remaja untuk melakukan
68 hubungan seksual pranikah. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
yang diperoleh remaja dari media massa belum digunakan untuk pedoman perilaku seksual yang sehat dan bertanggung jawab. Justru paparan
informasi seksualitas dari media massa baik cetak maupun elektronik yang cenderung bersifat pornografi dan pornoaksi dapat menjadi referensi
yang tidak mendidik bagi remaja. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau
didengarnya dari media massa tersebut. Maka dari itu sumber informasi yang baik dan bertanggung jawab diperlukan oleh remaja, agar remaja
tidak salah dalam mendapatkan sumber informasi.
4. Peran keluarga