Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian Pengadaan BarangJasa

BAB III PERJANJIAN PENGADAAN BARANGJASA

A. Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian Pengadaan BarangJasa

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah yang dimaksud dengan pengadaan barang jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang jasa oleh Kementerian Lembaga Satuan Kerja Perangkat Daerah Institusi yang prosesnya K LD I dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang Jasa. Pada tanggal 6 Agustus 2010 ditetapkan dan diberlakukanlah Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang jasa pemerintah. Terbitnya Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah merupakan satu bentuk kebijakan terkait pengadaan publik dalam upaya mengurangi ekonomi biaya tinggi, mendorong terjadinya pesaingan usaha yang sehat, meningkatkan penggunaan produk dalam negeri dan keberpihakan kepada pengusaha kecil. Pada akhirnya semua berdampak luas pada perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Belum genap 1 tahun sejak dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah, tanggal 30 Juni 2011 pemerintah telah mengeluarkan Perubahan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah dalam bentuk Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011. Kalau melihat dasar perubahan ini yang tertuang pada konsideran Peraturan Presiden Universitas Sumatera Utara Nomor 35 Tahun 2011 tentang Perubahan Pertama atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah maka landasan perubahannya adalah sehubungan dengan adanya gugatan tuntutan hukum dari pihak tertentu kepada Pemerintah yang sifat pekerjaan atau pembelaannya harus segera perlu dilakukan pengadaan konsultan hukum advokat atau arbiter yang tidak direncanakan sebelumnya secara cepat dengan tetap mengutamakan aspek kualitas, efisiensi dan tepat waktu. Dengan kata lain alasan perubahan ini dikarenakan perlunya konsultan hukum untuk mendampingi instansi pemerintah dalam menghadapi tututan dari pihak ketiga. Disini terlihat bahwa ada tuntutan hukum dari pihak tertentu kepada Pemerintah Republik Indonesia yang membutuhkan konsultan hukum advokad atau arbiter. Namun karena pemenuhan advokad atau arbiter ini tetap harus dilakukan dengan mekanisme lelang maka tentu saja membutuhkan waktu. Hal ini apabila tidak ditindak lanjuti akan menyebabkan pemerintah Indonesia kalah di pengadilan, sehingga membutuhkan dasar hukum untuk melaksanakan penunjukan langsung terhadap advokat atau arbiter yang diperlukan. Oleh sebab itu, perubahan yang dilakukan pada Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 tentang Perubahan Pertama atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah hanya pada Pasal 44 Ayat 2 yang merupakan penentuan kriteria keadaan tertentu untuk penunjukan langsung Jasa Konsultansi, namun hal ini tidak bertahan lama karena Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah telah ditandatangani oleh Presiden. Dalam Peraturan Presiden Nomor Universitas Sumatera Utara 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah mencakup berbagai perubahan kebijakan yang secara signifikan berpengaruh terhadap pengadaan barang jasa pemerintah PBJP, penyerapan anggaran negara, dan pencegahan korupsi dalam PBJP. Dengan kata lain, perubahan ini dimaksudkan untuk melakukan perubahan yang menyeluruh terhadap sistem pengadaan barang jasa yaitu dengan membuat sistem pengadaan menjadi lebih sederhana dan mudah dilaksanakan. Dasar hukum perjanjian pengadaan barang jasa terdapat dalam: 1. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. 2. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. 3. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2005 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. 4. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005 tentang Perubahan Ketiga atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. 5. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 tentang Perubahan Keempat atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. Universitas Sumatera Utara 6. Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2006 tentang Perubahan Kelima atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. 7. Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2006 tentang Perubahan Keenam atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. 8. Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. 9. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. 10. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 tentang Perubahan Pertama atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. 11. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. Kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa di lingkungan Pemerintah pertama sekali didasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. Keppres ini sudah diubah sebanyak tujuh kali, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. Sejak adanya Universitas Sumatera Utara Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah yang ditandatangani oleh Presiden pada tanggal 6 Agustus 2010, maka sejak 1 Januari 2011 Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Walaupun Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah secara hukum sudah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, tetapi oleh LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan BarangJasa Pemerintah diberikan aturan peralihan dan pengecualian bagi kontrak-kontrak yang sedang berjalan. Perjanjian atau kontrak yang telah ditanda tangani berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah tetap berlaku sampai dengan berakhirnya perjanjian atau kontrak. Kemudahan-kemudahan yang merupakan hal baru dalam Perpres Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah antara lain: a. Penyederhanaan cara pemilihan penyedia melalui lelang seleksi. Contohnya paket pekerjaan dengan nilai di atas Rp200.000.000 dua ratus juta rupiah sampai Rp5.000.000.000 lima ratus juta rupiah yang sebelumnya harus lelang umum sekarang boleh dilaksanakan dengan lelang sederhana untuk pengadaan barang dan dengan cara pemilihan langsung untuk pengadaan jasa konstruksi. Pengadaan barangjasa dengan nilai di atas Rp100.000.000 seratus juta rupiah sampai dengan Rp200.000.000 dua ratus juta rupiah, untuk barang jasa lainnya yang Universitas Sumatera Utara sebelumnya harus dilaksanakan dengan cara lelang sederhana, sekarang dibolehkan dengan cara pengadaan langsung tanpa proses lelang. b. Percepatan waktu proses pemilihan penyedia barang jasa. Contohnya waktu penayangan pengumuman yang sebelumnya 7 hari kerja, sekarang untuk lelang seleksi sederhana dipercepat menjadi 4 hari kerja, masa sanggah yang sebelumnya 5 hari kerja, sekarang untuk lelang seleksi sederhana dikurangi menjadi 3 hari kerja. c. Penyederhanaan dokumen pembayaran. Contohnya pengadaan barangjasa dengan nilai sampai dengan Rp10.000.000 sepuluh juta rupiah yang sebelumnya harus menggunakan kuitansi, sekarang cukup dengan mengunakan bukti pembelian. Pengadaan barang jasa dengan nilai di atas Rp10.000.000 sepuluh juta rupiah sampai dengan Rp50.000.000 lima puluh juta rupiah yang sebelumnya harus menggunakan surat perintah kerja SPK, sekarang cukup dengan mengunakan kuitansi. Pengadaan barang jasa dengan nilai di atas Rp50.000.000 lima puluh jita rupiah sampai dengan Rp200.000.000 dua ratus juta rupiah yang sebelumnya harus menggunakan surat perjanjian, sekarang cukup dengan mengunakan surat perintah kerja SPK. d. Kemudahan pengadaan barang jasa dengan cara pengadaan langsung. Contohnya untuk pengadaan barang jasa dengan nilai sampai dengan Rp10.000.000 sepuluh juta rupiah dengan cara pengadaan langsung yang sebelumnya harus menggunakan harga perkiraan sendiri HPS, sekarang tidak perlu menggunakan harga perkiraan sendiri HPS. Universitas Sumatera Utara Perubahan yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah bertujuan menghilangkan penyumbatan dalam daya serap bottlenecking dan multi tafsir yang membuat penyerapan anggaran terlambat dan memperjelas arah reformasi kebijakan pengadaan yang meliputi: 1. Percepatan penyerapan anggaran dengan dibuatnya ketentuan baru tentang: a. Kewajiban setiap KLDI membuat rencana umum pengadaan dan rencana penarikan; b. Kewajiban melaksanakan pengadaan di awal tahun; c. Memperluas penggunaan e-katalog untuk barang-barang yang spesifikasi dan harganya jelas di pasaran, seperti obat, alat kesehatan, alat pertanian, alat berat, bibit padi jagung, dan sejenisnya; d. Menaikkan nilai pengadaan langsung; e. Hasil pengadaan langsung harus diumumkan di website masing- masing KLDI untuk mencegah terjadinya penyimpangan; f. Penambahan metode pelelangan terbatas untuk pengadaan barang; g. Mengubah persyaratan konsultan internasional; Universitas Sumatera Utara h. Pengecualian persyaratan sertifikat keahlian untuk PPK yang dijabat Eselon II keatas atau dijabat oleh PAKPA apabila tidak ada pejabat yang memenuhi persyaratan bersertifikat; i. Memperpendek waktu pelelangan sederhana menjadi paling kurang 12 dua belas hari kerja semula 14 empat belas hari kerja; j. Pendelegasian menjawab sanggah banding; k. Menaikan jaminan sanggah banding semula dua per seribu dari nilai total harga perkiraan sendiri HPS atau paling tinggi sebesar Rp50.000.000,00 lima puluh juta rupiah menjadi 1 dari nilai HPS; l. Mengubah besaran uang muka kontrak tahun jamak maksimum; dan m. Larangan afiliasi. Afiliasi adalah keterkaitan hubungan baik antara penyedia barang jasa dengan PPK danatau ULP pejabat pengadaan berdasarkan hubungan seperti hubungan keluarga karena keturunan maupun perkawinan, pejabat pengadaan baik langsung atau pun tidak langsung menjalankan perusahaan pengadaan barang jasa, dan hubungan antara dua perusahaan yang dikendalikan baik langsung maupun tidak langsung oleh pihak yang sama yaitu 50 pemegang aham atau pengurusnya. 2. Memperjelas dan menghilangkan ketentuan yang multi tafsir yaitu: a. Memperjelas keberadaan ULP; Universitas Sumatera Utara b. Memperjelas tugas dan kewenangan Ketua dan Pokja ULP; c. Memperjelas penyetaraan teknis untuk pelelangan; d. Memperjelas bahwa yang berhak menyanggah adalah peserta yang memasukan penawaran; dan e. Memperjelas arah reformasi kebijakan pengadaan.

B. Prinsip Pengadaan Barang Jasa

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Pihak Pengangkut dalam Perjanjian Pengangkutan Pulp antara PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dengan CV. Anugrah Toba Permai Lestari (Studi pada CV. Anugrah Toba Permai Lestari)

0 119 99

Tinjauan Hukum Pembatalan Akta Perjanjian Kerjasama Pengadaan Barang Atas Dasar Wanprestasi (Studi PT.TNC)

3 102 129

Pelaksanaan Perjanjian Baku Dalam Perjanjian Pengangkutan Barang Melalui Perusahaan Angkutan Darat Di Kota Medan (Studi Di Perusahaan Pengangkutan Barang CV. Asi Murni)

1 37 159

Perjanjian Pengadaan Barang Dan Jasa Untuk Peningkatan Jalan Kereta Api Perlanaan – Gunung Bayu Antara Satuan Kerja Pengembangan Perkeretaapian Sumatera Utara dan PT. Wahana Adidaya Pertiwi

0 70 102

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGADAAN BARANG ANTARA CV. NADIA PERKASA DENGAN PT. KERETA API (PERSERO) DIVISI REGIONAL II SUMATERA BARAT.

0 0 9

Analisis Yuridis Perjanjian Pengadaan Barang dan Jasa Antara CV. Tugede Dengan Dispora Kota Tanjung Balai

0 0 7

Analisis Yuridis Perjanjian Pengadaan Barang dan Jasa Antara CV. Tugede Dengan Dispora Kota Tanjung Balai

0 0 1

SURAT PERJANJIAN ANTARA PT. ANGKASA PURA

0 0 5

BAB II PERJANJIAN PEMBORONGAN A. Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian Pemborongan - Perjanjian Pengadaan Barang Informasi Teknologi (IT) Antara CV. Dhymas Com dengan PT. Gapura Angkasa Dalam Pelaksanaannya.

0 0 33

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perjanjian Pengadaan Barang Informasi Teknologi (IT) Antara CV. Dhymas Com dengan PT. Gapura Angkasa Dalam Pelaksanaannya.

0 3 14