Metode Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan

Sebagai tambahan pula bahwa peran serta masyarakat dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan tidak dapat dihilangkan begitu saja. dalam hal ini masyarakat pun memiliki hak dan kewajibannya. Hak masyarakat berdasarkan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, yaitu: 1. Melakukan pengawasan untuk mewujudkan tertib pelaksanaan jasa konstruksi. 2. Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang dialami secara langsung sebagai akibat penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Kewajiban masyarakat berdasarkan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, yaitu: 1. Menjaga ketertiban dan memenuhi ketentuan yang berlaku di bidang Pelaksanaan jasa konstruksi. 2. Turut mencegah terjadinya pekerjaan konstruksi yang membahayakan kepentingan umum.

E. Metode Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan

Dalam tahap awal pelaksanaan perjanjian pemborongan dilakukan kualifikasi perusahaan pemborongan, yaitu: 37 1. Golongan C3 adalah pemborong yang mampu melaksanakan pekerjaan pemeliharaan perbaikan ringan dan pembangunan dengan persyaratan teknis sederhana bernilai di atas Rp 5.000.000 lima juta rupiah sampai dengan Rp 20.000.000 dua puluh juta rupiah. 37 Ibid., hal. 14. Universitas Sumatera Utara 2. Golongan C2 adalah pemborong yang mampu melaksanakan pekerjaan pemeliharaan perbaikan ringan dan pembangunan dengan persyaratan teknis sederhana bernilai di atas Rp 20.000.000 dua puluh juta rupiah sampai dengan Rp 50.000.000 lima puluh juta rupiah. 3. Golongan C1 adalah pemborong yang mampu melaksanakan pekerjaan pemeliharaan perbaikan ringan dan pembangunan dengan persyaratan teknis sederhana bernilai di atas Rp 50.000.000 lima puluh juta rupiah sampai dengan Rp 100.000.000 seratus juta rupiah. 4. Golongan B2 adalah pemborong yang mampu melaksanakan perbaikan dan pembangunan dengan persyaratan teknis madya di atas Rp 100.000.000 seratus juta rupiah sampai dengan Rp 200.000.000 dua ratus juta rupiah. 5. Golongan B1 adalah pemborong yang mampu melaksanakan perbaikan dan pembangunan dengan persyaratan teknis madya di atas Rp 200.000.000 dua ratus juta rupiah sampai dengan Rp 1.000.000.000 satu miliyar rupiah. 6. Golongan A adalah pemborong yang mampu melaksanakan pekerjaan perbaikan dan pembangunan dengan persyaratan teknis tinggi atau sangat tinggi bernilai di atas RP 1.000.000.000 satu miliar rupiah. Setelah tahap pengkualifikasian perusahaan pemborongan selesai lalu lanjut ke tahap selanjutnya, yaitu: 38 1. Pelelangan umum 38 Ibid., hal. 19-28. Universitas Sumatera Utara Pelelangan umum adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media masa dan atau pada papan pengumuman resmi untuk penerangan umum, sehingga masyarakat luas atau dunia usaha yang berminat dapat mengikutinya. Pelelangan umum dilakukan denga cara sebagai berikut: a. Diadakannya pengumuman kepada yang berminat. b. Pemberian penjelasan. c. Pengajuan penawaran kepada panitia. d. Pembukaan surat penawaran. e. Penetapan calon pemenang pelelangan. f. Penetapan pemenang pelelangan. g. Pengumuman pemenang pelelangan. h. Penunjukan pemenang. 2. Pelelangan terbatas Pelelangan terbatas adalah pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang dilakukan di antara pemborong atau rekanan yang dipilih dari pemborong atau rekanan yang terdaftar dalam Daftar Rekanan Mampu DRM sesuai dengan bidang usaha atau ruang lingkupnya atau klasifikasi kemampuannya. 3. Penunjukan langsung Penunjukan langsung adalah penunjukan pemborongan atau rekanan sebagai pelaksana pemborongan tanpa melalui pelelangan umum atau Universitas Sumatera Utara pelelangan terbatas dan dilakukan diantara sekurang-kurangnya tiga penawar dari pemborong atau rekanan yang tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu DRM. Penunjukan langsung bisa terjadi karena alasan khusus berhubungan dengan telah terjadinya bencana alam berdasarkan pernyataan Kepala Daerah yang bersangkutan. Contohnya penunjukan langsung pada pihak-pihak pemborong untuk membangun kembali Nangroe Aceh Darusalam pasca tsunami yang melanda Aceh 26 Desember 2004 lalu. Penunjukan langsung ini dikarenakan pekerjaan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi yang membutuhkan tindakan yang cepat. 4. Pengadaan langsung Pengadaan langsung adalah pelaksanaan pemborongan yang dilakukan dari pemborong rekanan golongan ekonomi lemah tanpa melalui pelelangan umum atau pelelangan terbatas atau penunjukan langsung. Dalam praktek jika pengguna jasa tidak menghendaki bahwa pekerjaan tersebut dilakukan oleh sub-kontraktor maka dalam perjanjian harus dicantumkan dengan tegas adanya klausula bahwa pekerjaan tersebut dilarang untuk diborongkan lebih lanjut kepada subkontraktor. Dalam praktek banyak sekali terjadi adanya subkontraktor yang memang dibutuhkan oleh kontraktor besar untuk dapat membantu menyelesaikan pekerjaan tersebut menurut bagian-bagian yang telah dibagi-bagi untuk dikerjakan. Universitas Sumatera Utara BAB III PERJANJIAN PENGADAAN BARANGJASA

A. Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian Pengadaan BarangJasa

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Pihak Pengangkut dalam Perjanjian Pengangkutan Pulp antara PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dengan CV. Anugrah Toba Permai Lestari (Studi pada CV. Anugrah Toba Permai Lestari)

0 119 99

Tinjauan Hukum Pembatalan Akta Perjanjian Kerjasama Pengadaan Barang Atas Dasar Wanprestasi (Studi PT.TNC)

3 102 129

Pelaksanaan Perjanjian Baku Dalam Perjanjian Pengangkutan Barang Melalui Perusahaan Angkutan Darat Di Kota Medan (Studi Di Perusahaan Pengangkutan Barang CV. Asi Murni)

1 37 159

Perjanjian Pengadaan Barang Dan Jasa Untuk Peningkatan Jalan Kereta Api Perlanaan – Gunung Bayu Antara Satuan Kerja Pengembangan Perkeretaapian Sumatera Utara dan PT. Wahana Adidaya Pertiwi

0 70 102

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGADAAN BARANG ANTARA CV. NADIA PERKASA DENGAN PT. KERETA API (PERSERO) DIVISI REGIONAL II SUMATERA BARAT.

0 0 9

Analisis Yuridis Perjanjian Pengadaan Barang dan Jasa Antara CV. Tugede Dengan Dispora Kota Tanjung Balai

0 0 7

Analisis Yuridis Perjanjian Pengadaan Barang dan Jasa Antara CV. Tugede Dengan Dispora Kota Tanjung Balai

0 0 1

SURAT PERJANJIAN ANTARA PT. ANGKASA PURA

0 0 5

BAB II PERJANJIAN PEMBORONGAN A. Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian Pemborongan - Perjanjian Pengadaan Barang Informasi Teknologi (IT) Antara CV. Dhymas Com dengan PT. Gapura Angkasa Dalam Pelaksanaannya.

0 0 33

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perjanjian Pengadaan Barang Informasi Teknologi (IT) Antara CV. Dhymas Com dengan PT. Gapura Angkasa Dalam Pelaksanaannya.

0 3 14