Alat-alat Bahan-bahan Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Sirsak Penyiapan Hewan Percobaan Perlakuan Hewan Percobaan

BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental, meliputi pengumpulan tumbuhan, pembuatan simplisia, karakterisasi dan skrining fitokimia simplisia, pembuatan ekstrak etanol daun sirsak, karakterisasi dan skrining fitokimia ekstrak, penyiapan hewan percobaan, perlakuan pada hewan percobaan, pengukuran kadar kreatinin dan urea serum darah. Data hasil penelitian dianalisis dengan metode analisis variansi ANAVA dengan tingkat kepercayaan 95, dilanjutkan dengan metode uji post hoc Duncan untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan menggunakan program SPSS Statistical Product and Service Solution versi 17. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi, Laboratorium Farmakologi dan Laboratorium Farmasi Fisik Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Agustus 2013 sampai Desember 2013.

3.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi blender Philip, lemari pengering, neraca listrik Mettler Toledo, neraca hewan GW-1500, rotary evaporator Heidolph WB 2000, water bath, hotplate, tanur Nabertherm, vortex V1 plus Boeco Germany, alat sentrifugasi Dynamica, spektrofotometer UV- Visible Shimadzu, spuit, oral sonde, mortar dan stamfer, dan alat-alat gelas lainnya.

3.2 Bahan-bahan

Bahan kimia yang digunakan adalah reagen kreatinin, reagen urea, etanol 96 teknis, pereaksi Bouchardat, Dragendorff, Mayer, besi III klorida 4,5 bv, Universitas Sumatera Utara Molish, timbal II asetat 0,4 M, asam sulfat 6 N, asam klorida 2 N, Lieberman- Burchard, toluena, kloroform, asam klorida, kloralhidrat, Na-CMC Natrium - Carboxy Methyl Cellulose, gentamisin dan akuades teknis.

3.3 Prosedur Pembuatan Simplisia

3.3.1 Pengumpulan bahan tumbuhan

Bahan tumbuhan yang digunakan adalah daun sirsak Annona muricata L. yang segar. Pengambilan bahan tumbuhan dilakukan secara purposif tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Bahan tumbuhan diambil dari Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara

3.3.2 Identifikasi tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di “Herbarium Bogoriense”, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi – LIPI Bogor. 3.3.3 Pembuatan simplisia Bahan tumbuhan daun sirsak yang masih segar dikumpulkan, dicuci bersih di bawah air mengalir, ditiriskan dan ditimbang berat basahnya 3,289 kg. Daun sirsak selanjutnya dikeringkan di lemari pengering hingga kering, dibuang benda-benda asing atau pengotoran-pengotoran lain yang masih tertinggal pada simplisia sortasi kering, ditimbang berat keringnya 604 gram kemudian diserbuk dan disimpan dalam wadah plastik yang tertutup rapat.

3.4 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia dan Ekstrak

Pemeriksaan karakteristik simplisia dan ekstrak meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut air, Universitas Sumatera Utara penetapan kadar sari larut etanol, penetapan kadar abu total dan penetapan kadar abu tidak larut dalam asam WHO, 1998; Ditjen POM, 1995.

3.4.1 Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk dari daun sirsak segar dan simplisia daun sirsak.

3.4.2 Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia daun sirsak. Daun sirsak dipotong melintang lalu diletakkan di atas kaca objek yang telah ditetesi dengan larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup, selanjutnya diamati di bawah mikroskop.

3.4.3 Penetapan kadar air

Penetapan kadar air dilakukan menurut metode Azeotropi destilasi toluen. Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, pendingin, tabung penyambung, tabung penerima 5 ml berskala 0,05 ml, alat penampung dan pemanas listrik. Cara kerja: Dimasukkan 200 ml toluen dan 2 ml air suling ke dalam labu alas bulat, lalu didestilasi selama 2 jam. Setelah itu, toulen dibiarkan mendingin selama 30 menit, dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan ketelitian 0,05 ml. Kemudian ke dalam labu tersebut dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan tetesan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air Universitas Sumatera Utara dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen WHO, 1998; Ditjen POM, 1995.

3.4.4 Penetapan kadar sari larut air

Sebanyak 5 g serbuk simplisia dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air- kloroform 2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah ditara dan sisa dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan WHO, 1998; Ditjen POM, 1995

3.4.5 Penetapan kadar sari larut etanol

Sebanyak 5 g serbuk simplisia dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96 dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105°C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 96 dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan WHO, 1998; Ditjen POM, 1995

3.4.6 Penetapan kadar abu total

Sebanyak 2 g serbuk simplisia dan ekstrak dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, jika arang masih tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa dan kertas saring dalam krus yang Universitas Sumatera Utara sama. Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan WHO, 1998; Ditjen POM, 1995.

3.4.7 Penetapan kadar abu tidak larut asam

Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu didihkan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, dipijarkan, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan WHO, 1998; Ditjen POM, 1995.

3.5 Skrining Fitokimia Simplisia dan Ekstrak

Skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak meliputi pemeriksaan senyawa golongan flavonoid, alkaloid, saponin, tannin, glikosida dan steroidtriterpenoid.

3.5.1 Pemeriksaan flavonoid

Serbuk simplisia dan ekstrak masing-masing ditimbang 0,5 g, lalu ditambahkan 10 ml metanol, direfluks selama 10 menit, disaring panas-panas melalui kertas saring. Filtrat diencerkan dengan 10 ml air suling, setelah dingin ditambahkan 5 ml petroleum eter, dikocok hati-hati, lalu didiamkan sebentar. Lapisan metanol diambil, diuapkan pada temperatur 40°C, sisanya dilarutkan dalam 5 ml etilasetat, disaring. Filtratnya digunakan untuk uji flavonoid dengan cara berikut: Universitas Sumatera Utara a. sebanyak 1 ml filtrat diuapkan sampai kering, sisa dilarutkan dalam 2 ml etanol 96, lalu ditambah 0,5 g serbuk Zn dan 2 ml asam klorida 2 N. Didiamkan selama 1 menit. Kemudian ditambahkan 10 tetes asam klorida pekat. Jika dalam waktu 2-5 menit terjadi warna merah intensif menunjukkan adanya flavonoid glikosida-3-flavonol. b. sebanyak 1 ml filtrat diuapkan sampai kering, sisa dilarutkan dalam 1-2 ml etanol 96, lalu ditambah 0,1 g serbuk Mg dan 10 tetes asam klorida pekat. Jika terjadi warna merah jingga sampai warna merah ungu menunjukkan adanya flavonoid. Jika terjadi warna kuning jingga menunjukkan adanya flavon, kalkon dan auron Ditjen POM, 1995.

3.5.2 Pemeriksaan alkaloid

Serbuk simplisia dan ekstrak masing-masing ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk tes alkaloid. Diambil 3 tabung reaksi, lalu ke dalamnya dimasukkan 0,5 ml filtrat. Pada masing-masing tabung reaksi: a. ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer b. ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat c. ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua dari tiga percobaan di atas Ditjen POM, 1995. Universitas Sumatera Utara

3.5.3 Pemeriksaan saponin

Serbuk simplisia dan ekstrak masing-masing ditimbang sebanyak 0,5 g dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 menit. Jika terbentuk busa setinggi 1 - 10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan buih tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin Ditjen POM, 1995.

3.5.4 Pemeriksaan tanin

Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia dan ekstrak disari dengan 10 ml air suling lalu disaring, filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 ml larutan dan ditambahkan 1 - 2 tetes pereaksi besi III klorida 1. Jika terjadi warna biru kehitaman atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin Ditjen POM, 1995.

3.5.5 Pemeriksaan glikosida

Serbuk simplisia dan ekstrak masing-masing ditimbang sebanyak 3 g, lalu disari dengan 30 ml campuran etanol 96-air 7:3 dan 10 ml asam klorida 2 N, direfluks selama 2 jam, didinginkan dan disaring. Diambil 20 ml filtrat, ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal II asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan selama 5 menit, lalu disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran kloroform - isopropanol 3:2 sebanyak 3 kali. Pada kumpulan sari lapisan isopropanol diuapkan pada suhu tidak lebih dari 50°C. Sisanya dilarutkan dengan 2 ml metanol untuk larutan percobaan, 0,1 ml larutan percobaan diuapkan di atas penangas air, pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes Molish, kemudian ditambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat, terbentuk cincin berwarna ungu pada batas cairan, menunjukkan adanya ikatan gula Ditjen POM, 1995. Universitas Sumatera Utara

3.5.6 Pemeriksaan steroidtriterpenoid

Serbuk simplisia dan ekstrak masing-masing ditimbang sebanyak 1 g, dimaserasi dengan 20 ml n-heksana selama 2 jam, disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap dan pada sisanya ditambahkan pereaksi Liebermann-Burchard melalui dinding cawan. Apabila terbentuk warna ungu atau merah yang berubah menjadi biru ungu atau biru hijau menunjukkan adanya steroidtriterpenoid Harborne, 1987.

3.6 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Sirsak

Sebanyak 200 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam wadah kaca, ditambahkan dengan etanol 96 sebanyak 1,5 L, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 2 L. Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Dienap tuangkan atau saring. Hasil yang diperoleh dipekatkan dengan alat rotary evaporator lalu di freeze drying untuk menghilangkan kandungan pelarutnya Ditjen POM, 1979.

3.7 Pembuatan Pereaksi

Pembuatan pereaksi mencakup pembuatan Na-CMC 0,5 dan pembuatan suspensi Ekstrak Etanol Daun Sirsak EEDS 8.

3.7.1 Pembuatan Na-CMC 0,5

Sebanyak 0,5 g Na-CMC ditaburkan dalam lumpang yang berisi ±20 ml air suling panas. Didiamkan selama 15 menit lalu digerus hingga diperoleh massa yang transparan, lalu digerus sampai homogen, diencerkan dengan air suling, Universitas Sumatera Utara dihomogenkan dan dimasukkan ke labu tentukur 100 ml, dicukupkan volumenya dengan air suling hingga 100 ml.

3.7.2 Pembuatan suspensi ekstrak etanol daun sirsak EEDS 8

Sebanyak 2 g ekstrak etanol daun sirsak dimasukkan ke dalam lumpang dan ditambahkan Na-CMC 0,5 bv sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen hingga 25 ml.

3.8 Penyiapan Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus putih jantan galur Wistar dengan berat badan 180 - 200 g. Sebelum perlakuan, hewan percobaan dikondisikan terlebih dahulu selama 1 minggu dengan kondisi lingkungan, makanan, suhu dan minuman yang sama. Setelah 1 minggu, dipilih tikus yang sehat ditandai dengan berat badan yang stabil atau meningkat.

3.9 Perlakuan Hewan Percobaan

Tikus jantan galur Wistar sebanyak 20 ekor dengan berat badan 180 - 200 g ditimbang berat badannya, dikelompokkan secara acak menjadi 5 kelompok, sehingga setiap kelompok terdiri dari 4 ekor tikus dan diberi perlakuan sebagai berikut: Kelompok I : Tikus diberikan 0,5 CMC-Na dosis 1 bb secara oral. Kelompok II : Tikus diberikan 0,5 CMC-Na dosis 1 bb secara oral dan gentamisin 40 mgml dosis 100 mgkg bb secara intraperitonial. Universitas Sumatera Utara Kelompok III : Tikus diberikan suspensi EEDS dosis 100 mgkg bb secara oral dan 60 menit kemudian tikus diberikan gentamisin 40 mgml dosis 100 mgkg bb secara intraperitonial. Kelompok IV : Tikus diberikan suspensi EEDS dosis 200 mgkg bb secara oral dan 60 menit kemudian tikus diberikan gentamisin 40 mgml dosis 100 mgkg bb secara intraperitonial. Kelompok V : Tikus diberikan suspensi EEDS dosis 300 mgkg bb secara oral dan 60 menit kemudian tikus diberikan gentamisin 40 mgml dosis 100 mgkg bb secara intraperitonial. Seluruh perlakuan dilakukan selama 8 hari dan semua hewan percobaan dibunuh pada hari kedelapan dengan cara dibius dengan kloroform, kemudian diambil cuplikan darah melalui jantung tikus Kore, et al., 2011; Chatterjee, et al., 2012.

3.10 Penyiapan Serum Darah Tikus