87
Diketahui nilai F tabel adalah 2,427 nilai F tabel tersaji di lampiran. Berdasarkan Tabel 4.13, diketahui nilai F hitung adalah
5,080. Perhatikan bahwa karena nilai F hitung 5,080 ≥ F tabel
2,427, maka disimpulkan bahwa pengaruh simultan dari seluruh variabel bebas signifikan secara statistika terhadap penggelapan
pajak. Diketahui nilai Sig. 0,001 0,05, maka pengaruh simultan dari seluruh variabel bebas signifikan terhadap penggelapan pajak.
4.1.3.5.2. Hasil Uji Statistik t
Uji statistik t berguna untuk menguji pengaruh dari masing- masing variabel independen secara parsial terhadap variabel
dependen.Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh masing- masing variabel independen secara parsial terhadap variabel
dependen dapat dilihat pada tingkat signifikansi 0.05.Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.18, jika nilai probability t 0.05
maka H
a
diterima, sedangkan jika nilai probability t 0.05 maka H
a
ditolak.Ghozali, 2011: 101.
Tabel 4.18 Hasil Uji Statistik t Uji Signifikansi Parsial
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients T
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
48.948 7.757
6.310 .000
Intensitas Pemeriksaan Pajak X1
-.518 .201
-.312 -2.576 .013
Kepatuhan Wajib Pajak X2 -.377
.290 -.182 -1.302
.200 Pengetahuan Wajib Pajak X3
-.447 .219
-.284 -2.043 .047
Sistem Perpajakan X4 -.511
.227 -.275 -2.257
.029 Kemungkinan Terdeteksinya
Kecurangan X5 -.084
.265 -.039
-.315 .754
Universitas Sumatera Utara
88
Tabel 4.19 Menguji Signifikan Pengaruh dengan Nilai t
Variabel Nilai T
Hitung Nilai T Tabel Tersaji di
Lampiran Interpretasi
Intensitas Pemeriksaan Pajak
-2,576 ±2,015
Pengaruh intensitas pemeriksaan pajak signifikan terhadap penggelapan pajak
Kepatuhan Wajib Pajak
-1,302 ±2,015
Pengaruh kepatuhan wajib pajak tidak signifikan terhadap penggelapan pajak
Pengetahuan Wajib Pajak
-2,043 ±2,015
Pengaruh pengetahuan wajib pajak signifikan terhadap penggelapan pajak
Sistem Perpajakan -2,257
±2,015 Pengaruh sistem perpajakan signifikan
terhadap penggelapan pajak Kemungkinan
Terdeteksinya Kecurangan
-0,315 ±2,015
Pengaruh kemungkinan terdeteksinya kecurangan tidak signifikan terhadap
penggelapan pajak
Tabel 4.20 Menguji Signifikan Pengaruh dengan Nilai Probabilitas Sig.
Variabel Nilai Sig.
Tingkat Signifikansi Interpretasi
Intensitas Pemeriksaan Pajak
0,013 � = 0,05
Pengaruh intensitas pemeriksaan pajak signifikan terhadap penggelapan pajak
Sig. 0,05
Kepatuhan Wajib Pajak
0,2 � = 0,05
Pengaruh faktor kepatuhan wajib pajak tidak signifikan terhadap penggelapan
pajak Sig. 0,05
Pengetahuan Wajib Pajak
0,047 � = 0,05
Pengaruh faktor pengetahuan wajib pajak signifikan terhadap penggelapan
pajak Sig. 0,05
Sistem Perpajakan 0,029
� = 0,05 Pengaruh faktor sistem perpajakan
signifikan terhadap penggelapan pajak
Sig. 0,05
Kemungkinan Terdeteksinya
Kecurangan 0,754
� = 0,05 Pengaruh faktor kemungkinan
terdeteksinya kecurangan tidak signifikan terhadap penggelapan pajak
Sig. 0,05
Berdasarkan hasil pengujian dari tabel 4.18, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
89
1. Hasil Uji Hipotesis Satu: Intensitas pemeriksaan pajak berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak.
Hasil uji hipotesis 1 yang ditunjukkan pada tabel 4.18, variabel intensitas pemeriksaan pajak mempunyai tingkat signifikasi sebesar 0.013 dan nilai t
sebesar -2.576.Hal ini berarti H
a1
diterima sehingga dapat dikatakan bahwa intensitas pemeriksaan pajak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
etika penggelapan pajak karena tingkat signifikasi yang dimiliki variabel intensitas pemeriksaan pajak 0.05 0.013 0.05 dan nilai thitung 2.015 -
2.576 2.015.Intensitas pemeriksaan pajak merupakan salah satu aplikasi ataupun tindakan antisipasi untuk mencegah terjadinya penggelapan pajak.
Semakin intensif pemeriksaan pajak dilakukan maka setiap Wajib Pajak akan semakin takut untuk melakukan penggelapan pajak. Pada dasarnya, penerapan
self assessment system harus memiliki kontrol yang tinggi dan salah satunya dilakukan dengan cara meningkatkan intensitas pemeriksaan pajak.
Pada penelitian ini, hipotesis diterima bahwa intensitas pemeriksaan pajak berpengaruh negatif.Apabila pihak fiskus melakukan pemeriksaan secara baik
maka penggelapan pajak dapat di minimalisir. Singkatnya, intensitas pemeriksaan pajak akan memberikan peranan yang lebih baik untuk
menghindarkan terjadinya penggelapan pajak. Tidak terbatas hanya berfokus pada Wajib Pajak, namun intensitas pemeriksaan pajak juga menjadi alat
evaluasi untuk penerapan Undang-Undang Perpajakan juga.Dengan demikian, segala tindakan yang tidak baik dalam bidang perpajakan harus dilakukan
evaluasi baik bagi pihak pemerintahan maupun pihak Wajib Pajak.
Universitas Sumatera Utara
90
2. Hasil Uji Hipotesis Dua: Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak.
Hasil uji hipotesis 2 yang ditunjukkan pada tabel 4.18, variabel kepatuhan Wajib Pajak mempunyai tingkat signifikasi sebesar 0.2 dan nilai t sebesar -
1.302. Hal ini berarti H
a2
diterima sehingga dapat dikatakan bahwa kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap etika
penggelapan pajak karena tingkat signifikasi yang dimiliki variabel kepatuhan Wajib Pajak 0.05 0.2 0.05 dan nilai thitung 2.015 -1.302
2.015.Setiap Wajib Pajak yang memiliki kesadaran yang tinggi untuk melakukan pembayaran pajak, diasumsikan memiliki tingkat kepatuhan yang
tinggi pula untuk melakukan pembayaran pajak dan mematuhi undang-undang perpajakan yang dibuat oleh pemerintah.
Kepatuhan Wajib Pajak memiliki hubungan yang negatif dengan etika penggelapan pajak. Mereka yang mematuhi undang-undang perpajakan akan
mampu menyadari kewajibannya sebagai Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran pajak. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat kepatuhan Wajib
Pajak maka akan semakin minim tingkat penggelapan pajak. Baik kepatuhan secara materil maupun formal memiliki hubungan yang negatif dengan etika
penggelapan pajak.
3. Hasil Uji Hipotesis Tiga: Pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak.
Hasil uji hipotesis 3 yang ditunjukkan pada tabel 4.18, variabel pengetahuan Wajib Pajak mempunyai tingkat signifikasi sebesar 0.047 dan
nilai t sebesar -2.043. Hal ini berarti H
a3
diterima sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
Universitas Sumatera Utara
91
etika penggelapan pajak karena tingkat signifikasi yang dimiliki variabel kepatuhan Wajib Pajak 0.05 0.047 0.05 dan nilai thitung 2.015 -2.043
2.015.Setiap Wajib Pajak sangat diharapkan memiliki pengetahuan yang baik mengenai perpajakan. Ketika mereka paham maka mereka akan memiliki
kesadaran untuk melakukan pembayaran pajak. Sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada para Wajib Pajak
mengenai segala hal tentang perpajakan dan tidak terkecuali mengenai undang-undang perpajakannya.Terutama karena Indonesia sendiri menerapkan
self assessment system, maka dari itu untuk melakukan pnghitungan pajak dan melakukan pelaporan SPT maka Wajib Pajak harus paham mengenai
kewajiban mereka baik kewajiban materil maupun kewajiban formalnya. Ketika mereka paham mengenai etika untuk melakukan pembayaran pajak itu
bersifat mutlak maka mereka akan enggan untuk melakukan penggelapan pajak. Sangat diharapkan kepatuhan Wajib Pajak dapat meningkatkan
penerimaan negara dari sektor perpajakan.
4. Hasil Uji Hipotesis Empat: Sistem Perpajakan berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak.
Hasil uji hipotesis 4 yang ditunjukkan pada tabel 4.18, variabel sistem perpajakan mempunyai tingkat signifikasi sebesar 0.029 dan nilai t sebesar -
2.257.Hal ini berarti H
a4
diterima sehingga dapat dikatakan bahwa sistem perpajakan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap etika penggelapan
pajak karena tingkat signifikasi yang dimiliki variabel sistem perpajakan 0.05 0.029 0.05 dan nilai thitung 2.015 -2.257 2.015.Hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh McGee 2008, Nickerson, et al 2009, Suminarsasi 2011, dan Suryani 2013 menyatakan
Universitas Sumatera Utara
92
bahwa sistem perpajakan memiliki korelasi negatif signifikan terhadap penggelapan pajak.
Sistem perpajakan yang baik dan terstruktur merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh setiap Wajib Pajak. Hal ini dikarenakan sebuah sistem
yang baik akan memberikan kemudahan untuk setiap Wajib Pajak dalam melakukan kewajibannya. Dengan demikian, sistem perpajakan sangat jelas
memiliki hubungan yang negatif dengan etika penggelapan pajak. Sebuah sistem merupakan wadah yang akan mengatur segala keteraturan dalam
berjalannya kegiatan tersebut, termasuk dalam hal pemungutan pajak. Menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan penjelasan bagian umum angka 3 sistem pemungutan pajak di Indonesia memiliki corak dan ciri tersendiri dengan
menganut self assessmentsystem dimana masyarakatWP diberikan
kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor serta melaporkan kewajiban pajaknya, dan menunjukkan sifat kegotongroyongan
pajak sebagai wujud kewajiban kenegaraan setiap anggota masyarakat. Dengan berbagai akses kemudahan sistem perpajakan yang ada, baik dalam
hal pelaporan SPT Surat Pemberitahuan Tahunan dan SSP Surat Setoran Pajak, serta kemudahan dalam membayar pajaknya, diharapkan
masyarakatWP mampu bekerjasama dengan baik dan jujur dalam melaporkan kewajiban perpajakannya sehingga mampu menekan angka penggelapan pajak
dan dapat meningkatkan penerimaan pajak untuk membiayai pembangunan nasional Suryani, 2013.
Universitas Sumatera Utara
93
5. Hasil Uji Hipotesis Lima: Kemungkinan terdeteksinya kecurangan berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak.
Hasil uji hipotesis 5 yang ditunjukkan pada tabel 4.18, variabel kemungkinan terdeteksinya kecurangan mempunyai tingkat signifikasi sebesar
0.754 dan nilai t sebesar -0.315.Hal ini berarti H
a5
diterima sehingga dapat dikatakan bahwa kemungkinan terdeteksinya kecurangan berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap etika penggelapan pajak karena tingkat signifikasi yang dimiliki variabel kemungkinan terdeteksinya kecurangan
0.05 0.754 0.05 dan nilai thitung 2.015 -0.315 2.015.Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu dan Hastuti 2009, Dyah 2011,
dan Suryani 2013 dimana kemungkinan terdeteksinya kecurangan melalui pemeriksaan pajak memiliki korelasi negatif terhadap penggelapan pajak.
Variabel kemungkinan terdeteksinya kecurangan ini merupakan bagian dari hal yang sangat mengancam dan membahayakan bagi setiap Wajib Pajak
yang memiliki itikad buruk untuk melakukan penggelapan pajak. Kemungkinan terdeteksinya kecurangan memiliki hubungan yang selaras
dengan intensitas pemeriksaan pajak, karena dengan melakukan pemeriksaan pajak maka kemungkinan untuk terdeteksinya kecurangan tersebut akan
semakin besar untuk diketahui. Ketika masyarakatWP menganggap bahwa persentase kemungkinan
terdeteksinya kecurangan melalui pemeriksaan pajak yang dilakukan tinggi maka dia akan cenderung untuk patuh terhadap aturan perpajakan dalam hal
ini berarti tidak melakukan penggelapan Pajak Tax Evasion secara ilegal, karena masyarakatWP takut jika ketika diperiksa dan ternyata melakukan
kecurangan maka dana yang akan dikeluarkan untuk membayar denda akan
Universitas Sumatera Utara
94
jauh lebih besar daripada pajak yang sebenarnya harus mereka bayar Suryani, 2013.
Pendekatan negatif yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengupayakan peningkatan pajak atau penurunan tax evasion
ternyata cukup bermanfaat.Pendekatan negatif berupa ancaman pemeriksaan yang dibarengi
dengan denda yang besar cukup efektif untuk menekan tax evasion Wajib Pajak.Hal ini terlihat dari ketakutan terhadap kemungkinan kecurangan yang
dilakukan ketahuan, ternyata secara psikologis berpengaruh signifikan terhadap tindakan yang mereka lakukan.Tekanan psikologis ini menyebabkan
mereka cenderung tidak melakukan tax evasion.
4.1.3.5.3. Hasil Uji Koefisien Determinasi Adjusted R