3.00 Intensitas pemeriksaan pajak berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak. Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak.

121

31. 4.00

4.00 5.00 4.00 17.00 4.25 32. 5.00 4.00 5.00 4.00 18.00 4.50

33. 4.00

4.00 4.00 5.00 17.00 4.25

34. 2.00

2.00 1.00 2.00 7.00 1.75 35. 5.00 5.00 4.00 5.00 19.00 4.75

36. 4.00

5.00 5.00 5.00 19.00 4.75

37. 4.00

4.00 5.00 4.00 17.00 4.25

38. 4.00

4.00 4.00 3.00 15.00 3.75 39. 5.00 5.00 4.00 4.00 18.00 4.50

40. 4.00

4.00 4.00 5.00 17.00 4.25

41. 5.00

4.00 5.00 4.00 18.00 4.50 42. 1.00 1.00 1.00 1.00 4.00 1.00

43. 5.00

5.00 4.00 4.00 18.00 4.50

44. 4.00

4.00 5.00 4.00 17.00 4.25

45. 3.00

4.00 3.00 4.00 14.00 3.50

46. 2.00

1.00 2.00 1.00 6.00 1.50

47. 5.00

5.00 5.00 5.00 20.00

5.00

48. 3.00

2.00 2.00 2.00 9.00 2.25 49. 4.00 4.00 4.00 4.00 16.00 4.00

50. 4.00

4.00 3.00 4.00 15.00 3.75 Universitas Sumatera Utara 122 Lampiran 3: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Intensitas Pemeriksaan PajakTax Audit Reliability Statistics Cronbachs Alpha N of Items .835 4 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbachs Alpha if Item Deleted x11 12.6600 3.045 .740 .758 x12 13.2800 3.553 .715 .788 x13 13.1400 2.735 .653 .809 x14 13.0000 3.143 .622 .811 Kepatuhan Wajib Pajak Tax Compliance Reliability Statistics Cronbachs Alpha N of Items .759 4 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbachs Alpha if Item Deleted x21 12.9400 1.853 .697 .621 x22 13.1400 2.245 .467 .747 x23 12.9400 2.058 .545 .708 x24 13.0000 2.041 .525 .720 Universitas Sumatera Utara 123 Pengetahuan Wajib Pajak Tax Knowledge Reliability Statistics Cronbachs Alpha N of Items .883 4 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbachs Alpha if Item Deleted x31 12.8200 3.375 .792 .833 x32 12.9400 3.568 .761 .846 x33 12.8600 3.347 .689 .875 x34 12.8600 3.388 .754 .847 Sistem Perpajakan Tax System Reliability Statistics Cronbachs Alpha N of Items .719 4 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbachs Alpha if Item Deleted x41 12.9400 2.547 .459 .689 x42 12.9600 2.651 .531 .646 x43 12.7800 2.257 .563 .624 x44 12.8600 2.858 .499 .668 Universitas Sumatera Utara 124 Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Tax Fraud Reliability Statistics Cronbachs Alpha N of Items .630 4 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbachs Alpha if Item Deleted x51 12.6600 2.188 .351 .601 x52 12.8400 2.178 .369 .592 x53 12.8200 1.824 .575 .456 x54 13.0400 1.304 .445 .585 Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak Tax Evasion Reliability Statistics Cronbachs Alpha N of Items .923 4 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbachs Alpha if Item Deleted y11 11.6000 8.408 .826 .899 y12 11.7000 8.133 .880 .881 y13 11.7800 7.604 .761 .931 y14 11.7800 8.624 .858 .892 Universitas Sumatera Utara 125 Lampiran 4: Hasil Uji Regresi Linier Berganda Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Intensitas Pemeriksaan Pajak X1 50 2.00 5.00 4.3400 .57312 Kepatuhan Wajib Pajak X2 50 2.00 5.00 4.3350 .45906 Pengetahuan Wajib Pajak X3 50 1.75 5.00 4.2900 .60474 Sistem Perpajakan X4 50 1.75 5.00 4.2950 .51182 Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan X5 50 3.50 5.00 4.2350 .43860 Etika Penggelapan Pajak Y 50 1.00 5.00 3.8850 .95058 Valid N listwise 50 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 50 Normal Parameters a,,b Mean .0000000 Std. Deviation 3.02751973 Most Extreme Differences Absolute .100 Positive .045 Negative -.100 Kolmogorov-Smirnov Z .707 Asymp. Sig. 2-tailed .700 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Universitas Sumatera Utara 126 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .605 a .366 .294 3.195 a. Predictors: Constant, Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan X5, Pengetahuan Wajib Pajak X3, Intensitas Pemeriksaan Pajak X1, Sistem Perpajakan X4, Kepatuhan Wajib Pajak X2 b. Dependent Variable: Etika Penggelapan Pajak Y ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 259.292 5 51.858 5.080 .001 a Residual 449.128 44 10.207 Total 708.420 49 a. Predictors: Constant, Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan X5, Pengetahuan Wajib Pajak X3, Intensitas Pemeriksaan Pajak X1, Sistem Perpajakan X4, Kepatuhan Wajib Pajak X2 b. Dependent Variable: Etika Penggelapan Pajak Y Universitas Sumatera Utara 127 Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 48.948 7.757 6.310 .000 Intensitas Pemeriksaan Pajak X1 -.518 .201 -.312 -2.576 .013 .980 1.021 Kepatuhan Wajib Pajak X2 -.377 .290 -.182 -1.302 .200 .735 1.361 Pengetahuan Wajib Pajak X3 -.447 .219 -.284 -2.043 .047 .745 1.343 Sistem Perpajakan X4 -.511 .227 -.275 -2.257 .029 .968 1.033 Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan X5 -.084 .265 -.039 -.315 .754 .961 1.040 a. Dependent Variable: Etika Penggelapan Pajak Y Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant -2.101 36.271 -.058 .954 Intensitas Pemeriksaan Pajak X1 -.121 .941 -.019 -.129 .898 Kepatuhan Wajib Pajak X2 1.778 1.356 .224 1.311 .197 Pengetahuan Wajib Pajak X3 -1.571 1.022 -.260 -1.537 .131 Sistem Perpajakan X4 -.208 1.060 -.029 -.196 .846 Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan X5 .241 1.241 .029 .194 .847

a. Dependent Variable: abs_residual_Glejser

Tabel Distribusi F Tingkat Signifikansi df1 df2 F Tabel 0.05 5 39 2.455831 0.05 5 40 2.449466 0.05 5 41 2.443429 0.05 5 42 2.437693 0.05 5 43 2.432236 0.05 5 44 2.42704 0.05 5 45 2.422085 0.05 5 46 2.417356 0.05 5 47 2.412837 0.05 5 48 2.408514 Universitas Sumatera Utara 128 Tabel Distribusi t Derajat Bebas Tingkat Signifikansi T Tabel 31 0.05 2.039513 32 0.05 2.036933 33 0.05 2.034515 34 0.05 2.032245 44 0.05 2.015368 36 0.05 2.028094 37 0.05 2.026192 38 0.05 2.024394 Universitas Sumatera Utara 106 DAFTAR PUSTAKA Augustine, Y. dan R. Kristaung.2013. Metodologi Penelitian Bisnis dan Akuntansi. Jakarta: PT Dian Rakyat. Anggraeni, Fanny. 2013. Pengaruh Penerapan Peraturan Perpajakan Dan Kualitas Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Formal, Fakultas Ekonomi Universitas computer Indonesia, Bandung. Ayu, Dyah dan Rini Hastuti. 2009. Persepsi WP: Dampak Pertentangan Diametral Pada Tax Evasion WP Dalam Aspek Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan, Keadilan, Ketepatan Pengalokasian, Teknologi Sistem Perpajakan, dan Kecenderungan Personal Studi WP Orang Pribadi. Kajian akuntansi. Bertens, K. 2004. Etika.Gramedia. Jakarta. Bologna, G. Jack, Robert J. Lindquist and Joseph T. Wells. 1993. Investigation Audit, 4 th Edition, New Jersey: Prentice-Hall. Doane, D. P., Seward, L. E. 2011. Measuring Skewness: A Forgotten Statistic? Journal Of Statistics Education, Volume19, Number 2. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19, Edisi 5. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Gio, P.U. 2013.Aplikasi Statistika dalam SPSS.Medan: USUPress. Gio, P.U. dan E. Rosmaini, 2015.Belajar Olah Data dengan SPSS, Minitab, R, Microsoft Excel, EViews, LISREL, AMOS, dan SmartPLS. Medan: USUpress. Gujarati, Damodar. 2004. Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta. Hamid, Abdul. 2010. Buku Panduan Penulisan Skripsi, Jakarta. Hidayat, Nur. 2013. Pemeriksaan Pajak, PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Insukindro. 1998. Pemilihan Model Ekonomi Empirik dengan Pendekatan Koreksi Kesalahan. Journal Ekonomi dan Keuangan Indonesia, hal 1-8. Kassipillai. 2006. Gender And Echnicity Differences In Tax Compliance. Asian Academy of Management Journal. Kuncoro, Mudrajad. 2013. Metode Riset Untuk Bisnis Ekonomi, Erlangga. Jakarta. Kurnia, Rahayu. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu. Kencana, Jakarta. Masri, Indah dan Dwi Martani. 2012. Pengaruh Tax Avoidence Terhadap Cost of Debt. PPJK 20, Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Universitas Sumatera Utara 107 McGee, R.W., Simon dan Annie. 2008. A comparative Study on Perceived Ethics of Tax Evasion: Hong Kong Vs the United Stated, Journal of Business Ethics 2008, pp. 147- 158. Nickerson, Inge. 2009. Pleshko dan McGee. Presenting the Dimensionality of An Ethics Scale pertaining To Tax Evasion, Journal of Legal, Ethical and Regulatory Issues, Volume 12, Number 1. Noor, J. 2011. Metodologi Penelitian untuk Skripsi, Tesis, Disertasi Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana. Nugroho. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Dengan Kesadaran Membayar Pajak Sebagai Variabel Intervening. Universitas Diponegoro: Skripsi Akuntansi. Palil, M. R. 2005. Taxpayers Knowledge: A Descriptive Evidence On Demographic Factors In Malaysia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan7 1: 11-21. Prasetyo, Sigit. 2010. Persepsi Etis Penggelapan Pajak Bagi Wajib Pajak Di Wilayah Surakarta.Universitas Sebelas Maret: Skripsi Akuntansi. Priyatno, Duwi.2010. Teknik Mudah Dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian Dengan SPSS.Yogyakarta: Gava Media. Purwono, Herry. 2010. Dasar-Dasar Perpajakan Akuntansi Pajak, Erlangga, Jakarta. Pusdiklatwas BPKP. 2008. Fraud Auditing. Edisi Kelima Putrawan, I Made. 2007. Pengujian Hipotesis Dalam Penelitian-Penelitian Sosial. Jakarta : Rineka Cipta. Rahayu, Dewi P. dan Fallan. 2010. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Transparansi Belanja Pajak, dan Keadilan Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak Pada Wajib Pajak di Kota Surakarta. Yogyakarta, Tesis Program Magister Sains Akuntansi UGM. Rahman, I. S. 2013.Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi, dan Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak Tax Evasion. Skripsi.Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Rietveld dan Sunaryanto. 1994. 87 Masalah Pokok dalam Regresi Berganda, Andi Offset, Yogyakarta Sekaran, Uma. 2007. Research Methods For Business, Edisi 4, Salemba 4, Jakarta. Sudarmanto, Gunawan. 2013. Statistika Terapan Berbasis Komputer, Mitra Wacana Media, Jakarta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Universitas Sumatera Utara 108 Suminarsasi, Wahyu dan Supriyadi. 2011. Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan dan Diskriminasi Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Penggelapan Pajak. Yogyakarta, PPJK 15 Universitas Gajah Mada. Suryani, Irma. 2013. Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi, dan Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Susetyo, B. 2010.Statistika untuk Analisis Data Penelitian, Bandung: Penerbit Refika Aditama. Syopiansyah. 2009. Etika Bisnis dan Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta. Waluyo. 2007. Perpajakan Indonesia, Edisi 10, Salemba Empat, Jakarta. Witono, Banu. 2008. Peranan Pengetahuan Pajak Pada Kepatuhan Wajib Pajak, Volume 7, Nomor 2, Hal 1-13, Indonesia. Xynas, Lidya. 2011. Tax Planning, Avoidence and Evasion in Australia 1970-2010; The Regulatory Responses and Taxpayer Compliance. Review Law Journal, Vol. 20 No. 1. Zain, M. 2007. Manajemen Perpajakan Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat. Trihastuti. 2009.Penghindaran atau Penggelapan Pajak?. Diakses pada dari World Wide web: http:trihastutie. wordpress.com 20090520 penghindaran-atau- penggelapan-pajak Universitas Sumatera Utara 53

BAB III METODE PENELITIAN

3.1.Ruang Lingkup Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini akan menguji pengaruh intensitas pemeriksaan pajak tax audit, kepatuhan Wajib Pajak tax compliance, pengetahuan Wajib Pajak tax knowledge, sistem perpajakan tax system, dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan fiscal fraud terhadap persepsi Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak Tax Evasion pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Binjai. 3.2.Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Binjai. Doane dan Seward 2011 menyatakan bahwa “population is all of the items that we are interested in”. Sugiyono 2013:215 menyatakan bahwa populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas subjekobjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling yaitu sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan dimana peneliti akan melakukan penyebaran kuesioner sejumlah 50 kuesioner kepada WP OP. Dalam metode ini, anggota sampel yang dipilih atau diambil berdasarkan kemudahan memperoleh data yang dibutuhkan, atau unit sampel yang ditarik mudah untuk diukurnya dan bersifat kooperatif Hamid, 2010. Hal ini dilakukan peneliti karena pertimbangan pengambilan sampel yang berupa data primer yang membutuhkan lokasi yang mudah untuk dijangkau dan biaya yang cukup murah yaitu di Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Binjai. Pengambilan Universitas Sumatera Utara 54 sampel ini dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk mengetahui persepsi Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak, maka peneliti memilih Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Binjai sebagai sampelnya. 3.3.Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan survei literatur dan melakukan studi lapangan dengan pengumpulan data primer secara aktif, diantaranya adalah : 1. Survei literatur merupakan dokumentasi dari tinjauan menyeluruh terhadap karya publikasi dan nonpublikasi dari sumber sekunder dalam bidang minat khusus bagi peneliti Sekaran, 2007 : 82. Perpustakaan merupakan pusat penyimpanan yang kaya bagi data sekunder, dan biasanya peneliti menghabiskan beberapa minggu dan terkadang bulan untuk menelusuri buku, jurnal, surat kabar, majalah, laporan konferensi, disertasi doctoral, tesis master, publikasi pemerintah, laporan keuangan dan lainnya untuk menemukan informasi yang terkait dengan topik penelitian mereka. 2. Pengumpulan Data Primer Secara Aktif Penelitian Lapangan Penelitian bisnis kontemporer sangat menggantungkan pada penggunaan metode PDF aktif. Ini didasarkan fakta bahwa bisnis pada dasarnya adalah fenomena sosial yang berhubungan dengan manusia Kuncoro, 2013 : 160. Akibatnya, data yang diperlukan untuk membuat keputusan harus berasal dari manusia itu sendiri.PDF aktif dirancang terutama untuk memperoleh informasi dari responden manusia.Kelebihan utama metode ini adalah versatility-nya.Semua jenis opini abstrak berupa opini, sikap, kehendak, dan pengharapan dapat diperoleh melalui survei. Kelemahan dari metode ini adalah, kualitas informasi akan sangat bergantung pada kemampuan dan kemauan responden untuk bekerjasama dengan peneliti. Sering sekali responden akan menolak untuk diwawancarai atau untuk membalas surat survei karena alasan pribadi, atau Universitas Sumatera Utara 55 mereka memandang topik yang sedang diteliti terlalu sensitif. Pengumpulan data kuesioner dilakukan dengan teknik personally administered questionnaires, yaitu kuisioner disampaikan dan dikumpulkan langsung oleh peneliti Indriantoro dan Supomo dalam Suryani 2013 :154. Kuesioner yang 3.4.Metode Analisis Data Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji regresi berganda.

3.4.1. Statistik Deskriptif

Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Statistika deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik inferensia atau kesimpulan apapun tentang gugus induknya yang lebih besar. Contoh statistika deskriptif yang sering muncul adalah tabel, diagram, grafik, dan besaran-besaran lain di majalah dan koran-koran. Dengan Statistika deskriptif, kumpulan data yang diperoleh akan tersaji dengan ringkas dan rapi serta dapat memberikan informasi inti dari kumpulan data yang ada. Informasi yang dapat diperoleh dari statistika deskriptif ini antara lain ukuran pemusatan data, ukuran penyebaran data, serta kecenderungan suatu gugus data.

3.4.2. Uji Kualitas Data

Untuk melakukan uji kualitas data dalam pengolahan data penelitian ini, maka peneliti akan melakukan uji validitas dan realibilitas. a. Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah disusun dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Apabila instrumen tersebut mampu untuk mengukur apa yang diukur, maka disebut valid Universitas Sumatera Utara 56 dan sebaliknya, apabila tidak mampu untuk mengukur apa yang diukur, maka dinyatakan tidak valid Sudarmanto, 2013. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian menggunakan dua sisi dengan taraf Signifikasi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: 1. Jika r hitung ≥ r tabel uji 2 sisi dengan sig. 0,05 maka instrumen atau item-item pertanyaan berkolerasi signifikan terhadap skor total dinyatakan valid. 2. Jika r hitung r tabel uji 2 sisi dengan sig. 0,05 maka instrumen atau item-item pertanyaan tidak berkolerasi signifikan terhadap skor total dinyatakan tidak valid. Priyatno, 2010:94 b. Uji Reliabilitas Reliabilitas instrumen menggambarkan pada kemantapan dan keajegan alat ukur yang digunakan.Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas atau keajegan yang tinggi atau dapat dipercaya, apabila alat ukur tersebut stabil ajeg sehingga dapat diandalkan dependability dan dapat digunakan untuk meramalkan predictability. Dengan demikian, alat ukur tersebut akan memberikan hasil yang tidak berubah-ubah dan akan memberikan hasil yang serupa apabila digunakan berkali-kali Sudarmanto, 2013. Variabel-variabel tersebut dikatakan cronbach alphanya memiliki nilai lebih besar 0,70 yang berarti bahwa instrumen tersebut dapat dipergunakan sebagai pengumpul data yang handal yaitu hasil pengukuran relatif koefisien jika dilakukan pengukuran ulang. Uji reliabilitas ini bertujuan untuk melihat konsistensi Ghozali, 2011:48. Universitas Sumatera Utara 57

3.4.3. Uji Asumsi Klasik

Untuk melakukan uji asumsi klasik terhadap data primer ini, maka peneliti melakukan uji normalitas, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokeralasi. a. Uji Normalitas Salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis parametrik yaitu uji normalitas data populasi. Hal ini dapat ditegaskan bahwa suatu penelitian yang melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t dan uji-F menuntut suatu asumsi yang harus diuji, yaitu populasi harus berdistribusi normal Putrawan, 2007 : 133. Untuk menafsirkan apakah data yang diuji berdistribusi normal atau tidak, maka dapat dilakukan dengan cara menggunakan harga koefisien Skewness atau Kurtosis. Jika koefisien Skewness atau Kurtosis berada pada rentangan nilai -0,5 sampai dengan 0,5 maka dapat dikatakan bahwa data masing-masing variabel penelitian terdistribusi secara normal. b. Uji Multikolinearitas Uji asumsi tentang multikolinearitas ini dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linear antara variabel bebas independen satu dengan variabel bebas independen yang lainnya.Gujarati dalam Zain, 2007 menyatakan bahwa istilah multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang “sempurna” atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Apabila menggunakan pendekatan Variance Inflation Factor VIF untuk menguji hipotesisnya maka kriteria atau ukuran yang akan digunakan adalah: Universitas Sumatera Utara 58 1. Apabila harga koefisien VIF hitung pada Collinearity Statistics sama dengan atau lebih kecil daripada 10 VIP hitung ≤ 10 maka H diterima yang berarti tidak terdapat hubungan antar variabel independen tidak terjadi gejala multikolinearitas. 2. Apabila harga koefisien VIP hitung pada Collinearity Statistics lebih besar daripada 10 VIP hitung 10, maka H ditolak yang berarti terdapat hubungan antar variabel independen terjadi gejala multikolinearitas. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variasi residual absolut sama atau tidak sama untuk semua pengamatan Sudarmanto, 2013. Apabila asumsi tidak terjadinya heteroskedastisitas ini tidak terpenuhi, maka penaksir menjadi tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun besar Gujarati, 2004 dan estimasi koefisien dapat dikatakan menjadi kurang akurat Rietveld dan Sunaryanto, 1994. Jika menerapkan uji heteroskedastisitas menggunakan korelasi Rank-Order dari Spearman, maka kriteria atau ketentuan yang digunakan untuk menyatakan apakah terjadi hubungan antara data hasil pengamatan dengan nilai residual absolutnya atau tidak heteroskedastisitas, dapat dilakukan dengan cara: 1. Apabila koefisien Signifikansi nilai probabilitas lebih besar dari alpha yang ditetapkan Sig. alpha, maka dapat dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas diantara data pengamatan dengan nilai residual mutlaknya berarti H diterima. 2. Apabila koefisien Signifikansi nilai probabilitas lebih kecil dari alpha yang ditetapkan Sig. alpha, maka dapat dinyatakan terjadi adanya Universitas Sumatera Utara 59 heteroskedastisitas diantara data pengamatan dengan nilai residual mutlaknya berarti H ditolak. d. Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini tidak digunakan, karena penelitian ini melakukan pengolahan data dengan menggunakan data primer.Sehingga tidak menggunakan autokorelasi karena tidak dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi di antara data pengamatan atau tidak.

3.4.4. Uji Regresi Linier Berganda

Pengujian Regresi Berganda dilakukan dengan penerapan uji persamaan regresi linear berganda.Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen X 1, X 2, X 3, X 4, ……X n dengan variabel dependen Y.Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan Kuncoro, 2013.Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.Model ini digunakan untuk menguji apakah ada hubungan sebab akibat antara kedua variabel untuk meneliti seberapa besar pengaruh antara variabel independen, yaitu: intensitas pemeriksaan pajak tax audit, kepatuhan Wajib Pajak tax compliance, pengetahuan Wajib Pajak tax knowledge, sistem perpajakan tax system dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan fiscal fraud terhadap suatu variabel dependen yaitu persepsi Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak Tax Evasion. adapun rumus yang digunakan: Universitas Sumatera Utara 60 Y = a + β 1 X 1 +β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 +β 5 X 5 +e Dimana: Y= Etika Penggelapan Pajak X 1 = Intensitas Pemeriksaan Pajak Tax Audit X 2 =Kepatuhan Wajib Pajak Tax Compliance X 3 =Pengetahuan Wajib Pajak Tax Knowledege X 4 =Sistem Perpajakan Tax System X 5 = Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Tax Fraud a = Bilangan Konstanta harga Y, bila X=0 e= Erroryang ditolerir 5

3.4.5. Uji Hipotesis Penelitian

Pengujuan hipotesis penelitian dilakukan melalui uji statistik t, uji statistik F Fishier, dan uji koefisien determinan Adjusted R 2 . a. Uji statistik t Uji Signifikansi Parsial Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variabel-variabel terikat Kuncoro, 2013 : 244. Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen secara parsial. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel masing-masing independen yaitu: intensitas pemeriksaan pajak tax audit, kepatuhan Wajib Pajak tax compliance, pengetahuan Wajib Pajak tax knowledge, sistem perpajakan tax system, dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan fiscal fraud terhadap suatu variabel dependen yaitu persepsi Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak Tax Evasion. Maka nilai Signifikan t dibandingkan dengan derajat kepercayaannya. Apabila Sig t lebih besar dari 0,05 maka H diterima. Demikian pula sebaliknya jika Sig t lebih kecil dari 0,05, maka H ditolak. Bila H ditolak ini berarti ada hubungan yang Universitas Sumatera Utara 61 signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen Ghozali, 2011:101. b. Uji Statistik F Uji Signifikansi Simultan Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.Uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen secara simultan. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel masing-masing independen yaitu: intensitas pemeriksaan pajak tax audit, kepatuhan Wajib Pajak tax compliance, pengetahuan Wajib Pajak tax knowledge, sistem perpajakan tax system, dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan fiscal fraud terhadap suatu variabel dependen yaitu persepsi Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak Tax Evasion. Secara bebas dengan Signifikan sebesar 0,05, dapat disimpulkan Ghozali, 2011:98. 1. Jika nilai Signifikan 0,05 maka H a diterima dan H ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. 2. Jika nilai Signifikan 0,05 maka H a ditolak dan H diterima, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. c. Koefisien Determinasi Adjusted R 2 Koefisien determinasi R 2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat.Nilai koefisien determinasi adalah diantara 0 dan 1.Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir Universitas Sumatera Utara 62 semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen Kuncoro, 2013 : 247. Insukindro menekankan bahwa koefisien determinasi hanyalah salah satu dan bukan satu-satunya kriteria memilih model yang baik. Alasannya, bisa suatu estimasi regresi linear menghasilkan koefisien determinasi yang tinggi, tetapi tidak konsisten dengan teori ekonomika yang dipilih oleh peneliti, atau tidak lolos dari uji asumsi regresi linear asumsi klasik, misalnya, maka model tersebut bukanlah model penaksir yang baik dan seharusnya tidak dipilih menjadi model empirik Insukindro, 1998.

3.4.6. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan penafsiran mengenai variabel yang dipilih oleh peneliti sekaligus dengan definisi operasional dan cara pengukurannya. 3.4.6.1. Variabel Independen 3.4.6.1.1. Intensitas Pemeriksaan Pajak X 1 Pengertian pemeriksaan dirumuskan dalam Pasal 1 angka 24 sebagai berikut: pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan perpajakan. Dengan demikian, pemeriksaan pajak sebagai sarana untuk melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap Wajib Pajak, selain mempunyai tujuan untuk menguji tingkat kepatuhan Wajib Pajak di dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, juga mempunyai tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan Perundang-Undangan Perpajakan. Universitas Sumatera Utara 63 Intensitas pemeriksaan pajak merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan, mengingat sistem perpajakan yang diterapkan di Indonesia adalah Self Assesment System. Pemeriksaan pajak akan memberikan partisipasi aktif untuk mengontrol penghitungan pajak bahkan penyetoran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-masing pertanyaan menjelaskan masing-masing variabel.Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari 1 Sangat setuju, 2 Setuju, 3 Netral, 4 Tidak setuju, 5 Sangat tidak setuju.

3.4.6.1.2. Kepatuhan Wajib Pajak X

2 Menurut Erard dan Feinstein yang di kutip oleh Chaizi Nasucha dan di kemukakan kembali oleh Kurnia 2006: 111 pengertian kepatuhan Wajib Pajak adalah “rasa bersalah dan rasa malu, persepsi Wajib Pajak atas kewajaran dan keadilan beban pajak yang mereka tanggung, dan pengaruh kepuasan terhadap pelayanan pemerintah”.Setiap Wajib Pajak sangat diharapkan mampu mematuhi berbagai Peraturan Undang-Undang Perpajakan.Wajib Pajak yang patuh dan taat dalam membayar pajak, maka sudah seharusnya memperoleh keadilan dari penerimaan perpajakan yang diperoleh pemerintah. Kepatuhan Wajib Pajak merupakan pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka memberikan kontribusi bagi pembangunan dewasa ini yang Universitas Sumatera Utara 64 diharapkan di dalam pemenuhannya diberikan secara sukarela.Kepatuhan Wajib Pajak menjadi aspek penting mengingat sistem perpajakan Indonesia menganut sistem Self Assesment dimana dalam prosesnya secara mutlak memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar dan melapor kewajibannya. Variabel kepatuhan Wajib Pajak menjadi tolok ukur untuk menentukan seberapa besar kemungkinan Wajib Pajak melakukan penggelapan pajak tax evasion.Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-masing pertanyaan menjelaskan masing-masing variabel.Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari 1 Sangat setuju, 2 Setuju, 3 Netral, 4 Tidak setuju, 5 Sangat tidak setuju. 3.4.6.1.3.Pengetahuan Wajib Pajak X 3 Dalam kaitannya dengan Wajib Pajak, kepatuhan dapat didefinisikan sebagai perilaku Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.Perilaku tersebut sangat dipengaruhi oleh motivasi. Biasanya motivasi akan berpengaruh terhadap intensitas perilaku termotivasi, tanpa motivasi, dan apatis, dan kesesuaian dengan tujuan perilaku efektif, tidak efektif. Salah satu unsur yang bisa ditekankan oleh aparat dalam meningkatkan kesadaran dan kepatuhan pajak adalah dengan cara mensosialisasikan peraturan pajak baik itu melalui penyuluhan, seruan Universitas Sumatera Utara 65 moral baik dengan media billboard, baliho, maupun membuka situs peraturan pajak yang setiap saat bisa diakses Wajib Pajak. Pengetahuan tentang peraturan perpajakan penting untuk menumbuhkan perilaku patuh, karena bagaimana mungkin Wajib Pajak disuruh patuh apabila mereka tidak mengetahui bagaimana peraturan perpajakan, artinya bagaimana Wajib Pajak disuruh untuk menyerahkan SPT tepat waktu jika mereka tidak tahu kapan waktu jatuh tempo penyerahan SPT. Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-masing pertanyaan menjelaskan masing-masing variabel.Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari 1 Sangat setuju, 2 Setuju, 3 Netral, 4 Tidak setuju, 5 Sangat tidak setuju.

3.4.6.1.4. Sistem Perpajakan X

4 Sistem perpajakan di Indonesia diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak untuk menyetorkan pajak mereka.Sistem perpajakan di Indonesia, telah diterapkan sedemikian rupa dimana setiap Wajib Pajak harus menghitung, dan menyetorkan pajak mereka sendiri.Hal ini membuktikan bahwa pada dasarnya sistem perpajakan di Indonesia memberikan kepercayaan yang baik kepada setiap Wajib Pajak untuk turut serta dan menjadi Wajib Pajak yang aktif.Sedangkan yang menjadi kontrolnya adalah pihak fiskus, sistem ini disebut dengan Self Assesment System.Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan Universitas Sumatera Utara 66 terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan demikian, sistem perpajakan di Indonesia diharapkan dapat memberikan motivasi untuk setiap Wajib Pajak bahwa pihak Ditjen pajak tidak akan menerapkan sebuah sistem yang ribet dan merepotkan. Analoginya, sebuah sistem perpajakan yang baik akan memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk membayarkan kewajiban pajak mereka. Maka dari itu, Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-masing pertanyaan menjelaskan masing-masing variabel.Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari 1 Sangat setuju, 2 Setuju, 3 Netral, 4 Tidak setuju, 5 Sangat tidak setuju.

3.4.6.1.5. Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan X

5 G.Jack Bologna, Robert J.Lindquistdan Joseph T.Wellsmendifinisikan kecurangan “ Fraud is criminal deception intended to financially benefit the deceiver 1993 : 3 ” yaitu kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu. Kriminal disini berarti setiap tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Dan dari tindakan jahat tersebut ia memperoleh manfaat dan merugikan Universitas Sumatera Utara 67 korbannya secara finansial. Biasanya kecurangan mencakup tiga langkah yaitu 1 tindakanthe act 2 Penyembunyianthe concealmentdan 3 konversithe conversion. Dalam bidang perpajakan, yang dimaksudkan dengan kecurangan adalah adanya perlakuan untuk melakukan penggelapan pajak, meminimalisir pajak secara ilegal dan bahkan tidak mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak.Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-masing pertanyaan menjelaskan masing- masing variabel.Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari 1 Sangat setuju, 2 Setuju, 3 Netral, 4 Tidak setuju, 5 Sangat tidak setuju. 3.4.6.2. Variabel Dependen 3.4.6.2.1. Etika Penggelapan Pajak Y Salah satu upaya yang dilakukan Wajib Pajakdalam meminimalisir pajaknya adalah dengan melakukan penggelapan pajak tax evasion.Tax evasion adalah perbuatan melanggar Undang- Undang Perpajakan, misalnya menyampaikan didalam Surat Pemberitahuan Tahunan SPT jumlah penghasilan yang lebih rendahdaripada yang sebenarnya understatement of income di satu pihak dan ataumelaporkan biaya yang lebih besar daripada yang sebenarnya overstatement of the deductions di lain pihak. Bentuk tax evasionyang lebih parah adalah apabila WajibPajak WP sama sekali tidak melaporkan penghasilannya non-reporting of income.Adanya perlakuan tax evasiondipengaruhi oleh berbagai hal seperti tarif pajak Universitas Sumatera Utara 68 terlalutinggi, kurang informasinya fiskus kepada WP tentang hak dan kewajibannya dalammembayar pajak, kurangnya ketegasan pemerintah dalam menanggapi kecurangandalam pembayaran pajak sehingga WP mempunyai peluang untuk melakukan tax evasion. Penggelapan pajak pada dasarnya dimotivasi oleh tarif yang terlalu tinggi, tetapi tidak hanya itu melainkan setiap Wajib Pajak tidak ingin membagi penghasilannya kepada pihak lain. Terlebih lagi apabila laba yang diperoleh perusahaannya besar, maka pajaknya juga akan semakin besar. Hal inilah yang menyebabkan setiap Wajib Pajak berusaha untuk melakukan penggelapan pajak.Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh peneliti, dimana masing-masing pertanyaan menjelaskan masing- masing variabel.Setiap item pertanyaan menggunakan skala likert 5 poin yang terdiri dari 1 Sangat setuju, 2 Setuju, 3 Netral, 4 Tidak setuju, 5 Sangat tidak setuju. Universitas Sumatera Utara 69 Tabel 3.1 Operasional Variabel penelitian Variabel Sub Variabel Indikator Butir Pertanyaan Skala Pengukuran Intensitas Pemeriksaan Pajak X 1 Sumber: Suryani 2013. 1. Pengertian pemeriksaan pajak. 1. Penerapan pemeriksaan pajak untuk mencegah penggelapan pajak. 1, 2 Interval 2. Kebijakan Umum Pemeriksaan Pajak. 1. Pemeriksan pajak dilakukan atas dasar sebuah kebijakan yang seharusnya dilaksanakan secara jujur. 3, 4 Interval Kepatuhan Perpajakan X 2 sumber: Suryani 2013. Pengertian Kepatuhan Perpajakan. Kepatuhan Wajib Pajak diharapkan mampu meningkatkan penerimaan negara dalam sektor perpajakan. 2, 4 Interval 1. Pentingnya Kepatuhan Wajib Pajak. 1. Sosialisasi yang diberikan oleh pihak KPP diharapkan mampu memberikan motivasi untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. 2. Pelayanan yang baik dari pihak Ditjen Pajak akan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. 3 1 Interval Pengetahuan Wajib Pajak X 3 Sumber: Suryani 2013. 1. Pengetahuan Wajib Pajak. 1. Setiap Wajib Pajak harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai perpajakan. 2. Pengetahuan Wajib Pajak yang cukup baik, akan mampu menghindari penggelapan pajak. 1, 2, 4 3 Interval Sistem Perpajakan X 4 Asas-asas Pemungutan Pajak. 1. Setiap Wajib Pajak perlu mengetahui asas-asas perpajakan agar mereka 1, 2 Interval Universitas Sumatera Utara 70 Sumber: Suryani2013. memahami pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara. 1. Sistem Pemungutan Pajak. 1. Sistem pemungutan pajak yang diterapkan di Indonesia membutuhkan kontrol yang ketat. 3, 4 Interval Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan X 5 Sumber: Suryani 2013. 1. Kecurangan Dalam Bidang Perpajakan. 1. Kecurangan dalam bidang perpajakan salah satunya adalah melakukan penggelapan pajak. 2. Kecurangan dalam bidang perpajakan sangat mudah dilakukan karena sistem perpajakan di Indonesia memberikan kebebasan kepada Wajib Pajak untuk menghitung jumlah hutang pajaknya. 1, 3 2, 4 Interval Etika Penggelapan Pajak Y Sumber: Suryani 2013. 2. 1. Etika penggelapan pajak sangat bergantung pada kinerja fiskus. 2. Penerapan hukum di dalam bidang perpajakan, akan sangat mempengaruhi etika penggelapan pajak. 3. Penggelapan pajak terjadi karena adanya diskriminasi dan rendahnya keadilan yang diterapkan. 2, 4 3 1 Interval Universitas Sumatera Utara 71

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan penyebaran kuesioner sejumlah 50 kuesioner, dengan objek penelitian adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Binjai yang beralamat di Jalan Jambi No. 1, Rambung Barat, Binjai Selatan. Sampel diambil dengan metode convenience sampling, yaitu anggota sampel yang dipilih atau diambil berdasarkan kemudahan memperoleh data yang dibutuhkan, atau unit sampel yang ditarik mudah untuk diukurnya dan bersifat kooperatif Hamid, 2010. Teknik pemilihan sampel ini dipilih karena pertimbangan lokasi yang mudah untuk dijangkau sehingga dapat memudahkan peneliti dalam pengumpulan sampel yang akan digunakan dalam penelitian dan dilakukan dengan penyebaran atau pembagian kuesioner di Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Binjai yang di lakukan mulai dari 2 Mei 2016 sampai dengan 1 Juni 2016. Dimana data distribusi sampel penelitian dapat di lihat dalam tabel 4.1. Tabel 4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian No. Nama KPP Kuesioner Yang di Bagikan Kuesioner Yang di Kembalikan 1. KPP Pratama Binjai 50 50 Kuesioner yang dibagikan ataupun disebarkan berjumlah 50 buah kuesioner, dan yang kembali berjumlah 50 buah kuesioner.Dengan demikian kuesioner yang Universitas Sumatera Utara 72 kembali sejumlah 100 dan kuesioner yang dapat diolah sejumlah 50 buah kuesioner atau 100. Tabel 4.2 Sampel Penelitian No. Keterangan Wajib Pajak Persentase 1. Jumlah kuesioner yang disebar 50 100 2. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 3. Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah 4. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 50 100 Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2016.

4.1.2. Data Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini diukur dengan skala interval yang menunjukkan besarnya frekuensi absolut dan persentase jenis kelamin, umur responden, pendidikan terakhir responden dan jenis pekerjaan responden.Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Binjai. Dalam hal ini peneliti dibantu oleh para pegawai yang berkedudukan pada bagian pelayanan di KPP Pratama Binjai untuk melakukan penyebaran kuesioner, dengan tujuan agar kuesioner tersebut dapat dijawab oleh para Wajib Pajak yang memang memiliki keseriusan untuk memberikan respon mereka terhadap kuesioner penelitian ini. Dengan demikian, penyebaran kuesioner ini dilakukan berdasarkan kebijakan pegawai. Berdasarkan pegawai disini bermaksud bahwa para pegawai yang merupakan bagian pelayanan pada KPP Pratama Binjai tersebut telah lebih mengenal dan bahkan memahami karakter setiap Wajib Pajak yang terdaftar, maka dari itu kerja sama dengan para pegawai tersebut akan sangat membantu proses penelitian ini. Pada karakteristik responden, terdapat 50 responden yang terdiri dari para Wajib Pajak Orang Pribadi yang dapat mewakili dan Universitas Sumatera Utara 73 menjadi responden.Data mengenai karakteristik responden ditampilkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.3 Data Statistik Responden Deskripsi Jumlah Persentase Jenis kelamin Jumlah responden Pria Wanita 50 23 27 100 46 54 Umur Responden Jumlah Responden 20-24 Tahun 25-35 Tahun 35 Tahun 50 20 16 14 100 40 32 28 Pendidikan Terakhir Jumlah Responden D3 S1 S2 S3 Lainnya 50 21 19 4 - 6 100 42 38 8 - 12 Pekerjaan Jumlah Responden Wiraswasta Pegawai Negeri Pegawai Swasta 50 26 17 7 100 52 34 14 Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2016. Tabel di atas menjelaskan mengenai data responden dilihat dari jenis kelamin, umur responden, pendidikan terakhir dan jenis pekerjaan responden.Data-data tersebut menjelaskan identitas Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Binjai. Adapun penjelasan mengenai data responden di jelaskan di dalam gambar grafik sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 74 Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2016. Gambar 4.1 Data Statistik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Grafik tersebut menjelaskan bahwa berdasarkan data yang telah diperoleh, jumlah responden yang merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Binjai yaitu pria berjumlah 23 responden atau 46 sedangkan wanita berjumlah 27 responden atau 54. Hal ini dapat diasumsikan bahwa Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Binjai mayoritas yang melakukan penyetoran pajak adalah wanita. Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2016. Gambar 4.2 Data Statistik Responden Berdasarkan Umur Responden Grafik tersebut menjelaskan bahwa berdasarkan data yang telah diperoleh, jumlah responden yang merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP 46 54 pria wanita 40 32 28 20-24 Tahun 25-35 Tahun 35 Tahun Universitas Sumatera Utara 75 Pratama Binjai yaitu yang berumur 20-24 Tahun berjumlah 20 responden atau 40 sedangkan yang berumur 25-35 berjumlah 16 responden atau 32. Dan yang berumur 35 Tahun berjumlah 14 responden atau 28. Dengan demikian, Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Binjai yang melakukan penyetoran pajak mayoritas berumur 20-24 Tahun dan ini merupakan sesuatu hal yang sangat baik, karena ada suatu kesadaran untuk melakukan pembayaran pajak yang dilakukan oleh responden yang dapat dikatakan masih berusia lebih muda. Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2016. Gambar 4.3 Data Statistik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Grafik tersebut menjelaskan bahwa berdasarkan data yang telah diperoleh, jumlah responden yang merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Binjai menurut jenjang pendidikan terakhirnya yaitu D3 berjumlah 21 orang atau 42, S1 berjumlah 19 orang atau 38, S2 berjumlah 4 orang atau 8, S3 tidak ada dan Lainnya berjumlah 4 orang atau 12 . Dengan demikian, menurut jenjang pendidikan terakhirnya maka mayoritas Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Binjai adalah yang berasal dari Diploma 3. 42 38 8 12 D3 S1 S2 S3 Lainnya Universitas Sumatera Utara 76 Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2016. Gambar 4.4 Data Statistik Responden Berdasarkan Pekerjaan Grafik tersebut menjelaskan bahwa berdasarkan data yang telah diperoleh, jumlah responden yang merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Binjai menurut pekerjaannya yaitu wiraswasta berjumlah 26 orang atau 52, pegawai negeri berjumlah 17 orang atau 34, dan pegawai swasta berjumlah 7 orang atau 14. Hal ini menunjukkan bahwa Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Binjai dan melakukan penyetoran pajak, mayoritas berasal dari wiraswasta berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. 4.1.3. Hasil dan Pembahasan 4.1.3.1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata mean, dan nilai standar deviasi, dari variabel intensitas pemeriksaan pajak, kepatuhan wajib pajak, pengetahuan wajib pajak, sistem perpajakan, dan persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak. Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel sebagai berikut. 52 34 14 Wiraswasta Pegawai Negeri Pegawai Swasta Universitas Sumatera Utara 77 Tabel 4.4Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Intensitas Pemeriksaan Pajak X1 50 2.00 5.00 4.3400 .57312 Kepatuhan Wajib Pajak X2 50 2.00 5.00 4.3350 .45906 Pengetahuan Wajib Pajak X3 50 1.75 5.00 4.2900 .60474 Sistem Perpajakan X4 50 1.75 5.00 4.2950 .51182 Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan X5 50 3.50 5.00 4.2350 .43860 Etika Penggelapan Pajak Y 50 1.00 5.00 3.8850 .95058 Valid N listwise 50 Berdasarkan Tabel 4.4, diketahui nilai minimum untuk variabel intensitas pemeriksaan pajak adalah 2, dan maksimum adalah 5. Sementara nilai rata-rata untuk variabel intensitas pemeriksaan pajak adalah 4,34, dan standar deviasinya bernilai 0,57312. Nilai minimum untuk variabel kepatuhan wajib pajak adalah 2, dan maksimum adalah 5. Sementara nilai rata-rata untuk variabel kepatuhan wajib pajak adalah 4,335, dan standar deviasinya bernilai 0,45906. Nilai minimum untuk variabel pengetahuan wajib pajak adalah 1,75, dan maksimum adalah 5. Sementara nilai rata-rata untuk variabel pengetahuan wajib pajak adalah 4,29, dan standar deviasinya bernilai 0,60574. Nilai minimum untuk variabel sistem perpajakan adalah 1,75, dan maksimum adalah 5. Sementara nilai rata-rata untuk variabel sistem perpajakan adalah 4,295, dan standar deviasinya bernilai 0,51182. Nilai minimum untuk variabel kemungkinan terdeteksinya kecurangan adalah 3,5, dan maksimum adalah 5. Sementara nilai rata-rata untuk variabel kemungkinan terdeteksinya kecurangan adalah 4,2350, dan standar deviasinya bernilai 0,43860. Nilai minimum untuk variabel etika penggelapan pajak adalah 1, dan maksimum adalah 5. Sementara nilai rata-rata untuk variabel penggelapan pajak adalah 3,885, dan standar deviasinya bernilai 0,95058. Universitas Sumatera Utara 78 4.1.3.2.Hasil Uji Kualitas Data 4.1.3.2.1. Hasil Uji Validitas Berikut hasil dari uji validitas terhadap butir-butir pertanyaan dari variabel intensitas pemeriksaan pajak, kepatuhan wajib pajak, pengetahuan wajib pajak, sistem perpajakan, kemungkinan terdeteksinya kecurangan, dan etika penggelapan pajak. Tabel 4.5Hasil Uji Validitas Variabel Intensitas Pemeriksaan Pajak Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbachs Alpha if Item Deleted x11 12.6600 3.045 .740 .758 x12 13.2800 3.553 .715 .788 x13 13.1400 2.735 .653 .809 x14 13.0000 3.143 .622 .811 Tabel 4.6Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbachs Alpha if Item Deleted x21 12.9400 1.853 .697 .621 x22 13.1400 2.245 .467 .747 x23 12.9400 2.058 .545 .708 x24 13.0000 2.041 .525 .720 Tabel 4.7 Uji Validitas Variabel Pengetahuan Wajib Pajak Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbachs Alpha if Item Deleted x31 12.8200 3.375 .792 .833 x32 12.9400 3.568 .761 .846 x33 12.8600 3.347 .689 .875 x34 12.8600 3.388 .754 .847 Universitas Sumatera Utara 79 Tabel 4.8 Uji Validitas Variabel Sistem Perpajakan Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbachs Alpha if Item Deleted x41 12.9400 2.547 .459 .689 x42 12.9600 2.651 .531 .646 x43 12.7800 2.257 .563 .624 x44 12.8600 2.858 .499 .668 Tabel 4.9 Uji Validitas Variabel Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbachs Alpha if Item Deleted x51 12.6600 2.188 .351 .601 x52 12.8400 2.178 .369 .592 x53 12.8200 1.824 .575 .456 x54 13.0400 1.304 .445 .585 Tabel 4.10Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item- Total Correlation Cronbachs Alpha if Item Deleted y11 11.6000 8.408 .826 .899 y12 11.7000 8.133 .880 .881 y13 11.7800 7.604 .761 .931 y14 11.7800 8.624 .858 .892 Nilai patokan untuk uji validitas adalah koefisien korelasi Corrected Item-Total Correlation yang mendapat nilai lebih besar dari 0,3 Sekaran dalam Augustine dan Kristaung, 2013:70. Berdasarkan hasil uji validitas pada Tabel 4.5 hingga 4.10, diketahui seluruh pertanyaan bersifat valid. Hal ini karena seluruh nilai Corrected Item-Total Correlation bernilai di atas 0,3 Universitas Sumatera Utara 80

4.1.3.2.2. Hasil Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan yang telah memiliki atau memenuhi uji validitas, jadi jika tidak memenuhi syarat uji validitas maka tidak perlu diteruskan untuk uji reliabilitas Noor, 2011:130.Berikut hasil dari uji reliabilitas terhadap butir-butir pertanyaan yang valid. Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Nilai Alpha Cronbach intensitas pemeriksaan pajak kepatuhan wajib pajak pengetahuan wajib pajak sistem perpajakan kemungkinan terdeteksinya kecurangan etika penggelapan pajak 0,835 0,759 0,883 0,719 0,630 0,923 Jika nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6, maka kuesioner penelitian bersifat reliable Augustine dan Kristaung, 2013:73, Noor, 2011:165. Diketahui bahwa kuesioner bersifat reliable, karena nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6. 4.1.3.3 Hasil Uji Asumsi Klasik 4.1.3.3.1Hasil UjiNormalitas Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Tingkat signifikansi yang digunakan � = 0,05. Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka probabilitas �, dengan ketentuan sebagai berikut.Jika nilai probabilitas � ≥ 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi. Jika probabilitas 0,05, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi.Gio dan Elly, 2015. Tabel 4.12Hasil Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Universitas Sumatera Utara 81 Unstandardize d Residual N 50 Normal Parameters a,,b Mean .0000000 Std. Deviation 3.02751973 Most Extreme Differences Absolute .100 Positive .045 Negative -.100 Kolmogorov-Smirnov Z .707 Asymp. Sig. 2-tailed .700 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.12, diketahui nilai probabilitas p atau Asymp.Sig. 2-tailed sebesar 0,700. Karena nilai probabilitas p, yakni 0,700, lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi yakni 0,05. Hal ini berarti asumsi normalitas terpenuhi. Gambar 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Sumber Data: Data Primer yang diolah, 2016. Universitas Sumatera Utara 82 Berdasarkan plot di atas yang merupakan hasil dari pengujian SPSS 19, maka dapat dilihat pada grafik plot tersebut terlihat titik-titik mengikuti dan mendekati garis diagonalnya sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi ini memenuhi asumsi normalitas. Dengan demikian, setiap variabel bergerak mengikuti garis diagonal secara normal. Gambar 4.6 Hasil Uji Normalitas Data Selain itu histogram ini juga membuktikan bahwa data tersebut berdistribusi secara normal.Gambar histogram ini menunjukkan bahwa pola distribusinya melenceng ke kanan yang artinya adalah data tersebut berdistribusi secara normal.

4.1.3.3.2 HasilUji Multikolinearitas

Untuk memeriksa apakah terjadi multikolinearitas atau tidak dapat dilihat dari nilai variance inflation factor VIF. Nilai VIF yang lebih dari 10 diindikasi suatu variabel bebas terjadi multikolinearitas Ghozali, 2011. Universitas Sumatera Utara 83 Tabel 4.13Hasil Uji Multikolinearitas Data Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant Intensitas Pemeriksaan Pajak X1 .980 1.021 Kepatuhan Wajib Pajak X2 .735 1.361 Pengetahuan Wajib Pajak X3 .745 1.343 Sistem Perpajakan X4 .968 1.033 Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan X5 .961 1.040 Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.10, nilai VIF dari variabel intensitas pemeriksaan pajak adalah 1,021, nilai VIF dari variabel kepatuhan wajib pajakadalah 1,361, nilai VIF dari variabel pengetahuan wajib pajakadalah 1,343, nilai VIF dari variabel sistem perpajakanadalah 1,033, dan nilai VIF dari kemungkinan terdeteksinya kecurangan adalah 1,040. Karena masing-masing nilai VIF tidak lebih besar dari 10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas yang berat.

4.1.3.3.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Asumsi homoskedastisitas tidak terjadi heteroskedastisitas menyatakan terjadi kesamaan varians dari error errors with constant variance untuk setiap tingkatan atau level dari variabel-variabel bebas. Ketika asumsi homoskedastisitas tidak dipenuhi, maka peristiwa tersebut disebut heteroskedastisitas.Untuk mendeteksi terjadinya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji Glejser Gio dan Elly, 2015. Uji statistik Glejser dipilih karena lebih dapat menjamin keakuratan hasil dibandingkan dengan uji grafik plot yang dapat Universitas Sumatera Utara 84 menimbulkan bias Ghozali, 2011, Gujarati, 2004, Gio dan Elly, 2015. Kriteria yang digunakan untuk menyatakan apakah terjadi heteroskedastisitas atau tidak di antara data pengamatan dapat dijelaskan dengan menggunakan koefisien signifikansi.Koefisien signifikansi harus dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang ditetapkan sebelumnya 5.Apabila koefisien signifikansi lebih besar dari tingkat signifikansi yang ditetapkan, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas homoskedastisitas.Jika koefisien signifikansi lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditetapkan, maka dapat disimpulkan terjadi heteroskedastisitas. Tabel 4.14Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 Constant -2.101 36.271 -.058 .954 Intensitas Pemeriksaan Pajak X1 -.121 .941 -.019 -.129 .898 Kepatuhan Wajib Pajak X2 1.778 1.356 .224 1.311 .197 Pengetahuan Wajib Pajak X3 -1.571 1.022 -.260 -1.537 .131 Sistem Perpajakan X4 -.208 1.060 -.029 -.196 .846 Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan X5 .241 1.241 .029 .194 .847

a. Dependent Variable: abs_residual_Glejser

Berdasarkan Tabel 4.14, diketahui nilai probabilitas atau Sig. dari intensitas pemeriksaan pajak adalah 0,898, nilai probabilitas atau Sig. dari kepatuhan wajib pajak adalah 0,197, nilai probabilitas atau Sig. dari pengetahuan wajib pajak adalah 0,131, nilai probabilitas Universitas Sumatera Utara 85 atau Sig. dari sistem perpajakan adalah 0,846, dan nilai probabilitas atau Sig. dari kemungkinan terdeteksinya kecurangan adalah 0,847. Karena masing-masing nilai probabilitas Sig. 0,05, maka disimpulkan tidak terjadi gejala heteroskedastistas.

4.1.3.4 Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda digunakan untuk memodelkan hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen, dengan jumlah variabel independen lebih dari satu.Secara umum, analisis regresi biasanya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen dengan tujuan untuk mngestimasi dan atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui.Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya Susetyo, 2010:63, berikut ini hasil persamaan regresi linier berganda. Tabel 4.15 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta 1 Constant 48.948 7.757 Intensitas Pemeriksaan Pajak X1 -.518 .201 -.312 Kepatuhan Wajib Pajak X2 -.377 .290 -.182 Pengetahuan Wajib Pajak X3 -.447 .219 -.284 Sistem Perpajakan X4 -.511 .227 -.275 Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan X5 -.084 .265 -.039 Universitas Sumatera Utara 86 Berdasarkan Tabel 4.15 diperoleh persamaan regresi linear sebagai berikut berikut. Y = 48,948 – 0,518X1 - 0,377X2 - 0,447X3 - 0,511X4 – 0,084X5 + e Berdasarkan Tabel 4.15, disajikan kembali nilai koefisien regresi untuk masing-masing variabel bebas, besertas interpretasinya Tabel 4.16. Tabel 4.16 Koefisien Regresi Beserta Interpretasinya Variabel Koefisien Regresi dan Interpretasi Intensitas Pemeriksaan Pajak -0,518 bernilai negatif, berarti intensitas pemeriksaan pajak memiliki pengaruh negatif terhadap penggelapan pajak. Kepatuhan Wajib Pajak -0,377 bernilai negatif, berarti kepatuhan wajib pajak memiliki pengaruh negatif terhadap penggelapan pajak. Pengetahuan Wajib Pajak -0,447 bernilai negatif, berarti pengetahuan wajib pajak memiliki pengaruh negatif terhadap penggelapan pajak. Sistem Perpajakan -0,511 bernilai negatif, berarti sistem perpajakan memiliki pengaruh negatif terhadap penggelapan pajak. Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan -0,084 bernilai negatif, berarti kemungkinan terdeteksinya kecurangan memiliki pengaruh negatif terhadap penggelapan pajak. 4.1.3.5. Hasil Uji Hipotesis Penelitian 4.1.3.5.1 Hasil Uji Statistik F Uji � bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel tak bebas. Tabel 4.17Hasil Uji StatistikF ANOVA b Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 259.292 5 51.858 5.080 .001 a Residual 449.128 44 10.207 Total 708.420 49 a. Predictors: Constant, Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan X5, Pengetahuan Wajib Pajak X3, Intensitas Pemeriksaan Pajak X1, Sistem Perpajakan X4, Kepatuhan Wajib Pajak X2 b. Dependent Variable: Etika Penggelapan Pajak Y Universitas Sumatera Utara 87 Diketahui nilai F tabel adalah 2,427 nilai F tabel tersaji di lampiran. Berdasarkan Tabel 4.13, diketahui nilai F hitung adalah 5,080. Perhatikan bahwa karena nilai F hitung 5,080 ≥ F tabel 2,427, maka disimpulkan bahwa pengaruh simultan dari seluruh variabel bebas signifikan secara statistika terhadap penggelapan pajak. Diketahui nilai Sig. 0,001 0,05, maka pengaruh simultan dari seluruh variabel bebas signifikan terhadap penggelapan pajak.

4.1.3.5.2. Hasil Uji Statistik t

Uji statistik t berguna untuk menguji pengaruh dari masing- masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh masing- masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dapat dilihat pada tingkat signifikansi 0.05.Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.18, jika nilai probability t 0.05 maka H a diterima, sedangkan jika nilai probability t 0.05 maka H a ditolak.Ghozali, 2011: 101. Tabel 4.18 Hasil Uji Statistik t Uji Signifikansi Parsial Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 48.948 7.757 6.310 .000 Intensitas Pemeriksaan Pajak X1 -.518 .201 -.312 -2.576 .013 Kepatuhan Wajib Pajak X2 -.377 .290 -.182 -1.302 .200 Pengetahuan Wajib Pajak X3 -.447 .219 -.284 -2.043 .047 Sistem Perpajakan X4 -.511 .227 -.275 -2.257 .029 Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan X5 -.084 .265 -.039 -.315 .754 Universitas Sumatera Utara 88 Tabel 4.19 Menguji Signifikan Pengaruh dengan Nilai t Variabel Nilai T Hitung Nilai T Tabel Tersaji di Lampiran Interpretasi Intensitas Pemeriksaan Pajak -2,576 ±2,015 Pengaruh intensitas pemeriksaan pajak signifikan terhadap penggelapan pajak Kepatuhan Wajib Pajak -1,302 ±2,015 Pengaruh kepatuhan wajib pajak tidak signifikan terhadap penggelapan pajak Pengetahuan Wajib Pajak -2,043 ±2,015 Pengaruh pengetahuan wajib pajak signifikan terhadap penggelapan pajak Sistem Perpajakan -2,257 ±2,015 Pengaruh sistem perpajakan signifikan terhadap penggelapan pajak Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan -0,315 ±2,015 Pengaruh kemungkinan terdeteksinya kecurangan tidak signifikan terhadap penggelapan pajak Tabel 4.20 Menguji Signifikan Pengaruh dengan Nilai Probabilitas Sig. Variabel Nilai Sig. Tingkat Signifikansi Interpretasi Intensitas Pemeriksaan Pajak 0,013 � = 0,05 Pengaruh intensitas pemeriksaan pajak signifikan terhadap penggelapan pajak Sig. 0,05 Kepatuhan Wajib Pajak 0,2 � = 0,05 Pengaruh faktor kepatuhan wajib pajak tidak signifikan terhadap penggelapan pajak Sig. 0,05 Pengetahuan Wajib Pajak 0,047 � = 0,05 Pengaruh faktor pengetahuan wajib pajak signifikan terhadap penggelapan pajak Sig. 0,05 Sistem Perpajakan 0,029 � = 0,05 Pengaruh faktor sistem perpajakan signifikan terhadap penggelapan pajak Sig. 0,05 Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan 0,754 � = 0,05 Pengaruh faktor kemungkinan terdeteksinya kecurangan tidak signifikan terhadap penggelapan pajak Sig. 0,05 Berdasarkan hasil pengujian dari tabel 4.18, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 89 1. Hasil Uji Hipotesis Satu: Intensitas pemeriksaan pajak berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak. Hasil uji hipotesis 1 yang ditunjukkan pada tabel 4.18, variabel intensitas pemeriksaan pajak mempunyai tingkat signifikasi sebesar 0.013 dan nilai t sebesar -2.576.Hal ini berarti H a1 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa intensitas pemeriksaan pajak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap etika penggelapan pajak karena tingkat signifikasi yang dimiliki variabel intensitas pemeriksaan pajak 0.05 0.013 0.05 dan nilai thitung 2.015 - 2.576 2.015.Intensitas pemeriksaan pajak merupakan salah satu aplikasi ataupun tindakan antisipasi untuk mencegah terjadinya penggelapan pajak. Semakin intensif pemeriksaan pajak dilakukan maka setiap Wajib Pajak akan semakin takut untuk melakukan penggelapan pajak. Pada dasarnya, penerapan self assessment system harus memiliki kontrol yang tinggi dan salah satunya dilakukan dengan cara meningkatkan intensitas pemeriksaan pajak. Pada penelitian ini, hipotesis diterima bahwa intensitas pemeriksaan pajak berpengaruh negatif.Apabila pihak fiskus melakukan pemeriksaan secara baik maka penggelapan pajak dapat di minimalisir. Singkatnya, intensitas pemeriksaan pajak akan memberikan peranan yang lebih baik untuk menghindarkan terjadinya penggelapan pajak. Tidak terbatas hanya berfokus pada Wajib Pajak, namun intensitas pemeriksaan pajak juga menjadi alat evaluasi untuk penerapan Undang-Undang Perpajakan juga.Dengan demikian, segala tindakan yang tidak baik dalam bidang perpajakan harus dilakukan evaluasi baik bagi pihak pemerintahan maupun pihak Wajib Pajak. Universitas Sumatera Utara 90 2. Hasil Uji Hipotesis Dua: Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak. Hasil uji hipotesis 2 yang ditunjukkan pada tabel 4.18, variabel kepatuhan Wajib Pajak mempunyai tingkat signifikasi sebesar 0.2 dan nilai t sebesar - 1.302. Hal ini berarti H a2 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap etika penggelapan pajak karena tingkat signifikasi yang dimiliki variabel kepatuhan Wajib Pajak 0.05 0.2 0.05 dan nilai thitung 2.015 -1.302 2.015.Setiap Wajib Pajak yang memiliki kesadaran yang tinggi untuk melakukan pembayaran pajak, diasumsikan memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi pula untuk melakukan pembayaran pajak dan mematuhi undang-undang perpajakan yang dibuat oleh pemerintah. Kepatuhan Wajib Pajak memiliki hubungan yang negatif dengan etika penggelapan pajak. Mereka yang mematuhi undang-undang perpajakan akan mampu menyadari kewajibannya sebagai Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran pajak. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat kepatuhan Wajib Pajak maka akan semakin minim tingkat penggelapan pajak. Baik kepatuhan secara materil maupun formal memiliki hubungan yang negatif dengan etika penggelapan pajak. 3. Hasil Uji Hipotesis Tiga: Pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak. Hasil uji hipotesis 3 yang ditunjukkan pada tabel 4.18, variabel pengetahuan Wajib Pajak mempunyai tingkat signifikasi sebesar 0.047 dan nilai t sebesar -2.043. Hal ini berarti H a3 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Universitas Sumatera Utara 91 etika penggelapan pajak karena tingkat signifikasi yang dimiliki variabel kepatuhan Wajib Pajak 0.05 0.047 0.05 dan nilai thitung 2.015 -2.043 2.015.Setiap Wajib Pajak sangat diharapkan memiliki pengetahuan yang baik mengenai perpajakan. Ketika mereka paham maka mereka akan memiliki kesadaran untuk melakukan pembayaran pajak. Sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada para Wajib Pajak mengenai segala hal tentang perpajakan dan tidak terkecuali mengenai undang-undang perpajakannya.Terutama karena Indonesia sendiri menerapkan self assessment system, maka dari itu untuk melakukan pnghitungan pajak dan melakukan pelaporan SPT maka Wajib Pajak harus paham mengenai kewajiban mereka baik kewajiban materil maupun kewajiban formalnya. Ketika mereka paham mengenai etika untuk melakukan pembayaran pajak itu bersifat mutlak maka mereka akan enggan untuk melakukan penggelapan pajak. Sangat diharapkan kepatuhan Wajib Pajak dapat meningkatkan penerimaan negara dari sektor perpajakan. 4. Hasil Uji Hipotesis Empat: Sistem Perpajakan berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak. Hasil uji hipotesis 4 yang ditunjukkan pada tabel 4.18, variabel sistem perpajakan mempunyai tingkat signifikasi sebesar 0.029 dan nilai t sebesar - 2.257.Hal ini berarti H a4 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa sistem perpajakan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap etika penggelapan pajak karena tingkat signifikasi yang dimiliki variabel sistem perpajakan 0.05 0.029 0.05 dan nilai thitung 2.015 -2.257 2.015.Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh McGee 2008, Nickerson, et al 2009, Suminarsasi 2011, dan Suryani 2013 menyatakan Universitas Sumatera Utara 92 bahwa sistem perpajakan memiliki korelasi negatif signifikan terhadap penggelapan pajak. Sistem perpajakan yang baik dan terstruktur merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh setiap Wajib Pajak. Hal ini dikarenakan sebuah sistem yang baik akan memberikan kemudahan untuk setiap Wajib Pajak dalam melakukan kewajibannya. Dengan demikian, sistem perpajakan sangat jelas memiliki hubungan yang negatif dengan etika penggelapan pajak. Sebuah sistem merupakan wadah yang akan mengatur segala keteraturan dalam berjalannya kegiatan tersebut, termasuk dalam hal pemungutan pajak. Menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan penjelasan bagian umum angka 3 sistem pemungutan pajak di Indonesia memiliki corak dan ciri tersendiri dengan menganut self assessmentsystem dimana masyarakatWP diberikan kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor serta melaporkan kewajiban pajaknya, dan menunjukkan sifat kegotongroyongan pajak sebagai wujud kewajiban kenegaraan setiap anggota masyarakat. Dengan berbagai akses kemudahan sistem perpajakan yang ada, baik dalam hal pelaporan SPT Surat Pemberitahuan Tahunan dan SSP Surat Setoran Pajak, serta kemudahan dalam membayar pajaknya, diharapkan masyarakatWP mampu bekerjasama dengan baik dan jujur dalam melaporkan kewajiban perpajakannya sehingga mampu menekan angka penggelapan pajak dan dapat meningkatkan penerimaan pajak untuk membiayai pembangunan nasional Suryani, 2013. Universitas Sumatera Utara 93 5. Hasil Uji Hipotesis Lima: Kemungkinan terdeteksinya kecurangan berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak. Hasil uji hipotesis 5 yang ditunjukkan pada tabel 4.18, variabel kemungkinan terdeteksinya kecurangan mempunyai tingkat signifikasi sebesar 0.754 dan nilai t sebesar -0.315.Hal ini berarti H a5 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa kemungkinan terdeteksinya kecurangan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap etika penggelapan pajak karena tingkat signifikasi yang dimiliki variabel kemungkinan terdeteksinya kecurangan 0.05 0.754 0.05 dan nilai thitung 2.015 -0.315 2.015.Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu dan Hastuti 2009, Dyah 2011, dan Suryani 2013 dimana kemungkinan terdeteksinya kecurangan melalui pemeriksaan pajak memiliki korelasi negatif terhadap penggelapan pajak. Variabel kemungkinan terdeteksinya kecurangan ini merupakan bagian dari hal yang sangat mengancam dan membahayakan bagi setiap Wajib Pajak yang memiliki itikad buruk untuk melakukan penggelapan pajak. Kemungkinan terdeteksinya kecurangan memiliki hubungan yang selaras dengan intensitas pemeriksaan pajak, karena dengan melakukan pemeriksaan pajak maka kemungkinan untuk terdeteksinya kecurangan tersebut akan semakin besar untuk diketahui. Ketika masyarakatWP menganggap bahwa persentase kemungkinan terdeteksinya kecurangan melalui pemeriksaan pajak yang dilakukan tinggi maka dia akan cenderung untuk patuh terhadap aturan perpajakan dalam hal ini berarti tidak melakukan penggelapan Pajak Tax Evasion secara ilegal, karena masyarakatWP takut jika ketika diperiksa dan ternyata melakukan kecurangan maka dana yang akan dikeluarkan untuk membayar denda akan Universitas Sumatera Utara 94 jauh lebih besar daripada pajak yang sebenarnya harus mereka bayar Suryani, 2013. Pendekatan negatif yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengupayakan peningkatan pajak atau penurunan tax evasion ternyata cukup bermanfaat.Pendekatan negatif berupa ancaman pemeriksaan yang dibarengi dengan denda yang besar cukup efektif untuk menekan tax evasion Wajib Pajak.Hal ini terlihat dari ketakutan terhadap kemungkinan kecurangan yang dilakukan ketahuan, ternyata secara psikologis berpengaruh signifikan terhadap tindakan yang mereka lakukan.Tekanan psikologis ini menyebabkan mereka cenderung tidak melakukan tax evasion.

4.1.3.5.3. Hasil Uji Koefisien Determinasi Adjusted R

2 Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel independen X 1 , X 2 , X 3 , …X n terhadap variabel dependen Y secara serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel independen X 1 , X 2 , X 3 , …X n secara serentak terhadap variabel dependen Y. Nilai R berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah Sugiyono, 2013. Menurut Sugiyono 2013 pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut: 0.00 – 0.199 = Sangat Rendah 0.20 – 0.399 = Rendah 0.40 – 0.599 = Sedang 0.60 – 0.799 = Kuat 0.80 – 1.000 = Sangat Kuat Hasil analisis ini dapat dilihat dari tabel 4.21 berikut ini : Universitas Sumatera Utara 95 Tabel 4.21 Hasil Uji Koefisien Determinasi Adjusted R 2 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .604 a .365 .293 2.15805 a. Predictors: Constant, Sistem perpajakanX4, Penerapan Kepatuhan wajib pajak X2, Pengetahuan wajib pajak X3, Intensitas pemeriksaan pajak X1 b. Dependent Variable: Etika Penggelapan pajak Y Hasil pengujian menunjukkan besarnya koefisien korelasi berganda R, koefisien determinasi R Square, dan koefisien determinasi yang disesuaikan Adjusted R Square.Berdasarkan tabel model summarybdi atas diperoleh bahwa nilai koefisien korelasi berganda R sebesar 0.604.Ini menunjukkan bahwa variabel intensitas pemeriksaan pajak tax audit, kepatuhan Wajib Pajak tax compliance, pengetahuan Wajib Pajak tax knowledge, sistem perpajakan tax system, dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan fiscal fraud terhadap etika penggelapan pajakmempunyai hubungan yang kuat. Hasil pada tabel 4.21 di atas juga menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi R Square sebesar 0.365 dan nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan Adjusted R Square adalah 0.293. Hal ini berarti 29.3 variasi dari penggelapan pajakbisa dijelaskan oleh variasi variabel independen intensitas pemeriksaan pajak tax audit, kepatuhan Wajib Pajak tax compliance, pengetahuan Wajib Pajak tax knowledge, sistem perpajakan tax system, dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan fiscal fraud . Sedangkan sisanya 100 - 29.3 = 70.7 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini seperti variabel kecenderungan personal Ayu, 2009, teknologi informasi Ayu, 2009, dan budaya yang berbeda Mcgee, 2008diharapkan variabel lain ini juga akan mempengaruhi penggelapan pajak dan penelitian ini akan lebih Universitas Sumatera Utara 96 dikembangkan lagi untuk mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi penggelapan pajak. Jadi terdapat banyak variabel-variabel yang dapat mempengaruhi penggelapan pajak, dengan mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi penggelapan pajak, maka akan mencegah terjadinya penggelapan pajak yang sering terjadi di indonesia, sehingga kasus perpajakan lainnya dapatterungkap Suryani, 2013.

4.1.4. Interpretasi

Berdasarkan hasil uji statistik regresi linear berganda yang telah dilakukan, mengenai variasi variabel independen intensitas pemeriksaan pajak tax audit, kepatuhan Wajib Pajak tax compliance, pengetahuan Wajib Pajak tax knowledge, sistem perpajakan tax system, dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan fiscal fraud terhadap persepsi Wajib Pajak mengenai etika penggelapan pajak Tax Evasion. Maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

1. Intensitas pemeriksaan pajak berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif secara parsial di dalam hubungan antara intensitas pemeriksaan pajak terhadap etika penggelapan pajak.Hal ini dapat di buktikan dengan nilai probabilitas t yang kurang dari 0.05.Dalam penelitian ini, intensitas pemeriksaan pajak merupakan bagian dari variabel yang baru diterapkan oleh peneliti untuk menilai sejauh mana pengaruhnya terhadap etika penggelapan pajak. Dengan demikian, apabila intensitas pemeriksaan pajak semakin sering dilakukan, maka Wajib Pajak akan semakin enggan untuk melakukan penggelapan pajak. Pemeriksaan pajak dianggap sebagai alat kontrol Universitas Sumatera Utara 97 untuk mendisiplinkan Wajib Pajak, agar mereka meningkatkan kesadarannya untuk melakukan pembayaran pajak. Selain itu, intensitas pemeriksaan pajak juga merupakan bagian dari rasionalisasi undang-undang perpajakan sebagai sebuah pembuktian bahwa pihak Ditjen pajak yang merupakan bagian dari pemerintahan, harus mampu melakukan pekerjaan mereka dengan baik.Pemeriksaan pajak tidak dilakukan hanya sebatas ketika adanya suatu kecurangan yang mulai tercium oleh pihak Ditjen pajak, namun lebih dari itu pemeriksaan pajak harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui secara pasti sejauh mana Wajib Pajak mampu melaksanakan kewajiban mereka dengan baik.

2. Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif di dalam hubungan antara kepatuhan wajib pajak terhadap etika penggelapan pajak.Hal ini dapat di buktikan dengan nilai probabilitas t yang kurang dari 0.05.Dalam penelitian ini, kepatuhan wajib pajak merupakan bagian dari variabel yang baru diterapkan oleh peneliti untuk menilai sejauh mana pengaruhnya terhadap etika penggelapan pajak.Pada dasarnya banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam melakukan pembayaran pajak. Kepatuhan Wajib Pajak akan meningkat jika mereka telah merasakan hasil dari pembayaran pajak tersebut. Contohnya, perbaikan infrastruktur, peningkatan taraf pembangunan yang lebih baik dan merata, otomatis kepatuhan Wajib Pajak akan lebih meningkat. Teori memang tidak segampang praktek dalam pengaplikasiannya.Bagaimana tidak, masih banyak pihak-pihak yang mengutamakan kepentingan pribadinya jika dibandingkan dengan kepentingan umum.Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penggelapan pajak yang masih sangat sering Universitas Sumatera Utara 98 terjadi.Dan hal ini pula menjadi bagian terkuat yang membuat masyarakat merasa bahwa melakukan suatu penggelapan pajak bukanlah merupakan masalah yang besar sejauh masih banyak permasalahan yang terjadi di dalam pemerintahan perpajakan itu sendiri.

3. Pengetahuan Wajib Pajak berpengaruh negatif terhadap etika penggelapan pajak.

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”.(Studi Empiris pada KPP Pratama Binjai)

0 1 14

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”.(Studi Empiris pada KPP Pratama Binjai)

0 0 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”.(Studi Empiris pada KPP Pratama Binjai)

0 0 14

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”.(Studi Empiris pada KPP Pratama Binjai)

0 0 39

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”.(Studi Empiris pada KPP Pratama Binjai)

0 0 3

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”.(Studi Empiris pada KPP Pratama Binjai)

0 0 20

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion). (studi empiris di kpp pratama medan-polonia)

1 1 15

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion). (studi empiris di kpp pratama medan-polonia)

0 0 2

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion). (studi empiris di kpp pratama medan-polonia)

1 1 17

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak (tax evasion). (studi empiris di kpp pratama medan-polonia)

1 3 52