26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif dilakukan sebagai analisis pendahuluan untuk mengetahui ada atau tidaknya ion-ion kadmium, tembaga dan timbal dalam
sampel. Hasil absorbansi dengan Spektrofotometer Serapan Atom menunjukkan adanya absorbansi pada panjang gelombang 228,8 nm, 324,8 nm dan 283,3 nm
untuk kadmium, tembaga dan timbal. Hal ini juga membuktikan secara kualitatif bahwa sampel mengandung ion kadmium, tembaga dan timbal.
4.2 Analisis Kuantitatif 4.2.1 Kurva Kalibrasi Kadmium, Tembaga dan Timbal
Kurva kalibrasi kadmium, tembaga dan timbal diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan standar pada panjang gelombang 228,8 untuk
kadmium, 324,8 untuk tembaga dan 283,3 nm untuk timbal. Dari pengukuran kurva kalibrasi diperoleh persamaan garis regresi yaitu Y= 0,00007128571X
– 0,0000328571
untuk kadmium, Y= 0,03248X + 0,0003 untuk tembaga, dan Y=
0,000022571X + 0,000061625.
Universitas Sumatera Utara
27 Kurva kalibrasi larutan standar kadmium, tembaga dan timbal dapat dilihat
pada Gambar 4.1-4.3.
Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Kadmium
Gambar 4.2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Tembaga
Gambar 4.3. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Timbal
Konsentrasi ngml
Konsentrasi µgml
Konsentrasi ngml Y= 0,00007128571X
– 0,0000328571
Y= 0,03248X + 0,0003
Y= 0,000022571X + 0,000061625 r = 0.9995
r = 0,9994
r = 0,9996
Universitas Sumatera Utara
28 Berdasarkan kurva di atas diperoleh hubungan yang linier antara
konsentrasi dengan absorbansi, dengan koefisien korelasi r kadmium sebesar 0,9994, tembaga sebesar 0,9995 dan timbal sebesar 0,9996. Nilai r
≥ 0,97 menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara X
konsentrasi dan Y absorbansi Ermer dan McB. Miller, 2005. Data hasil pengukuran absorbansi larutan standar kadmium, tembaga dan timbal dan
perhitungan persamaan garis regresi dapat dilihat pada Lampiran 6-8 halaman 42- 46.
4.2.2 Analisis Kadar Kadmium, Tembaga dan Timbal dalam Sampel
Penentuan kadar kadmium, tembaga dan timbal dilakukan secara Spektrofotometri Serapan Atom dimana sampel terlebih dulu didekstruksi hingga
menjadi abu kemudian dilarutkan dan diukur pada Spektrofotometri Serapan Atom. Konsentrasi logam kadmium, tembaga dan timbal dalam sampel ditentukan
berdasarkan persamaan garis regresi kurva kalibrasi larutan standar masing- masing logam. Data dan contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 10,
halaman 49. Analisis dilanjutkan dengan perhitungan statistik perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 11 halaman 55-57. Hasil analisis kuantitatif kadar
kadmium, tembaga dan timbal dapat dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1 Hasil Analisis Kuantitatif Kadar Kadmium, Tembaga dan Timbal
dalam Sampel. Sampel
Logam Kadar mgkg
Daging Ikan Baung
Kadmium Tembaga
Timbal 0,009275 ±0,000376
0,5902±0,008395 0,151875±0,005717
Universitas Sumatera Utara
29 Tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa pada daging ikan baung terdapat
kandungan kadmium, tembaga dan timbal. Kandungan kadmium, timbal masih jauh dibawah ambang batas yang telah direkomendasika oleh SNI 2009 yaitu 0,1
mgkg dan 0,3 mgkg dan kandungan tembaga masih dibawah ambang batas Ditjen POM 1989 yaitu 20 mgkg. Rendahnya kadar logam tembaga dan timbal
pada daging ikan baung disebabkan karena kadar kedua logam tersebut pada perairan juga rendah. Menurut Ginting, 2014 bahwa kadar logam tembaga dan
timbal di Sungai Belumai berkisar 0,186-0,423 mgL dan 0,074-0,176 mgL. Dengan demikian ikan baung di perairan sekitar Sungai Belumai Kabupaten Deli
Serdang masih tergolong aman dan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan konsumsi manusia.
Akan tetapi jika mengkonsumsi daging ikan baung yang terlalu banyak dan dalam jangka waktu yang lama maka penumpukan kadmium dalam tubuh
memiliki dampak sangat berbahaya yaitu menyebabkan tekanan darah tinggi, kerusakan jaringan-jaringan testicular, kerusakan ginjal dan kerusakan butir-butir
sel darah merah. Penumpukkan timbal dalam tubuh yang memiliki dampak sangat berbahaya yaitu kemandulan, anemia, penyakit ginjal, kerusakan syaraf dan
kematian Widaningrum, dkk., 2007. Berbeda dengan timbal dan kadmium, tembaga merupakan logam berat esensial, artinya meskipun tembaga merupakan
logam berat beracun, unsur logam ini sangat diperlukan bagi perkembangan tubuh manusia meski dalam jumlah yang sangat sedikit. Tetapi dalam dosis tinggi dapat
menyebabkan gangguan gastrointestinal, sistem saraf pusat, ginjal, hati, muntaber, pusing kepala, anemia, shock, koma, dan dapat meninggal Slamet, 1994.
Universitas Sumatera Utara
30
4.3 Uji Akurasi
Hasil uji perolehan kembali kadar kadmium, tembaga dan timbal setelah penambahan masing-masing larutan standar kadmium, tembaga dan timbal dalam
sampel dapat dilihat pada Lampiran 12 halaman 58. Persen uji perolehan kembali
kadmium, tembaga dan timbal dalam sampel dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Persen Uji Perolehan Kembali recovery Kadmium, Tembaga dan
Timbal Sampel
Logam Recovery
Syarat rentang persen recovery
Daging Ikan Baung
Kadmium 114,09
80-120 Tembaga
101,14 Timbal
103,39 Tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata hasil uji perolehan kembali
recovery untuk logam kadmium, tembaga dan timbal pada daging ikan baung adalah 114,09, 101,14 dan 103,39. Persen recovery tersebut menunjukkan
kecermatan kerja yang baik pada saat pemeriksaan kadar kadmium, tembaga dan timbal dalam sampel. Hasil uji perolehan kembali recovery ini memenuhi syarat
akurasi yang telah ditetapkan, rata-rata hasil perolehan kembali recovery berada pada rentang 80-120 Ermer dan McB. Miller, 2005.
4.4 Uji Presisi
Dari perhitungan yang dilakukan terhadap data hasil pengukuran kadar logam kadmium, tembaga dan timbal pada daging ikan baung diperoleh nilai
simpangan baku SD sebesar 4,38 untuk kadmium, 5,71 untuk tembaga, 8,54 untuk timbal dan nilai simpangan baku relatif RSD sebesar 3,84 untuk
kadmium, 5,64 untuk tembaga dan 8,24 untuk timbal. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 13 halaman 66. Menurut Harmita 2004, nilai simpangan
baku relatif RSD untuk analit dengan kadar part per million ppm adalah tidak
Universitas Sumatera Utara
31 lebih dari 16 dan untuk analit dengan kadar part per billion ppb RSDnya
adalah tidak lebih dari 32. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metode yang dilakukan memiliki presisi yang baik.
4.5 Batas Deteksi Limit of Detection dan Batas Kuantitasi Limit of Quantitation