Gejala-gejala terjadinya respon inflamasi

12 d. Prostaglandin Prostaglandin hanya berperan pada nyeri yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau radang. Prostaglandin sebagai penyebab radang bekerja lemah, namun berpotensi kuat setelah bergabung dengan mediator atau substansi lainnya yang dibebaskan secara lokal, seperti histamin, serotonin dan leukotrin. Prostaglandin dapat menimbulkan vasodilatasi dan meningkatkan aliran darah lokal Ganiswarna, 1995. e. Leukotrien Leukotrien dihasilkan dari subtrat asam arakidonat melalui jalur lipoksigenase yang terdapat di paru-paru, sel mast platelet, dan sel darah putih Nugroho, 2012.

2.3.3 Gejala-gejala terjadinya respon inflamasi

a. Kemerahan rubor Kemerahan rubor merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami inflamasi akut. Waktu reaksi inflamasi mulai timbul maka arteri yang mensuplai darah ke daerah tersebut bedilatasi, dengan demikian lebih banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Pembuluh-pembuluh darah yang sebelumnya kosong atau sebagian saja meregang dengan cepat dan terisi penuh oleh darah. Keadaan ini dinamakan hiperemia dan menyebabkan warna merah lokal karena inflamasi akut. Timbulnya hiperemia pada permulaan reaksi inflamasi diatur oleh tubuh melalui pengeluaran mediator, seperti histamin Price dan Wilson, 1995. Universitas Sumatera Utara 13 b. Panas kalor Panas kalor terjadi karena aliran darah banyak tersuplai ke jaringan luka pada proses peradangan bersama dengan kemerahan dari reaksi inflamasi akut. Daerah inflamasi pada kulit menjadi lebih panas dari daerah sekitarnya, sebab darah dengan suhu 37 C yang disalurkan ke permukaan daerah yang terkena inflamasi lebih banyak disalurkan daripada ke daerah normal Price dan Wilson, 1995. c. Rasa Nyeri dolor Rasa nyeri dolor ditimbulkan karena adanya kerusakan jaringan yang melepaskan mediator nyeri yang akan merangsang reseptor nyeri. Mediator tersebut adalah histamin, serotonin, asetilkolin dan bradikinin Nugroho, 2012. d. Pembengkakan tumor Pembengkakan tumor terjadi akibat adanya peningkatan permeabilitas dinding kapiler serta pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan yang cidera. Dinding kapiler tersebut menjadi lebih permeabel dan lebih mudah dilalui oleh leukosit dan protein terutama albumin, yang diikuti oleh molekul yang lebih besar sehingga plasma jaringan mengandung lebih banyak protein daripada biasanya, yang kemudian meninggalkan kapiler dan masuk kedalam jaringan sehingga menyebaban jaringan menjadi bengkak Price dan Wilson, 1995. e. Perubahan Fungsi fungsio laesa Gangguan fungsi fungsio laesa merupakan konsekuensi dari suatu proses inflamasi. Gerakan yang terjadi pada daerah inflamasi, baik yang dilakukan secara sadar ataupun secara refleks akan mengalami hambatan rasa sakit, pembengkakan Universitas Sumatera Utara 14 yang hebat secara fisik mengakibatkan berkurangnya gerak jaringan Price dan Wilson, 1995.

2.3.4 Mekanisme terjadinya inflamasi