45
Tabel 4.2 Hasil karakterisasi ekstrak etanol rimpang temu giring EERTG
Hasil karakterisasi ekstrak etanol rimpang temu giring memenuhi syarat berdasarkan persyaratan pada Materia Medika Indonesia. Kadar air yang
diperoleh pada hasil karakterisasi ekstrak adalah 3,97 sehingga ekstrak yang diperoleh merupakan ekstrak kental karena masih mengandung sedikit air.
Hasil penyarian 500 gram serbuk simplisia rimpang temu giring dengan pelarut etanol 96 diperoleh ekstrak kental 95,32 gram rendemen 19,06.
4.1.2 Skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak rimpang temu giring
Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak etanol rimpang temu giring menunjukan hasil yang sama, dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3 Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak rimpang temu
giring
4.2 Hasil pengukuran Parameter biokimia ALT dan AST
4.2.1 Aktivitas Alanin Aminotransferase ALT
Pengukuran aktivitas katalisator ALT dilakukan pada hari ke-8 setelah 24 jam penginduksian parasetamol. Pada pengukuran, aktivitas enzim ALT
mengkatalisis reaksi alanin + 2-oxoglutarat glutamat + piruvat, menunjukkan No
Karakteristik ekstrak Simplisia
Kadar Persy. MMI
1 Kadar air
3,97 9,6
2 Kadar abu total
0,42 0,5
3 Kadar abu yang tidak larut dalam asam
0,10 0,2
No Pemeriksaan
Serbuk simplisia Ekstrak
1 Alkaloida
- -
2 Flavonoida
+ +
3 Saponin
+ +
4 Tanin
+ +
5 Glikosida
+ +
6 SteroidTriterpenoid
+ +
Universitas Sumatera Utara
46
46 334,4
42,6 93
62,4 49,6
35,8 50
100 150
200 250
300 350
400
tanpa perlakuan
kontrol - kontrol +
dosis 5 mgkg bb
dosis 25 mgkg bb
dosis 125 mgkg bb
dosis 625 mgkg bb
P e
n gu
k u
r an
ak ti
v itas
A LT ae
te lah
8
har i U
L
Kelompok perlakuan
kadar enzim tersebut di dalam darah. Hasil pengukuran secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.1.
Tabel 4.4 AktivitasALT tikus putih yang diinduksi parasetamol pada pengukuran
hari ke-8 Mean ± SD
Ket :
a
berbeda signifikan dengan kelompok perlakuan lain p 0,05 Hasil orientasi pada tikus jantan yang diberi EERTG dosis 5, 25, dan 125
mgkg bb menunjukkan penghambatan peningkatan aktivitas ALT dibandingkan dengan CMC-Na 0,5 sebagai kontrol negatif. Pada perlakuan, dosis EERTG
ditingkatkan menjadi 625 mgkg bb sehingga ada 4 variasi dosis yang digunakan yaitu: 5, 25, 125, dan 625 mgkg bb Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Grafik pengukuran aktivitas ALT
Kelompok Perlakuan
Jumlah Subjek
Aktivitas ALT UL
I Tanpa perlakuan
5 46,00 ± 6,93
II CMC - Na 0,5 + parasetamol
5 334,40 ± 217,57
a
III Katekin + parasetamol
5 42,60 ± 16,88
IV EERTG 5 mgkg bb + parasetamol
5 93 ± 9,75
V EERTG 25 mgkg bb + parasetamol
5 62,40 ± 8,68
VI EERTG 125 mgkg bb +
parasetamol 5
49,60 ± 13,94 VII
EERTG 625 mgkg bb + parasetamol
5 35,80 ±12,11
Universitas Sumatera Utara
47
Berdasarkan Gambar 4.1 di atas, menunjukkan bahwa aktivitasALT pada kelompok tanpa perlakuan adalah 46 UL, pada kelompok kontrol positif katekin
2 mgkg bb ditemukan aktivitas ALT adalah 42,6 UL. Dengan nilai tersebut menunjukkan bahwa aktivitas ALT yang diperoleh sesuai dengan aktivitasnormal
ALT pada tikus yaitu berkisar antara 19,3 – 68,9 UL Baron, 1992. Sedangkan yang diperoleh pada kelompok kontrol negatif CMC-Na 0,5 dan suspensi
parasetamol dosis 2 gkg bb adalah 334,4 UL; ini jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok tanpa perlakuan dan menunjukkan perbedaan yang signifikan antar
kelompok perlakuan ekstrak uji p 0,05. Peningkatan aktivitas enzim ALT ini menjadi petunjuk bahwa telah terjadi kerusakan hepar, karena sangat sedikit
kondisi selain hepar yang berpengaruh terhadap kadar enzim ini dalam serum Widmann, 1995. Hal ini mengisyaratkan bahwa pemberian suspensi parasetamol
dosis 2 gkg bb menyebabkan kerusakan hepar yang ditandai dengan peningkatan aktivitasALT dan sesuai dengan hasil penelitian Aluko, et al., 1999 tentang
aktivitas hepatoprotektor Ocimum americanum L pada tikus putih jantan yang diinduksi parasetamol; Anyasor, et al., 2013 tentang aktivitas hepatoprotektor
Costus afer S pada tikus putih jantan yang diinduksi parasetamol; dan Lin,et al., 2000 tentang aktivitas hepatoprotektor Solanum alatum M pada mencit yang
diinduksi parasetamol. AktivitasALT pada kelompok perlakuan dosis 5, 25, 125, dan 625 mgkg
bb EERTG berturut-turut adalah 93 UL; 62,4 UL; 49,6 UL; dan 35,8 UL. Pada dosis 5 mgkg bb aktivitas ALT lebih tinggi dari aktivitas ALT pada kelompok
tanpa perlakuan dan kelompok kontrol positif,walaupun aktivitasnyaberbeda signifikan p 0,05 dengan kontrol negatif. Hal ini disebabkan dosis yang
Universitas Sumatera Utara
48
diberikan terlalu kecil. Aktivitas ALT yang tidak berbeda signifikan p 0,05 dengan kelompok tanpa perlakuan dan kontrol positif, namun berbeda signifikan
p 0,05 dengan kontrol negatifmulai terlihat pada dosis 25, 125 dan 625 mgkg bb. Secara keseluruhan dapat dilihat adanya penghambatan peningkatan
aktivitasALT menuju normal seiring dengan peningkatan dosis EERTG, jadi fenomena ini petunjuk terjadinya hubungan dosis-daya hambat peningkatan. Hasil
pengujian aktivitas hepatoprotektor kemudian dianalisis dengan uji perbedaan rata-rata antar kelompok Uji ANAVA dan hasil analisis data dilanjutkan dengan
ujipost hoc dengan Tukey HSD. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh F hitung aktivitas ALT
8.365 F Tabel 2,71; ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna P0,05 berarti terdapat perbedaan rata-rata antara variabel yang diuji.
4.2.2 Aktivitas Aspartat Aminotransferase AST