Pemeriksaan Makroskopik Organ Hepar Pemeriksaan Mikroskopik Organ Hepar Histopatologi Hepar

41 aktivitas hepatoprotektor apabila aktivitas katalisatorALT dan AST dari EERTG lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol negatif CMC Na 0,5 + parasetamol. Pemeriksaan ALT dan AST dilakukan di Laboratorium Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.

3.16 Pemeriksaan Kerusakan Organ Hepar

3.16.1 Pemeriksaan Makroskopik Organ Hepar

Tikus dibedah kemudian diambil organ hepar, kemudian dicuci dengan larutan NaCl 0,9 untuk membersihkan dari sisa darah yang menempel. Pengamatan dilakukan dengan mengamati warna dan tekstur permukaan hepar tikus.

3.16.2 Pemeriksaan Mikroskopik Organ Hepar Histopatologi Hepar

Hepar hewan percobaan diambil dan dimasukkan ke dalam larutan buffer formalin 10. Lalu dibuat preparat dengan ketebalan 4-6 mm, diwarnai dengan hekmatosilin dan eosin dan dilihat di bawah mikroskop. Cara kerja: Organ hepar yang telah diambil kemudian dicuci dengan NaCl 0,9 selanjutnya dimasukkan ke dalam pot yang berisi larutan buffer formalin 10. Selanjutnya organ hepar dipotong dengan ketebalan 4 – 6 mm. Jaringan yang telah difiksasi kemudian didehidrasi dengan alkohol mulai dari konsentrasi 70, 80, 90, 95 masing-masing selama 24 jam dilanjutkan dengan alkohol 100 selama 1 jam yang diulang tiga kali. Setelah didehidrasi dilanjutkan dengan penjernihan dengan menggunakan xilol sebanyak tiga kali masing-masing selama 1 jam dilanjutkan dengan infiltrasi parafin. Jaringan kemudian ditanam dalam media parafin. Berikutnya dilakukan penyayatan dengan ketebalan 4 - 5 mikron. Hasil sayatan dilekatkan pada kaca objek, kemudian diwarnai dengan pewarnaan Universitas Sumatera Utara 42 hematoksilin-eosin HE. Pemeriksaan histopatologi dilakukan dan berdasarkan prosedur kerja yang diterapkan di laboratorium patologi anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 3.17Analisis Data Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS 22.0. Data hasil penelitian ditentukan homogenitas dan normalitasnya untuk menentukan analisis statistik yang digunakan. Data dianalisis menggunakan uji ANAVA untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan. Universitas Sumatera Utara 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan Bahan Tumbuhan

Sampel yang digunakan berupa serbuk simplisia tumbuhan rimpang temu giring Curcuma heyneana Val yang diperoleh dari PT. Sumatera Busan Lampiran 1 halaman 70.

4.1.1 Karakterisasi simplisia dan ekstrak

Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia rimpang temu giring diperoleh bentuk keping pipih, ringan, diameter 2-4 cm dan ketebalan 1-4 mm, bagian tepi berombak atau keriput, warna kuning terang, bau khas aromatik, rasa sedikit pedas dan lama kelamaan menimbulkan rasa tebal Lampiran 3 halaman 72. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia rimpang temu giring terlihat adanya butir pati, tetes minyak atsiri, parenkim, rambut penutup, pembuluh kayu dan fragmen gabusLampiran 5 halaman 76. Menurut Kemenkes RI 2008, suatu simplisia dan ekstrak yang akan digunakan sebagai bahan baku obat harus memenuhi persyaratan mutu yang tercantum dalam monografi. Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia rimpang temu giring dapat dilihat pada Tabel 4.1. Universitas Sumatera Utara