13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian tentang pengaruh kompetensi guru sudah banyak dilakukan. Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan adalah Pengaruh
Kompetensi Profesional Guru terhadap Keberhasilan Belajar Siswa oleh Yayah Pujasari Nurdin Jurnal Pendidikan, 2009. Menurut Yayah P. Nurdin
2009, bahwa secara keseluruhan kompetensi profesional berpengaruh terhadap hasil belajar sebesar 29,59. Sisanya yaitu sebesar 70,41
merupakan pengaruh yang datang dari faktor-faktor lain. Misalnya: kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian
Yahya, 2009: 63. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian
sebelumnya. Persamaan dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama ingin meneliti tentang pengaruh dari kompetensi guru. Perbedaannya adalah pada
penelitian awal kompetensi guru yang diteliti tentang pengaruh kompetensi profesional guru, sedangkan penelitian ini meneliti tentang pengaruh persepsi
siswa tentang kompetensi pedagogik. Perbedaan lainnya dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini lebih memfokuskan pada hasil belajar siswa
yang dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian sedangkan penelitian terdahulu mengunakan nilai rata-rata ulangan semester, sedangkan penelitian awal lebih
memfokuskan pada keberhasilan belajar siswa. Alasan mengapa peneliti mengambil nilai ulangan harian karena IPS sejarah tidak ada ulangan
semester, karena IPS sejarah adalah salah satu materi dalam mata pelajaran IPS. Di sini penulis ingin mengetahui pengaruh kompetensi pedagogik
terhadap hasil belajar. Kompetensi pedagogik merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru untuk meningkatkan mutu
pembelajaran.
B. Belajar, Hasil Belajar dan Pembelajaran IPS Sejarah 1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar
memang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi persepsi manusia
Catharina, 2006: 2. Gagne menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kemampuan yang diciptakan seseorang melalui aktivitas.
Perubahan tersebut bukan diperoleh langsung dari pertumbuhan seseorang secara alami. Morgan menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan
perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman. Travers menyatakan bahwa belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah
laku. Harlod Spears menyatakan dengan kata lain bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti
arah tertentu. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar mengandung
tiga aspek, yaitu:
a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku. Perilaku sebelumnya akan berbeda dengan perilaku sesudah belajar, jika tidak berarti dia tidak
belajar. b. Perubahan perilaku terjadi karena didahului proses pengalaman.
c. Perubahan perilaku karena proses belajar bersifat lebih permanen. Seiring upaya perbaikan kualitas pembelajaran, teori konstruktivisme
kian populer di bidang pendidikan pada dekade terakhir ini. Teori ini memandang siswa sebagai individu yang selalu memerikas informasi baru
yang berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip- prinsip tersebut apabila sudah dianggap tidak dapat digunakan lagi :
Catharina, 2006: 59. a. Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu
merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. b. Subjek membentuk sekema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang
perlu untuk pengetahuan. c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep seseorang. Struktur konsep
membentuk pengetahuan jika konsep itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.
Perubahan sebagai hasil belajar menurut Sudjana 2005: 28, dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti pengetahuan, pemahaman, sikap
dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan, daya reaksi, daya penerimaan dan aspek lainnya.
2. Prinsip-prinsip Belajar
Peserta didik harus memiliki prinsip dalam belajar agar perubahan tingkah laku yang dihasilkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Slameto
2003: 27 mengemukakan, bahwa prinsip-prinsip dalam melaksanakan kegiatan belajar meliputi:
a. Prasyarat yang diperlukan untuk belajar yaitu: 1 Setiap peserta didik harus dapat berpartisipasi aktif dan meningkatkan
minat untuk mencapai tujuan instruksional 2 Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat
pada peserta didik untuk mencapai tujuan instruksional. 3 Belajar memerlukan lingkungan yang menantang.
4 Belajar memerlukan interaksi peserta didik dengan lingkungannya. b. Sesuai hakikat belajar
1 Belajar harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan tingkat perkembangannya.
2 Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery. 3 Belajar adalah proses kontinguitas hubungan antara pengertian yang satu
dengan pengertian yang lain sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan.
c. Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari 1 Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki stuktur,
penyajian yang sederhana, sehingga peserta didik mudah menangkap pengertiannya.
2 Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
d. Syarat keberhasilan belajar 1 Belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga peserta didik dapat
belajar dengan tenang. 2 Proses
belajar perlu
adanya repetisi
pengulangan agar
pengertianketrampilansikap tersebut mendalam pada peserta didik.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku
tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pambelajaran. Oleh karena itu apabila pembelajaran mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka
perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep Catharina, 2006: 5. Mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Jadi secara umum hasil belajar dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah dicapai
oleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran Sudjana, 2005: 22. Hasil belajar merupakan faktor yang sangat penting dan sering
dijadikan pokok pembicaraan atau permasalahan antar pendidik, karena prestasi belajar merupakan cerminan kemampuan siswa dalam menguasai
materi suatu pelajaran. Hasil belajar tidak hanya tercermin pada seberapa besar nilai yang diperoleh siswa setelah mengerjakan ujian, akan tetapi penguasaan
konsep jauh lebih bermakna dalam mengidentifikasi hasil belajar siswa.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Kegiatan belajar yang terjadi pada diri peserta didik dapat diamati dari perbedaan tingkah laku sebelum dan setelah kegiatan belajar mengajar. Di
dalam proses terdapat seperangkat faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar pada intinya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor intern dan
faktor ekstern. Menurut Slameto 2003:54, faktor-faktor yang mempengaruhi proses
dan hasil belajar: a Faktor intern, meliputi:
1 Faktor jasmaniah, meliputi: a Faktor kesehatan
Kesehatan peserta didik berpengaruh terhadap proses belajar mengajar. Proses belajar akan terganggu jika
kesehatannya terganggu, sebab ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, dan mengantuk jika badanya
lemah dan kurang darah. b Cacat tubuh
Peserta didik yang cacat tubuhnya seperti buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain akan
menggangu proses belajarnya. 2 Faktor Psikologis, meliputi:
a Intelegensi Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis
yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan
kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Intelegensi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemajuan belajar. Namun berhasil tidaknya peserta didik
dalam belajar tidak hanya dilihat dari tinggi rendahnya intelegensi peserta didik karena belajar merupakan suatu
proses yang dipengaruhi banyak faktor. b Perhatian
Menurut Gazali dalam Slameto 2003:56 perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu semata-mata
tertuju pada suatu objek atau sekumpulan objek. Agar hasil belajarnya baik, maka peserta didik harus mempunyai
perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi pusat perhatian, maka timbulah
kebosanan sehingga belajar tidak kondusif lagi. c Minat
Minat adalah
kecenderungan yang
tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap belajar karena bila
bahan pelajaran tidak sesuai dengan minat maka kegiatan belajar tidak akan terlaksana dengan baik. Sebaliknya jika
bahan pelajaran menarik minat peserta didik, akan mudah dipelajari dan diingat karena minat menambah kegiatan
belajar.
d Bakat Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Jika bahan
pelajaran sesuai bakat peserta didik maka hasil belajarnya akan lebih baik karena sesuai dengan bakat yang dimiliki
peserta didik. e Motif
Motif merupakan dorongan dalam mencapai tujuan. Dalam proses belajar harus diperhatikan apa yang dapat
mendorong peserta didik belajar dengan baik atau mempunyai motif untuk berfikir dan memusatkan perhatian,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang belajar.
f Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam
pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Namun hal itu
membutuhkan latihan-latihan
dan pelajaran.
Dengan demikian belajar akan lebih berhasil jika peserta didik sudah
matang. g Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan
juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti siap untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan harus
diperhatikan dalam proses belajar karena jika peserta didik sudah ada kesiapan dalam mengikuti proses pembelajaran
maka hasil belajarnya cenderung akan lebih baik. 3 Faktor kelelahan
Faktor kelelahan dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani
dapat dilihat dari tubuh yang lemah, sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dari kelesuan dan kebosanan. Kelelahan jasmani
dan rohani akan mempengaruhi hasil belajar peserta didik karena kelelahan tersebut dapat mengganggu konsentrasi dan
ketenangan dalam belajar. b. Faktor ekstern, meliputi:
1 Faktor keluarga Peserta didik yang belajar akan menerima pengaruh
dari keluarga yang berupa cara orang tua mendidik, relasi atau hubungan antar anggota keluarga, suasana rumah
tangga dan keadaan ekonomi keluarga. 2 Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar peserta didik meliputi metode mengajar yang digunakan guru,
kurikulum yang ditetapkan, bentuk hubungan atau relasi anatara guru dengan peserta standar pelajaran, keadaan
gedung, pembinaan, metode belajar dari guru dan tugas rumah.
3 Faktor masyarakat Masyarakat dapat mempengaruhi hasil belajar karena
peserta didik berada di tengah-tengah masyarakat. Faktor masyarakat meliputi: kegiatan peserta didik dalam
masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
5. Definisi IPS Sejarah
Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial
manyarakat yang dinamis Wardiyatmoko, 2010: iii. Kata IPS merupakan kata yang sering di dengar dari tingkat Sekolah Dasar samp
ai tingkat Universitas. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang
mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial. antara lain sejarah, geografi, ekonomi, dan sosiologi. IPS sejarah
adalah bagian dari mata pelajaran IPS. IPS sejarah merupakan pelajaran yang menanamkan pengetahuan tentang proses perubahan dan perkembangan
masyarakat Indonesia dan dunia dari masa lampau hingga kini secara ilmiah dan sistematis. Atas dasar pengertian itu pengajaran IPS Sejarah berfungsi
untuk menyadarkan siswa akan adanya peroses perubahan dan perkembangan masyarakat dalam dimensi waktu dan untuk membangaun prespektif serta
kesadaran sejarah dalam menemukan, memahami, dan menjelaskan jati diri bangsa di masa silam sekarang dan masa depan, di tengah perubahan tata
hubungan baru dunia yang cepat.
Sejarah
IPS
Gambar 1 : Keterpaduan cabang Ilmu Pengetahuan Sosial sumber: Khasanah Ilmu Pengetahuan Sosial 2, 2006:V
C. Kompetensi Pedagogik Guru 1. Guru
a. Pengertian Guru
Menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
formal, pendidikan dasar, dan menengah. Menurut Hamalik 2002: 36, guru adalah jabatan profesional yang memerlukan berbagai
keahlian khusus. Sementara menurut Sardiman 2006:4, guru adalah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut
Ekonomi
Sosiologi Geografi
berperan dalam usaha pembentukan sumber daya yang potensial di bidang pembangunan.
b. Syarat Guru
Dalam Undang-Undang RI No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab IV pasal 8 tersebut disebutkan ada 5 syarat bagi seorang
guru , yaitu : 1.
Memiliki Kualifikasi Akademik Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang
harus dipenuhi oleh seorang guru atau pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dengan kata lain Kualifikasi akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang
harus dimiliki oleh guru atau dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan. Ijazah yang harus
dimiliki guru adalah Ijazah jenjang Sarjana S1 atau Diploma IV yang sesuai dengan jenis,jenjang dan satuan pendidikan atau mata pelajaran
yang diampunya sesuai dengan standar nasional pendidikan. 2.
Memiliki Kompetensi Kompetensi
guru adalah
seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Kompetensi guru menurut Undang-undang RI No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi
kompetensi kepribadian, pedagogik, professional, dan sosial.
Mengenai Kompetensi guru akan penulis uraikan dalam sub bab tersendiri
3. Memiliki Sertifikat Pendidik
Sertifikat Pendidik adalah sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan tinggi penyelenggara serifikasi sebagai bukti formal
pengakuan guru yang diberikan kepada guru sebagai tenaga professional. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah
memenuhi standar profesi guru melalui proses sertifikasi. Guru yang telah mendapat sertifikat pendidik berarti telah mempunyai
kualifikasi mengajar seperti yang dijelaskan di dalam sertifikasi tersebut.
4. Sehat Jasmani dan Rohani
Yang dimaksud dengan sehat jasmani dan rohani adalah kondisi kesehatan fisik dan mental yang memungkinkan guru dapat
melaksanakan tugas dengan baik. Kondisi kesehatan fisik dan mental tersebut tidak ditujukan kepada penyandang cacat.
Seorang guru pendidik adalah merupakan petugas lapangan dalam pendidikan. Faktor kesehatan jasmani adalah faktor yang
menentukan terhadap lancar dan tidaknya proses pendidikan yang ada, dan di samping itu kesehatan jasmani dari seorang guru banyak
memberikan pengaruh terhadap anak didik terutama yang menyangkut kebanggaan mereka apabila memiliki guru yang berbadan sehat. Guru
yang mengidap penyakit menular sangat membahayakan anak didik.
Disamping itu guru yang berpenyakit tidak akan bergairah dalam mengajar, dan kerap kali absen yang tentunya merugikan anak didik.
Sedangkan yang dimaksud sehat rohani menyangkut masalah keseluruhan bentuk rohaniah manusiawi hubungannya dengan
masalah moral yang baik, moral yang luhur, moral tinggi, dimana seorang guru harus memiliki moral yang baik dan menjadi teladan
bagi siswanya. Apa yang hendak disampaikan kepada murid untuk menuju tingkat martabat kemanusiaan yang luhur hendaklah lebih
dahulu guru itu sendiri memiliki martabat tersebut, sebab nantinya menyangkut masalah kewibawaan bagi seorang guru.
Adapun sifat-sifat yang dapat digolongkan ke dalam moral atau budi yang luhur antara lain berlaku jujur, berlaku adil terhadap
siapapun, lebih-lebih terhadap dirinya, cinta kepada kebenaran, bertindak bijaksana, suka memaafkan, tidak pembenci, mau mengakui
kesalahan sendiri, ikhlas berkorban, tidak mementingkan diri sendiri, menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan tercela.
5. Memiliki Kemampuan untuk Mewujudkan Tujuan Pendidikan
Nasional Guru harus punya kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional sebagaimana yang disebutkan dalam Undang- undang RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab II pasal 3 : “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya
potensi peserta
didik agar menjadi
manusiayang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta b ertanggung jawab.”
2. Kompetensi Guru
Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, stuktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian
besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan
belajar yang efektif, menyenangkan dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal Usman,
2008: 9. Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Kompetensi guru baik secara teoritis maupun secara praktis memiliki
manfaat yang sangat penting terutama dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas guru. Menurut Hamalik,
2008: 34 kompetensi guru dapat digunakan sebagai: a. Alat untuk menggambarkan standar kemampuan profesional guru.
b. Alat seleksi penerimaan guru. c. Bahan acuan dalam pengembangan kurikulum.
d. Alat pembinaan guru. e. Mendorong kegiatan belajar mengajar.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, disebutkan
bahwa guru harus mempunyai empat kompetensi yaitu: kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.
a. Kompetensi pedagogik Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pelajaran
peserta didik yang meliputi: pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
b. Kompetensi kepribadian Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, berakhlak mulia, serta menjadi teladan peserta didik.
c. Kompetensi sosial Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi
dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
d. Kompetensi profesional Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam standar nasional.
3. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pelajaran peserta didik yang meliputi: pemahaman terhadap peserta didik,
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimiliki. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.17 Tahun 2007
Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik terdiri dari :
a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran. f. Memfasilitasi
pengembangan potensi
peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
j. Melakukan tindakan
reflektif untuk
peningkatan kualitas
pembelajaran.
D. Kerangka Berfikir
Persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik guru merupakan proses siswa menerima dan menanggapi metode mengajar yang digunakan oleh guru
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas agar tercipta suatu kondisi belajar yang efektif. Siswa memiliki persepsi yang berbeda-beda satu
dengan yang lainnya, yaitu persepsi yang tinggi atau persepsi yang rendah. Guru dituntut harus memiliki kompetensi yang memadahi agar siswa
memiliki persepsi tinggi dan tidak mengalami kejenuhan. Proses belajar mengajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
oleh siswa di dalam kelas untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang berasal dari pengalamannya sendiri maupun interaksi dengan
lingkungannya. Perubahan yang dialami oleh siswa tersebut adalah perubahan yang dilakukan secara sadar dan menuju ke arah yang lebih baik dari yang
sebelumnya. Perubahan yang terjadi pada siswa tidak hanya bersifat sementara, tetapi bersifat permanen dan kontinu. Tujuan pembelajaran ini
telah direncanakan secara sistematis dan terarah oleh guru kepada peserta didik atau siswa sebagai individu. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar di
kelas dapat diukur dengan berhasil tidaknya tujuan yang telah ditetapkan.
Pencapaian tujuan belajar di kelas biasanya diukur dengan berhasil tidaknya dalam peningkatan hasil belajar.
Hasil belajar siswa merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek
perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu, apabila pembelajar mempelajari pengetahuan
tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus
dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan
dalam tujuan pembelajaran.
Setiap siswa pasti ingin mencapai hasil belajar semaksimal mungkin, karena hasil belajar yang maksimal merupakan jalan yang tepat untuk
memudahkan proses belajar selanjutnya. Namun semua usaha yang dilakukan tidak selalu mudah, banyak siswa yang mengalami hambatan dalam proses
belajar, sehingga mengakibatkan kegagalan dalam memperoleh prestasi.
Guru adalah salah satu faktor dominan yang mempengaruhi kualitas pembelajaran, namun guru akan dominan ketika mempunyai kompetensi
profesional. Hal ini dapat dikuatkan oleh pernyataan Trianto 2007: 71, yaitu yang dijadikan rujukan bagi guru untuk keberhasilan pembelajaran adalah
kualifikasi akademik dan kompetensi yang dimiliki oleh guru.
Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan dan akan lebih mampu mengelola
kelasnya, sehingga belajar siswa akan lebih optimal. Karena proses belajar dan hasil belajar bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola struktur isi
kurikulumnya, akan tetapi juga ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing siswa.
Dalam mata pelajaran IPS sejarah, guru sangat besar peranannya dalam memotivasi siswa agar mau belajar dengan baik, yang nantinya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa di lembaga pendidikan. Keberhasilan dari proses belajar dan mengajar IPS sejarah tidak hanya tergantung pada
intelegensi siswa saja, akan tetapi juga dari guru yang mengajar. Guru yang kompeten akan mendorong siswa dalam belajar IPS sejarah yang nantinya
akan mempengaruhi hasil belajar siswa pada pelajaran IPS sejarah.
Kerangka berfikir pada penelitian ini adalah bahwa guru yang berkompetensi, sangat diperlukan agar diperoleh pemahaman materi pelajaran
IPS yang maksimal untuk diimplementasikan dalam hasil atau prestasi belajar. Dengan kata lain, kompetensi pedagogik guru akan berpengaruh
terhadap hasil atau prestasi belajar IPS sejarah siswa. Berikut kerangka berfikir pada penelitian ini:
Variabel bebas X Kompetensi Pedagogik Guru:
1. Penguasaan Materi, Struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
2. Penguasaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran yang diampu.
3. Pengembangan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. 4. Pemahaman terhadap siswa.
5. Evaluasi hasil belajar 6. Pemanfaatan
teknologi informasi
dan komunikasi
untuk mengembangkan diri.
7. Pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Variabel Terikat Y Hasil Belajar
Dilihat dari rata-rata Nilai Ulangan Harian
Gambar 2. kerangka berfikir.
E. Hipotesis