44
lokasi PLTN, penggunaan tanah di sekitarnya dan isu- isu lain yang bertalian harus dipertimbangkan dalam konteks yang lebih luas yang meliputi lingkungan,
keselamatan, ekonomi, sosial dan isu- isu perencanaan secara keseluruhan. Dan yang paling penting adalah langkah penanganan harus sesuai dengan rencana
strategi wilayah di sekitar PLTN. Dua bentuk kebijakan pemerintah Belanda untuk mencegah dampak
kecelakaan, pertama, memperkecil kemungkinan kejadian kecelakaan dan dampaknya dengan menangani sumbernya. Kedua, mengurangi jumlah populasi
yang akan terkena dampak kecelakaan dapat dilakukan dengan kebijakan zone zone policy. Kebijakan zone ini mendefenisikan Distance Density Figure DDF
sebagai jumlah maksimum kepadatan penduduk manusia yang mengindikasikan bahwa Resiko populasi belum dilampaui Lahej et al. 2000.
Dalam kajian ini dievaluasi potensi pelepasan bahan radionuklida beserta dampaknya terhadap penduduk yang bertumbuh sejak mulai dioperasikan sampai
usia PLTN. Sebagai konsekuensinya maka pemanfaatan ruang disekitar PLTN haruslah dikontrol dengan menetapkan zone eksklusi exclusion area dan zone
penduduk jarang low population zone, dan zone untuk melakukan evakuasi USNRC 1997
. Selanjutnya untuk mengatasi atau mengurangi dampak bila
kondisi kecelakaan tidak dapat dihindari maka setiap PLTN harus membuat rencana tanggap darurat. Untuk mewujudkan pemanfaatan ruang dan langkah
tanggap darurat maka hasil penelitian ini sangat berguna untuk dijadikan masukan dalam merencanakan tata ruang wilayah di Kabupaten Jepara.
2.6. Penelitian Terdahulu
Kecelakaan nuklir merupakan kecelakaan yang sangat jarang terjadi, oleh karena itu kemungkinan kejadian kegagalannya tidak dilakukan dengan uji
statistik yang memerlukan banyak data melainkan menggunakan pendekatan pohon kejadian dan pohon kegagalan yang dikenal dengan Probability Safety
Assessment . Sebagai contoh, reaktor Temelin, 1300 MW, Czech, frekuensi
kejadian kecelakaan terparah adalah sebesar 10
-7
per tahun. Besaran ini tidak jauh berbeda dengan probabilitas yang digunakan Markandya 1999a untuk
menghitung probabilitas kejadian kecelakaan reaktor PLTN 1000 MW yaitu 1,9 x
45
Gambar 6.1. Sumber Radiasi di Alam Saxe, 1991
Radon ; 47 Sinar kosmis; 10
Luruhan radon; 4 Kedokteran
nuklir; 12
Sinar Gamma dari tanah dan bangunan; 14
Lepasan nuklir 0.1
Jatuhan global 0.4
Lingukngan kerja
0.2 Lain-laian
0.4
Makanan dan minuman; 12
10
-6.
Sesuai dengan perkembangan teknologi reaktor PLTN besaran ini sudah menunjukkan kinerja yang mendekati PLTN generasi IV.
Pada umumnya reaktor, selama kondisi normal tidak diijinkan terjadi pelepasan bahan radionuklida kecuali gas mulia dan gas yang mudah menguap
yang tidak mungkin dapat difilter. Susilo et al. 2004 telah melakukan perhitungan besarnya dosis yang akan diterima individu bila PLTN beroperasi
normal dengan daya 2 x 1000 MWe maka besar dosis total yang diterima individu masih di bawah batas yang diijinkan yaitu 10
4
µSv atau 10 mSv pada jarak 500 m dan 2 mSv pada jarak 1 km. Besaran ini semakin mengecil dengan bertambahnya
jarak. Pengetahuan tentang rona awal kondisi radioekologi di lokasi PLTN
sangat diperlukan untuk menjadi acuan atau pembanding bila PLTN beroperasi. Secara alamiah bumi dan aktivitas manusia berpotensi memancarkan radiasi,
karena bumi sendiri mengandung banyak bahan radionuklida dan aktivitas manusia banyak menggunakan bahan radionuklida. Dalam studi rona awal
diuraikan sumber-sumber radiasi yang muncul dari alam seperti pada Gambar 11 PPLH- LPUD 2001.
Sumber: PPLHLPUD 2004
Gambar 11. Sumber Radiasi di Alam
46
Studi tentang rona awal telah pula dilakukan melalui kerja sama BATAN dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup PPLH dan Lembaga Penelitian Universitas
Diponegoro. Penelitian terhadap kondisi air tawar menunjukkan bahwa Radioaktivitas air tawar di Kabupaten Jepara akan mengalami peningkatan cukup
berarti oleh adanya perkembangan di berbagai sektor dan akan beroperasinya PLTU Tanjungjati B. Perubahan radioaktivitas air tawar ini menyebabkan base
line data rona awal radioaktivitas air tawar di daerah Ujung Lemahabang
diperkirakan akan mengalami perubahan yang dipresentasikan oleh peningkatan kadar radioaktivitas air tawar, terutama kadar
3
H, gross α
, dan β
. Pada saat ini aktivitas tritium dalam air sungai masih dalam batas yang diperbolehkan. Menurut
SK DIRJEN BATAN No.93DJVII95 batas kadar tritium adalah 0,1 Bql.
Penelitian terhadap biota menunjukkan bahwa
210
Pb yang terdapat pada cuplikan biota ikan kerapu dan algae merah, hijau dan coklat konsentrasi
aktivitas
210
Pb dalam biota pada musim penghujan tidak jauh beda dengan musim kemarau. Aktivitas terbesar berturut-turut terukur pada algae coklat, algae hijau,
algae merah dan ikan kerapu. Konsentrasi radionuklida ala m dalam udara berkisar antara 0,28 – 1,10
Bqm
3
untuk
228
Th, 8,79 - 30.32 Bqm
3
untuk
226
Ra dan tidak terdeteksi –8,96 Bqm
3
untuk
40
K. Pada semua titik sampling tidak terdeteksi unsur
228
Ra. Unsur radionuklida buatan
90
Sr dan
137
Cs juga tidak terlihat di semua lokasi sampling. Hal ini mungkin saja terjadi karena memang konsentrasi di lokasi sampling sangat
rendah atau pengambilan contoh udara memerlukan waktu yang lebih lama.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian
Sesuai dengan hasil penelitian pemilihan calon tapak Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, maka lokasi Ujung Lemahabang, Semenanjung Muria, Kabupaten
Jepara, Jawa Tengah merupakan salah satu calon tapak yang terpilih sebagai tempat dibangunnya PLTN pertama di Indonesia. Oleh karena itu lokasi Ujung
Lemahabang dijadikan lokasi penelitian dalam kajian ini. Lokasi ini berada pada koordinat latitude 6
o
25’ 40” lintang selatan, longitude 110
o
47’20” bujur Timur, dengan kawasan meliputi radius sampai 50 km. Secara administratif wilayah
radius 50 km dari Ujung Lemahabang meliputi Kabupaten Jepara, Kudus, Pati dan Demak. Daerah sekitar lokasi calon Tapak PLTN terdiri dari laut Laut Jawa ke
sebelah Utara dan darat ke sebelah Selatan. Gambar 12 menunjukkan peta lokasi calon tapak PLTN Ujung Lemahabang, Semenanjung Muria. Penelitian
dilakukan bulan April 2003 sampai dengan Desember 2003.
Gambar 12 Peta Jepara dengan lokasi calon PLTN di Ujung Lemahabang.
UTARA