untuk mencegah terlepasnya baha n radionuklida ke lingkungan. Gambar 4 menunjukkan contoh rancangan sistem pengungkung reaktor.
Gambar 2.3 Sistem pengungkung reaktor KNSP
Gambar 4 Sistem pengungkung reaktor 2.1.5. Pelepasan Bahan Radionuklida Pada Kondisi Normal
Pada kondisi normal hanya gas mulia kelompok 1 dan bahan yang bersifat mudah menguap yang mungkin keluar dari teras maupun sistem
pendingin primer reaktor. Reaktor dirancang sedemikian rupa, sehingga bahan radionuklida lain tersebut tidak keluar dari pengungkung reaktor ke lingkungan.
Apabila karena sifatnya yang mudah menguap dan tidak dapat dihindari pelepasannya, maka melalui rancangan reaktor pelepasan ini dibuat sedemikian
rupa sehingga pelepasannya ke lingkungan menjadi serendah mungkin As Low As Reasonably Achievable
, ALARA. Jumlah yang keluar tersebut bukan saja berasal dari hasil fisi dan aktivasi bahan bakar, tetapi juga dari hasil fisi dan
aktivasi bahan pengotor pada sistem primer.
2.1.6. Pelepasan bahan radionuklida pada kondisi kecelakaan
Pelepasan pada kondisi kecelakaan sangat tergantung jenis kecelakaannya seperti yang telah diuraikan terdahulu. Kecelakaan ini ada yang dapat memicu
4. Pengungkung
Containment
3. Sistem Pendingin Kolam
5. Struktur beton – baja 2 Kelongsong
Elemen
Bakar
1 Kisi Kristal Elemen Bakar
pelepasan bahan radionuklida, ada pula yang tidak. Dalam kaitannya dengan analisis pelepasan bahan radionuklida ini, maka jenis kecelakaan yang dijadikan
dasar perhitungan adalah jenis kecelakaan parah yang menyebabkan terjadinya kerusakan teras core damage.
Kerusakan teras terjadi bila panas yang diambil pendingin lebih kecil dari panas yang dihasilkan teras. Suhu dapat naik sampai pada titik tertentu yang
menyebabkan integritas bahan bakar tidak dapat dipertahankan lagi. Kondisi ini dapat dicapai pada kecelakaan kehilangan pendinggin Loss of Coolant Accident
yang walaupun reaksi nuklir cenderung sudah terhenti, tetapi sisa panas tidak dapat dihilangkan oleh sisa pendingin yang ada. Sedang pada kasus reaktivitas
transient , kondisi kerusakan teras dapat dicapai bila laju kenaikan panas teras
sangat cepat tetapi kemampuan pendingin tidak cukup untuk menarik panas tersebut.
Bila kerusakan teras terjadi, maka produk fisi yang ada dalam teras elemen bakar lepas ke sistem pendingin melalui pelelehan ataupun rusaknya
integritas bahan bakar. Proses pelelehan ataupun kerusakan teras dapat terjadi karena akumulasi panas teras telah sampai melebihi titik lelehnya. Akumulasi ini
terus berjalan bila penyerapan panas oleh pendingin reaktor tidak mampu mengatasi kenaikan panas yang ditimbulkan oleh teras reaktor.
Selama proses kenaikan suhu di teras, pelepasan bahan radionuklida sudah mulai terjadi sejalan dengan pertumbuhan kerusakan integritas bahan bakar secara
gradual. Gambar 5 dan 6 menunjukkan persentase pelepasan bahan radionuklida iod dan cesium pada bahan bakar metalik sebagai fungsi kenaikan suhu bahan
bakar teras. Pada kondisi telah terjadi pelelehan, maka bahan teras akan jatuh ke dasar
bejana tekan disertai pelepasan gas- gas mulia dan unsur- unsur yang mudah menguap seperti iod dan cesium ke pengungkung containment. Pelepasan ini
disebut sebagai pelepasan dalam bejana tekan in-vessel. Bahan teras yang meleleh berada di dasar bejana dan dapat berinteraksi
dengan bahan struktur beton di dasar bejana. Kejadian ini menyebabkan bahan radionuklida yang bersifat kurang volatil terlepas ke pengungkung. Pelepasan ini
0.1 1
10 100
700 800
900 1000
1100 1200
1300 Temperature K
Percentage Release of Iodine
Gambar 5 Persentase pelepasan bahan iod dari bahan bakar metalik Soffer et al. 1995
0.1 1
10 100
700 800
900 1000
1100 1200
1300
Temperature K Percentage Release of Caesium
Gambar 6 Persentase pelepasan cesium dari bahan bakar metalik Soffer et al. 1995
disebut juga sebagai pelepasan dari luar bejana tekan ex-vessel. Pada saat yang sama bahan radionuklida yang tadinya sudah berada pada bejana tekan dalam
selang waktu yang sudah cukup panjang akan keluar ke pengungkung. Pelepasan ini dikenal sebagai pelepasan dari bejana tekan yang tertunda late vessel.
Jika pada kejadian kecelakaan suhu pendingin primer juga tinggi, maka pada saat kerusakan yang terjadi pada bagian bawah bejana, sejumlah bahan bakar
teras akan terinjeksi ke pengungkung dengan kecepatan tinggi. Dalam kondisi ini
Persentase pelepasan iod
Suhu K
Persentase pelepasan cesium Suhu K
bahan radionuklida yang bersifat aerosol dapat terlepas ke pengungkung. Demikian pula terjadinya ledakan uap sebagai hasil interaksi antara sisa-sisa
bahan teras dan air dapat menyebabkan peningkatan produksi fisi ke pengungkung. Dengan demikian terlepasnya produk fisi ke pengungkung pada
kecelakaan teras reaktor jenis PWR ditentukan oleh adanya celah gap, pelepasan dalam bejana, pelepasan luar bejana, pelepasan tertunda yang fraksi
pelepasannya seperti pada Tabel 3.
Tabel 3 Fraksi pelepasan bahan radionuklida jenis PWR
Elements Pelepasan
pada gap
gap release Pepasan awal
dalam bejana tekan
early in vessel
Pelepasan luar bejana tekan
ex-vessel Pelepasan
tertunda dalam bejana tekan
late invessel
Kr, Xe 0.05
0.95 I, Br
0.05 0.35
0.25 0.1
Rb, Cs 0.05
0.25 0.35
0.1 Te, Se
0.05 0.25
0.005 Ba, Sr
0.02 0.1
Co, Mo, Tc, Ru, Rh 0.0025
0.0025 Y, Zr, Nd, Eu, Nb,
Pm, Pr, Sm, Y, Cm, Am, Ce, Pu, Np
0.0005 0.005
Sumber : Soffer 1995
Seperti yang telah diuraikan terdahulu dalam kondisi normal seluruh bahan hasil belah terkungkung dalam kisi kristal elemen bakar. Bahan hasil fisi ini
hanya akan keluar dari kristal bila terjadi penaikan panas yang tinggi, sehingga kisi kristal menj adi pecah. Kemungkinan terjadi pecahnya kisi kristal
diasumsikan dengan probabilitas p
1
. Akan tetapi radionuklida yang lepas dari kristal masih terkungkung di dalam kelongsong elemen bakar. Apabila
kelongsong juga mengalami pecah, dengan kemungkinan p
2
, maka bahan radionuklida masih terkungkung di dalam sistem pendingin primer. Apabila
sistem primer mengalami kebocoran, dengan kemungkinan terjadinya p
3
maka bahan radionuklida masih terkungkung di tabung pengungkung containment.
Selanjutnya apabila tabung pengungkung mengalami kebocoran, dengan kemungkinan p
4
maka bahan radionuklida masih terkungkung di dalam struktur beton dan baja gedung reaktor. Baru bahan radionuklida akan keluar ke
lingkungan bila terjadi kebocoran pada struktur beton dan baja dengan kemungkinan bocornya sebesar p
5
. Dengan demikian kemungkinan terjadinya pelepasan bahan radionuklida ke lingkungan menjadi sangat kecil yaitu,
P = p
1
p
2
p
3
p
4
p
5
Besarnya kemungkinan pelepasan bahan radionuklida P sangat terga ntung pada teknologi yang sudah dicapai saat itu. Berbagai usaha secara teknologi
dilakukan untuk memperkecil resiko terlepasnya bahan radionuklida ke lingkungan oleh kecelakaan nuklir Hastowo 2005. Sejak pada generasi pertama
teknologi PLTN sistem keselamatan PLTN dibuat dengan didasarkan pada penerapan prinsip redundansi dan pada beberapa hal juga menggunakan prinsip
diversitas diversity. Setiap komponen sistem keselamatan dilengkapi dengan komponen redundan. Bila terjadi kegagalan fungsi, maka komponen redundan
secara otomatis mengambil alih fungsi komponen yang gagal dan sebagai akibatnya sistem keselamatan dianggap tidak mengalami kehilangan fungsi.
Kombinasi penerapan redundansi dan diversitas bersama dengan penerapan rangkaian logika logic gating digunakan untuk dapat menjamin keboleh jadian
kecelakaan terparah 10
-4
per tahun-reaktor. Peningkatan sistem keselamatan dilakukan dengan memanfaatkan perilaku
keselamatan inherent dalam desain reaktor. Dengan desain generasi kedua ini, maka keandalan reaktor dapat ditingkatkan sehingga frekuensi kerusakan teras
menjadi 10
-5
– 10
-4
per tahun-reaktor. Walapun demikian sistem keselamatan ini juga memiliki kelemahan seperti yang ditunjukkan pada kecelakaan Three Miles
Island. Koreksi terhadap sistem keselamatan ini juga dilakukan dengan
menambahkan sistem keselamatan pasif, yaitu sistem keselamatan yang otomatis bekerja bila terjadi kecelakaan tanpa interfensi manusia. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kesalahan oleh kelalaian manusia human error yang terjadi dalam suasana kepanikan. Teknologi reaktor dengan sistem pasif ini merupakan
teknologi generasi ke tiga. Jenis reaktor yang termasuk generasi tiga ini adalah Advance Boiling Water Reaktor
ABWR, SBWR, dan AP600, AP1000 masing- masing dengan frekuensi kerusakan teras Core Damage Frequency 1,84 x 10
-6
per reaktor-tahun, 2,8 x 10
-7
per reaktor-tahun, dan 3,3 x 10
-7
per reaktor-tahun.
Pemutahkiran teknologi keselamatan tidak berhenti, penelitian lebih lanjut terus dilakukan dengan mengembangkan teras kompak dengan kerapatan yang
lebih kecil, memakai sistem pasif dan memperkecil daerah proteksi menjadi kurang dari 800 m. Generasi reaktor ini dikelompokkan sebagai generasi ke 4,
dengan frekuensi kerusakan teras 10
-6
per reaktor-tahun. Dengan perkembangan teknologi reaktor ini, maka sesungguhnya kekuatiran akan terjadinya kecelakaan
reaktor sudah semakin sangat kecil. Secara prinsip pada kondisi normal tidak ada pelepasan radionuklida ke udara kecuali bahan-bahan tertentu yang bersifat
volatile , yang berasal dari produk fisi pada sistem primer, aktivasi terhadap bahan
yang korosif, bahan kimia tambahan maupun bahan pendinginnya.
2.1.7. Penyebaran Radionuklida di Atmosfir