Daerah Penelitian yang Sering Mengalami Hujan Asam Intensitas Tinggi

Gambar 20 memperlihatkan peta isoplet pH air hujan yang dibuat berdasarkan dapat pengamatan pH air hujan tahun 2009. Daerah intensitas hujan asam tinggi teridentifikasi pada Desa Kranggan Kecamatan Gunung Putri dan Kecamatan Cibinong, dan sebagian Kecamatan Citereup, yang mencakup hampir ¾ wilayah penelitian. Air hujan memiliki kisaran pH dari 3.66 hingga 8.3 dengan rata-rata 5.09. Pada Bulan Desember arah angin dominan dari utara dengan kecepatan 2,1 km jam -1 sampai 3 km jam -1 . Dari data arah angin bulan September sampai Desember 2009 Gambar 21 yaitu bulan-bulan dilakukan sampling air hujan menunjukkan arah angin dari barat, barat laut, utara, dan dari timur. Hujan asam terdistribusi disebelah barat lokasi industri. Hal ini dapat disebabkan saat sampling dilakukan angin dominan dari timur menuju barat, sehingga polutan penyebab hujan asam terdistribusi di sebelah barat lokasi industri. Gambar 21. Arah dan kecepatan angin Kabupaten Bogor tahun 2009 bulan September -Desember 2009, Sumber Data: PT Holchim, 2009

2.3.5. Daerah Penelitian yang Sering Mengalami Hujan Asam Intensitas Tinggi

. Gambar 22 memperlihatkan daerah-daerah di wilayah penelitian yang mengalami hujan asam dari tahun 1999 sampai 2009. Daerah yang mengalami hujan asam intenstitas tinggi ditandai dengan daerah yang diarsir warna merah. Daerah hujan asam intensitas tinggi selanjutnya disebut “pulau hujan asam”. Pulau hujan asam akan bergeser-geser, kesegala arah, dapat melebar, dan dapat juga menyempit tergantung kepada arah dan kekuatan angin. Angin yang bertiup kencang akan mendistribusikan polutan khususnya debu hingga Jangkauan yang lebih luas, efeknya terhadap hujan asam adalah menurunkan intensitas hujan asam. Hasil pengukuran pH air hujan diberbagai lokasi sampling tahun 1999, 2001, 2006, 2008, dan 2009 secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa di wilayah penelitian telah mengalami hujan asam dengan intensitas yang tidak merata. Th 2009 Kecepatan angin m det -1 Gambar 22. Daerah hujan asam intensitas tinggi diarsir merah di wilayah penelitian pada tahun 2001, 2006, 2008, dan 2009. =Bukit 2006 2001 TH 2001 106.8 106.8 106.8 106.85 106.8 106.87 106.8 106.89 106.9 106.9 106.9 106.9 6.5 6.5 6.5 6.5 6.4 6.4 6.4 6.4 6.4 6.4 L S BT TH 2006 106.82 106.83 106.84 106.85 106.8 106.8 106.8 106.89 106.9 106.91 106.9 106.93 6.53 6.52 6.51 6.50 6.49 6.48 6.47 6.46 6.45 6.44 BT 2009 106.82 106.84 106.86 106.88 106.90 106.92 106.94 6.53 6.52 6.51 6.50 6.49 6.48 6.47 6.46 6.45 6.44 BT 106.83 106.84 106.85 106.86 106.87 106.88 106.89 106.90 106.91 106.92 106.93 6.53 6.52 6.51 6.50 6.49 6.48 6.47 6.46 6.45 6.44 6.43 BT LS Th 2008 Th 2009 2008 Pada tahun 1999 daerah yang mengalami intensitas hujan asam tinggi meliputi Puspanegara, Citeureup dan Gunung Putri. Namun pada tahun 2001, 2006, 2008 dan 2009 pola distribusi intensitas hujan asam mengalami pergeseran. Terjadinya pergeseran pola distribusi hujan asam intensitas tinggi di wilayah penelitian menunjukkan bahwa suatu daerah dalam wilayah penelitian tidak selalujarang mengalami intensitas hujan asam tinggi. Namun demikian terdapat beberapa daerah yang selalusering mengalami hujan asam intensitas tinggi. Daerah-daerah yang jarang mengalami hujan asam intensitas tinggi akan memiliki dampak yang berbeda terhadap lingkungan hidup dibandingkan dengan daerah yang selalu mengalami hujan asam intensitas tinggi. Daerah mana saja yang mengalami hujan asam intensitas tinggi perlu diidentifikasi. Identifikasi daerah yang terus-menerus mengalami hujan asam intensitas tinggi dilakukan dengan overlay peta isopleth pH dari tahun 1999 sampai 2009. Daerah intensitas hujan asam tinggi yang dimaksud adalah daerah irisan interseksi hasil overlay berbagai tahun peta isopleth pH. Garis kontur yang menyatakan pH5,0 pada hasil overlay ditiadakan guna memudahkan pengamatan hasil overlay peta isopleth pH. Hasil overlay merupakan daerah irisan berbagai peta isopleth pH ditandai sebagai daerah yang sering mengalami hujan asam. Daerah ini ditampilkan dalam Gambar 23 diberi tanda berwarna kemerahan, yaitu meliputi desa: Cibinong sebagian, Kranggan sebagian, Puspasari, Gunung Putri sebagian, Citeureup, Karanga Asem Barat sebagian, dan Karang asem timur, diperhitungkan mencapai ±18,00 km 2 ±1800 ha merupakan daerah yang terus-menerus mengalami hujan asam intensitas tinggi dengan pH5,0 bahkan dapat mencapai pH4,0. Tingginya intensitas dan seringnya hujan asam di daerah ini disebabkan pada daerah ini terdapat banyak industri yang mengakibatkan polusi udara. Seringnya mengalami hujan asam intensitas tinggi di Desa Puspanegara dan Citeureup dimungkinkan karena kedua desa ini merupakan sentral wilayah industri Cibinong-Citeureup yang memiliki potensi pencemaran udara tinggi, kerapatan kendaraan paling tinggi karena pertemuan dari berbagai jurusan seperti kendaraan dari dan ke Kota Bogor, Babakan Madang, Cileungsi dan Bekasi serta ke Jakarta. Dareah ini mengandung banyak partikel debu yang memiliki potensi menyerap polutan asam dan uap air. Kualitas udara khususnya debu di daerah ini melebihi ambang batas baku mutu menurut PPRI No. 41 tahun 1999. Kadar debu mencapai 285 µg m -3 , kadar NO 2 mencapai 700 µg m -3 , dan O 3 sebagai salah satu oksidan yang menjadi faktor pembentukan asam di udara mencapai 58,74 µg m -3 BLH, 2009. Daerah lainnya seperti Sentul, Klapanunggal Narogong, Wanaherang, Tajur, Cibinong bagian barat, dan Cilangkap jarang mengalami hujan asam intensitas tinggi. Gambar 23. Identifikasi daerah yang sering mengalami hujan asam tinggi dari hasil overlay peta isopleth pH th 1999-2009 di Wilayah Industri Citeureup- Cibinong Kabupaten Bogor

2.3.6. Pola Perubahan Keasaman Air Hujan