dengan nilai nisbah Q sebesar 33 sehingga termasuk kondisi iklim basah. Gambar 2.7 memperlihatkan diagram segitiga klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson.
Berdasarkan jumlah bulan basah dan bulan kering di wilayah penelitian termasuk zona iklim C.
2.3.2. Kualitas Udara
Kualitas udara di wilayah penelitian dipantau oleh berbagai sumber disajikan pada Tabel 2. Parameter penting kualitas udara yang berhubungan dengan
hujan asam adalah kadar polutan gas SO
2
dan NO
2,
selain itu juga kadar O
3
ozon, serta debu. Ozon adalah oksidan dengan adanya air akan mengubah gas SO
2
menjadi ion sulfat SO
4 =
dan mengubah gas NO
2
menjadi ion nitrat NO
3 -
pada pembentukan asam sulfat H
2
SO
4
dan asam nitrat HNO
3
dalam air hujan. Debu akan menyerap uap air dan kedua polutan gas tersebut sehingga sebaran akan
berpengaruh terhadap sebaran hujan asam. Kadar polutan SO
2
diberbagai lokasi nampak masih jauh dibawah baku mutu. Akan tetapi kadar polutan NO
2
di beberapa lokasi telah melebihi baku mutu kualitas udara ambien menurut PP 41 tahun 1999.
Tabel 2. Rangkuman rata-rata hasil pengukuran kualitas udara tahun 2009 semua satuan dalam
µg m
-3
No. Lokasi
SO CO
2
NO
2
Debu
2
O
3
1 Narogong 23,98
1 2
602,38 26,12
118,90 14,80
2 Pt. Tol G Putri 30,00
2
574 101
315,74 5,13
3 Pt. Tol Citrp 30,96
2
679,17 36,44
249,50 7,01
4 Ps Citeureup 20,00
2
541,25 85,11
285,69 13,20
5 Jl. Pancasila 42,17
2
597,17 28,16
244,33 16,95
6 Tari kolot 18,41
2
606,17 2,46
200,38 58,74
7 Depan ITC Cibinong 90,00
2
559,50 700,00
73,22 27,14
8 Dpn Ps. Cibinong 70,67
2
577,00 709,3
166,16 10,23
9 Desa Lulut 16,31
3
2,29 18,78
22,98 112,00
10 Hambalang, ds Tapos 15,00
3
2,18 16,34
17,12 92,00
11 Jln. Sainembah Sukahati 94,90
3
700,00 1,41
176,52 49,21
Baku mutu udara ambient PP 41 tahun 1999 waktu pengukuran 1 jam
900 -
400 230
235
Sumber data:
1
PT Holchim
2
Dinas Tataruang dan Lingkungan Hidup Bogor,
3
PT Indocement
2.3.3. Keasaman Air Hujan
Data dan posisi sampling disesuaikan sehingga memperlihatkan suatu data seri yang dapat digunakan untuk melihat kecenderungan perubahan kualitas air hujan.
Tabel 3 memperlihatkan data rata-rata pH air hujan dari tahun 1999 sampai 2009. Nampak bahwa hanya terdapat dua lokasi sampling yang memilki pH5,6 yaitu di
Wanaherang dan Narogong. Kriteria hujan asam menurut Manahan 2005 adalah hujan dengan pH5,6, nilai pH ini didasarkan kepada kesetimbangan kelarutan gas
karbon dioksida CO
2
dalam air hujan dengan asumsi konsentrasi ambient gas CO
2
di atmosfir sebesar 300 ppm. Kadar CO
2
ambient berdasarkan di beberapa lokasi menunjukkan sekitar 600-700
µg m
-3
Sumber data:
DTRLH, 2009. Berdasarkan data Tabel 3 dapat dikatakan bahwa sebagian daerah di
wilayah penelitian telah terjadi hujan asam dengan intensitas sedang pH antara 5,0- 5,6 dan sebagian daerah lagi mengalami intensitas tinggi pH5,0. Secara
keseluruhan di wilayah penelitian dapat dikatakan telah mengalami hujan asam. Kecuali sampel dari Narogong pH 8,23
. Tingginya pH air hujan di daerah
Narogong dimungkinkan karena dekat dengan pertambangan kapur.
1
Sutanto et al., 1999
2
Iryani 2001 ,
data primer
Tabel 3. Data rata-rata pH air hujan di wilayah penelitian
Lokasi sampling 1999
2001
1
2006
2
2008 2009
Kr.Asem Barat AH1
5,40 4,48
- 4,36
3,65 Puspasari
AH2 4,92
4,64 -
- 4,66
Kranggan AH3
5,42 5,5
- 5,40
5,3 Kr.Asem Timur
AH4 4,49
- 5,03
- 5,72
Puspanegara AH5
5,5 4,61
4,45 4,70
4,24 Gn. Putri
AH6 5,07
4,77 5,29
5,14 5,30
Tlajung Udik AH7
5,39 5,95
- -
- Citeureup
AH8 4,54
4,95 4,45
5,35 4,83
Wanaherang AH9
4,94 4,16
5,66 -
- Cibinong
AH10 5,09
4,51 4,95
- 4,15
Cirimekar AH11
- -
4,95 5,35
- Jl. Baru Sentul
AH12 -
- 5,02
5,28 5,19
Tajur Ctrp AH13
- -
4,95 -
5,64 GBJ
AH14 -
- 5,06
5,63 5,9
Narongong AH15
- -
5,63 4,72
8,23 Simpang Pemda
AH16 -
- 4,04
5,51 3,8
2.3.3. Koordinat Sampling dan Peta