matematika sehingga diperoleh pola kecenderungan perubahan rata-rata kadar NO
3 -
atau SO
4 =
air sumur terhadap waktu dengan bantuan komputer program excel. b.3. Menentukan Tingkat Korelasi Kadar NO
3 -
dan SO
4 =
Air Hujan Dengan Kadar NO
3 -
dan SO
4 =
Air Sumur
Hasil analisis rata-rata kadar NO
3 -
dan SO
4 =
air sumur dan air hujan masing- masing di kelompokkan sehingga diperoleh data series dari tahun 1999, 2001, 2006,
2008, dan 2009. Setiap data series setiap parameter dibuat plot antara parameter air sumur vs parameter air hujan pada 5 tahun pengamatan dalam kurun waktu 11
tahun dengan menggunakan bantuan program komputer excelminitab baik untuk mendapatkan persamaan matematik kurva, nilai korelasi, dan visualisasi grafik.
Interpretasi korelasi didasarkan pada koefisien korelasi. Korelasi dianggap baik jika nilai koefisien korelasi 0,7 dan yang dapat menyatakan bahwa kualitas air sumur
benar-benar dipengaruhi oleh kualitas air hujan.
b.4. Menentukan Laju Peningkatan kadar NO
3 -
dan SO
4 =
Air Sumur
Laju pengasaman air sumur dicari dengan menggunakan model persamaan laju reaksi orde pertama. Persamaan ini diambil dengan alasan, pertama; bahwa
input nitrat dalam air sumur yang utama berasal dari air hujan. Asumsi keberadaan nitrat dalam air tanah merupakan akibat langsung dari kandungan nitrat dalam air
hujan, walaupun proses nitrifikasi dalam tanah juga terjadi namun diasumsikan laju nitrifikasi sama dengan laju denitrifikasi sehingga mencapai keadaan ajeg steady
state sehingga dapat diabaikan. Alasan kedua; bahwa peningkatan kadar nitrat dalam air sumur selaras dan tidak jauh berbeda dengan peningkatan kadar nitrat
dalam air hujan, bukan merupakan kelipatan ganda dari peningkatan jadar nitrat bair hujan. Persamaan orde pertama ditulis :
kt NO
NO
t
+ =
3 3
] ln[
] ln[
Persamaan tersebut diturunkan menjadi :
yang merupakan persaman linier pangkat 1 yang selanjutnya digunakan untuk menentukan nilai tetapan laju pengasaman air sumur, k, dengan metoda grafik.
Bentuk lain persamaan tingkat pertama dapat dinyatakan sebagai berikut :
4.3. Hasil dan Pembahasan a. Hasil Penelitian Pendahuluan
Simulasi kolom pelindian nitrat dengan variasi input nitrat pada air hujan buatan: 10; 20; dan 30 mg L
-1
dan kadar nitrat dalam air lindi ditetapkan, diperoleh data kadar nitrat pada berbagai rasio LS yang disajikan dalam bentuk grafik seperti
terlihat pada Gambar 31.
Gambar 31. Pola perubahan kadar nitrat dalam air lindi dengan berbagai input
nitrat dalam air hujan buatan Input nitrat, A= 10 mg L
-1
; B=20 mg L
-1
dan C=30 mg L
-1
terhadap rasio LS. L=volume air hujan buatan yang keluar kolom lindi, dan S volume tanah isi kolom.
Kadar nitrat dalam air lindi semakin tinggi dengan semakin bertambahnya volume air hujan buatan yang dialirkan ke dalam kolom. Perubahan kadar nitrat dalam air
lindi [NO
3 -
]
al
dalam mg L
-1
meningkat mengikuti persamaan eksponensial. Kurva A dan B memperlihatkan perubahan kadar nitrat dalam air lindi dengan input
masing-masing 10 mg L
-1
dan 20 mg L
-1
. Kurva A mengikuti persamaan: [NO
3 -
]
al
=1,4748e
0,0279LS
dengan R
2
=0,93 dan kurva B mengikuti persamaan: [NO
3 -
]
al
=1,468e
0,0207LS
dengan R
2
=0,95. Peningkatan kadar nitrat dalam air lindi kurva A sedikit lebih tinggi dari kurva B, hal ini dapat disebabkan perbedaan laju alir air
hujan buatan yang melewati kolom pada kasus B sedikit lebih lambat akibat sebagian pori-pori tanah mulai tertutup tanah memadat. Kurva C memperlihatkan
perubahan kadar nitrat dalam air lindi dengan input nitrat 30 mg L
-1
. Laju
0,0 1,0
2,0 3,0
4,0 5,0
6,0 7,0
8,0
1 2
3 4
5 LS rasio
R at
a- rat
a [ N
O
3
-]
al
m g
L
C
A B
peningkatan nitrat nampak tajam mengikuti persamaan: [NO
3
-]
al
=1,4543e
0,0756LS
dengan R
2
=0,98. Peningkatan kadar nitrat yang tajam ini dapat disebabkan tanah tak mampu lagi mengapsorbsi nitrat dan bahkan terjadi pelindian nitrat asli yang
terkandung dalam tanah. Menurut Forge et al. 1999 dan Sloot et al, 2003 kadar spesi kimia dalam
air lindi mencapai stabil pada rasio cairan padatan rasio : LS =10. Rasio ini dicapai pada volume liter ke 50. Pengaruh kadar nitrat pada air hujan buatan
terhadap kadar nitrat pada air lindi dilihat pada liter ke 50 dengan menghitung kadar nitrat yang dimaksud mrenggunakan persamaan A, B, dan C pada Gambar 31. Hasil
perhitungan disampaikan pada Tabel 10. dan grafik pola perubahan kadar nitrat air lindi akibat nitrat dalam air hujan ditampilkan pada Gambar 32.
Tabel 10. Data hasil perhitungan kadar nitrat pada berbagai rasio LS dan kadar nitrat air hujan buatan
Vol air lindi liter = L
Rasio LS [NO
3 -
] mg L
-1
A B
C 1,475
1,468 1,335
5 1
1,696 1,628
2,004 10
2 1,949
1,806 3,009
15 3
2,241 2,003
4,518 20
4 2,577
2,221 6,784
25 5
2,962 2,463
10,186 30
6 3,406
2,732 15,295
35 7
3,916 3,030
22,967 40
8 4,502
3,360 34,486
45 9
5,176 3,726
51,783 50
10 5,951
4,133 77,755
Keterangan: Kadar nitrat dalam air hujan buatan A= 10 mg L
-1
; B = 20 mg L-1; C = 30 mg L
-1
L = Volume air lindi S = Volume padatan isi kolom
Tabel 9 memperlihatkan bahwa pada kadar nitrat air hujan buatan 10 mg L
-1
dan 20 mg L
-1
kolom A dan B kadar nitrat air lindi pada LS=10 hanya sedikit mengalami peningkatan dari awalnya, yaitu masing-masing meningkat sebesar
4,476 mg L
-1
1,475-5,951 mg L
-1
dan 2,665 mg L
-1
1,468-4,133 mg L
-1
. Meskipun meningkat namun keduanya masih dibawah kadar nitrat air hujan buatan
yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa sampai pada kadar nitrat air hujan
10 20
30 40
50 60
70 80
90
5 10
15 20
25 30
35 [NO
3 -
] air hujan mgL
[NO
3 -
] a ir
lin d
i m
g L
buatan 20 mg L
-1
tanah masih mampu menyerap dan menahan nitrat. Pada pengaliran air hujan buatan dengan kadar nitrat 30 mg L
-1
, kadar nitrat pada air lindi meningkat tajam dengan semakin besar volume air lindi yang ditampung.
Perhitungan akumulasi nitrat air lindi pada LS=10 mencapai 77,755 mg L
-1
. Hal ini menunjukkan bahwa tanah dalam kolom percobaan tidak mampu lagi menyerap dan
menahan asupan ion nitrat. Gambar 32 memperlihatkan hubungan antara kadar nitrat dalam air lindi
dengan kadar nitrat dalam air hujan buatan yang diplot pada rasio LS=10. Semakin tinggi kadar nitrat dalam air hujan buatan mengakibatkan semakin tinggi kadar
nitrat dalan air lindi, hubungan langsung ini mengikuti persamaan: [NO
3 -
]
al
= 0,9499e
0,1286 [NO 3
-] ah
dengan nilai koefisien determinasi, R
2
= 0,65.
Gambar 32. Hubungan antara perubahan kadar nitrat air lindi dengan kadar nitrat
dalam air hujan buatan
b. Hasil Penelitian Utama b.1. Hasil pemantauan dan evaluasi keberadaan nitrat dan sulfat dalam air
hujan dan air sumur Kadar Nitrat Dalam Air Hujan
Hasil pemantauan kualitas air hujan di wilayah penelitian menunjukkan kadar nitrat berkisar antara 0,0152 sampai 11,45mg L
-1
. Rata-rata tahunan kadar nitrat pada daerah yang sering mengalami hujan asam intensitas tinggi disajikan pada
Tabel 11. Rata-rata kadar nitrat tahunan selama 11 tahun terakhir cenderung meningkat dari 0,405 mg L
-1
menjadi 5,284 mg L
-1
. Peningkatan kadar nitrat dalam air hujan ini signifikan Fh=1,61F tabel; P 0,193
α 0,05 disebabkan oleh
tingginya kadar NO
2
diudara dan kadar ozon sebagai oxidan. Gas NO
2
dengan adanya ozon dan uap air bereaksi membentuk asam nitrat. Kadar NO
2
di daerah hujan asam intensitas tinggi antara 36,44 ug m
-3
sampai 709,3 ug m
-3
dan kadar ozon antara 5,13 ug m
-3
sampai 27,14 ug m
-3
DTRLH, 2009. Tingginya kadar NO
2
di udara disebabkan oleh mesin-mesin pembangkit tenaga di industri yang berbasis motor bakar dan kendaraan bermotor. Menurut
Hrkal et al. 2006 perkembangan pertumbuhan lalu lintas di Republik Czech dapat menaikkan kecenderungan deposisi nitrogen. Berdasarkan data laporan Polres
Bogor bahwa jumlah kendaraan dalam kurun waktu 11 tahun terakhir meningkat tajam, dari 49.808 unit pada tahun 1999 meningkat menjadi 200.139 unit pada
tahun 2009. Selain dari itu, pada wilayah ini polusi debu cukup tinggi antra 166,16 –
315,74 µg m
-3
DTLH, 2009. Debu memiliki sifat mengadsorbsi polutan diudara Manahan, 2005 sehingga polutan nitrat terkonsentrasi pada daerah yang berdebu.
Tabel 10. Rata-rata kadar nitrat NO
3 -
dalam air hujan pada daerah yang sering mengalami hujan asam intensitas tinggi di wilayah industri Cibinong-
Citeureup Kabupaten Bogor
Lokasi Sampling Kadar NO
3
mg L
-1
1999 2001
2006
1
2008
2
2009
3
Kr.Asem Barat 0,156
0,426 0,799
0,885 6,825
Puspasari 0,239
2,754 -
- 4,58
Kranggan 0,159
0,234 -
0,565 2,575
Kr.Asem Timur 1,169
- 9,550
30,925 11,45
Puspanegara 1,39
1,522 2,042
1,175 4,2
Gn. Putri 0,143
5,475 -
- 3,95
Tlajung Udik 0,022
0,152 -
0,925 3,45
Ps.Citeureup 0,015
3,906 4,889
5,175 5,325
ITC Cibinong 0,355
6,131 7,530
1,425 3,825
Rata-rata umum 0,405
3,018 4,962
5,868 5,284
Keterangan : - tidak diukur missing data Sutanto et al, 2000;
Iryani, 2002
1 , 2 , dan 3
data primer penelitian ini
Pada daerah yang jarang mengalami hujan asam intensitas tinggi, kadar nitrat dalam air hujan ditunjukkan pada Tabel 12. Rata-rata kadar nitrat selama 11
tahun terakhir mengalami peningkatan dari 0,217 mgL pada tahun 1999 menjadi 2,160 mgL. Namun demikian peningkatan kadar nitrat air hujan ini masih jauh
lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan kadar nitrat pada daerah yang sering mengalami hujan asam intensitas tinggi.
Tabel 12. Rata-rata kadar nitrat NO
3 -
dalam air hujan pada daerah yang jarang mengalami hujan asam intensitas tinggi di wilayah industri Cibinong-
Citeureup Kabupaten Bogor
Lokasi sampling Kadar NO
3 -
mgL
1999 2001
2006
1
2008
2
2009
3
GBJ -
- 2,500
3,864 3,250
Puspasari 0,239
2,754 -
1,125 0,925
Kranggan GP 0,159
0,234 0,565
2,278 3,780
Wanaherang 0,113
1,639 2,550
- 2,660
Ciriung 0,355
6,131 1,425
1,375 2,565
Rata-rata 0,217
2,689 1,760
2,160 2,636
Keterangan : - tidak diukur missing data Sutanto et al, 2000;
Iryani, 2002
1, 2 , dan 3
data primer penelitian ini
Kadar Sulfat Dalam Air Hujan
Rata-rata kadar sulfat dalam air hujan cenderung menurun dari tahun ke tahun yaitu mengalami penurunan dari 4,953 mg L
-1
pada tahun 1999 menjadi 3,547 mg L
-1
pada tahun 2009 Tabel 13. Hasil uji statistik perubahan rata-rata penurunan sulfat tidak signifikan F
hit
0,73F
tabel
, dan P 0,540 α0,05. Rendahnya kadar sulfat
dalam air hujan disebabkan oleh rendahnya polutan SO
2
di udara. Kadar SO
2
diudara tahun 2009 antara 15 sampai 94,9 µg m
-3
DTLH, 2009. Keasaman air hujan meningkat atau pH air hujan di daerah ini cenderung
menurun. Tingkat keasaman air hujan salah satunya ditentukan oleh kandungan sulfat yang mencerminkan terbentuknya asam sulfat di atmosfir akibat adanya
polusi SO
2
. Semakin menurunnya kadar sulfat menunjukkan bahwa sulfat bukan penentu keasaman air hujan, namun kandungan nitrat dalam air hujan lebih
dominan dalam peningkatan keasaman air hujan
.
Pada daerah yang jarang mengalami hujan asam intensitas tinggi kadar sulfat dalam air hujan jauh lebih
rendah dibandingkan dengan kadar sulfat dalam air hujan pada daerah yang secara terus-menerus mengalami hujan asam intensitas tinggi Tabel 14, hal ini
disebabkan polutan gas SO
2
yang rendah yaitu antara 15-23,98 ug m
-3
.
Tabel 13. Hasil pengukuran kadar sulfat SO
4 =
dalam air hujan pada daerah yang sering mengalami hujan asam intensitas tinggi di Wilayah
Industri Cibinong-Citeureup Kabupaten Bogor
Lokasi sampling Kadar SO
4 =
mg L
-1
1999 2001
2008 2009
Tol Citeureup 3,36
0,899 3,093
2,293 Puspasari
4,96 1,798
- 2,120
Kranggan G. Putri 6,54
11,364 -
9,567 Kr.Asem Timur
3,89 -
2,693 3,360
Puspanegara 7,61
9,434 5,36
4,96 Tol Gn. Putri
3,89 3,034
3,627 4,827
Tlajung Udik 1,06
0,899 -
- Ps.Citeureup
8,32 5,556
2,427 3,770
ITC Cibinong -
1,011 1,227
2,293
Rata-rata 4,953
4,249 2,846
3,547
Keterangan : - tidak diukur missing data Sutanto et al, 2000;
Iryani, 2002
Tabel 14. Data sulfat SO
4 =
Air Hujan pada daerah yang jarang mengalami hujan asam intensitas tinggi di Wilayah Industri Cibinong-Citeureup
Kabupaten Bogor Lokasi sanpling
1999 2001
2008 2009
GBJ -
- 1,000
ttd Wanaherang
4,430 1,124
4,000 ttd
Puri Nirwana 3,920
1,124 ttd
ttd Tarikolot
- -
- -
Sukahati -
- 1,493
2,490
Ciriung -
1,011 -
- TOL Sentul
- -
1,571 -
Rata-rata 4,175
1,086 1,623
0,623
Keterangan : - tidak diukur missing data Sutanto et al, 2000;
Iryani, 2002
Kadar Nitrat Dalam Air Sumur
Hasil analisis kadar nitrat air sumur disajikan pada Tabel 15. Nampak bahwa kadar nitrat dalam air sumur di wilayah penelitian tertinggi 10,550 mg L
-1
. Tingginya kadar nitrat dalam air sumur ini dikarenakan kadar nitrat dan debu di
udara tinggi, masing-masing mencapai 228 ug m
-3
dan 444,4 ug m
-3
DLH, 2009. Nitrat dan debu dapat turun ke permukaan tanah dengan dua cara yaitu deposisi
kering dan deposisi basah bersama air hujan. Kadar nitrat dalam air sumur secara
keseluruhan memenuhi persyaratan kualitas air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No
. 492MENKESPERIV2010 bahwa nilai ambang batas atau baku
mutu kadar nitrat 50 mg L
-1
. Meskipun demikian dari tahun ke tahun kadar nitrat dalam air sumur terus meningkat. Rata-rata kadar nitrat air sumur meningkat hampir
24 kali lipat dari tahun 1999 sampai tahun 2009. Peningkatan ini selaras dengan peningkatan kadar nitrat dalam air hujan.
Pada area yang sering mengalami hujan asam intensitas tinggi, rata-rata kadar nitrat dalam air sumur cenderung naik secara signifikan F hitung 8,93 F tabel; P
0,000. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan rata-rata kadar nitrat dalam air hujan.
Tabel 15. Data kadar nitrat NO
3 -
dalam air sumur pada daerah yang sering mengalami hujan asam intensitas tinggi di Wilayah Industri
Cibinong- Citeureup Kabupaten Bogor
Lokasi sampling Konsentrasi NO
3 -
mg L
-1
1999 2001
2008 I 2008 II
2009 I 2009 II
Karangasem Barat 0,292
0,299 1,593
2,213 -
7,988 Kranggan,
0,253 0,286
0,941 1,725
1,000 2,550
Puspanegara 1 Ps. Citeureup
0,223 0,281
0,771 4,175
4,125 5,925
Puspanegara II depan Indocemen
0,264 0,349
0,381 3,963
- 4,175
Tarikolot, Tajur -
1,295 1,627
8,800 9,050
1,363 Jl. Raya G.Putri
0,154 0,336
0,559 2,075
3,225 10,550
Ds. Kec. G. Putri Tlajung Udik
0,275 1,027
- 9,175
8,675 8,113
Jln. Nurdin ITCCibinong
0,292 0,162
0,720 1,925
1,788 6,925
Rata-rata 0,250
0,504 0,942
4,256 4,644
5,947 Keterangan: I =sampling bulan Juni-Juli, II sampling bulan basah Desember-Januari
-
Tidak diukur
Pada daerah yang jarang mengalami hujan asam intensitas tinggi rata-rata level kadar nitrat dalam air sumur lebih rendah dari rata-rata kadar nitrat dalam air
sumur pada daerah yang sering mengalami hujan asam intensitas tinggi. Hal ini disebabkan input nitrat dari air hujan relatif lebih rendah pada daerah yang jarang
nitratmengalami hujan asam intensitas tinggi. Tabel 16 menyajikan data kadar nitrat pada daerah yang jarang mengalami hujan asam intensitas tinggi. Rata-rata kadar
nitrat dalam air sumur meningkat dari 1,295 pada tahun 1999 menjadi 3,373 mg L
-1
pada tahun 2009. Rata-rata kadar nitrat ini masih jauh dibawah nilai ambang batas kualitas air minum.
Tabel 16. Data kadar nitrat NO
3 -
dalam air sumur pada daerah yang jarang mengalami hujan asam intensitas tinggi di Wilayah Industri
Cibinong- Citeureup Kabupaten Bogor
Lokasi sampling Kadar NO
3 -
mgL 1999
2001 2008 I 2008 II
2009 I 2009 II
Griya Bukit Jaya -
- 0,068
0,077 3,800
0,800 Babakan Sentul
- -
0,237 0,251
1,350 5,988
Babakan Tarikolot 1,295
- -
5,675 1,363
Narogong Km 28 -
- 0,305
0,319 10,425
3,550 Nambo
- -
2,119 2,213
1,675 2,988
Cimpaeun, Cilangkap -
- 0,093
0,104 1,913
4,550 Cikaret Cibinong
- -
0,102 0,115
- 4,369
Rata-rata 1,295
0,470 0,513
4,139 3,373
Keterangan: I =sampling bulan Juni-Juli, II sampling bulan basah Desember-Januari
-
Tidak diukur
Kadar Sulfat Dalam Air Sumur Kadar sulfat dalam air sumur disajikan pada Tabel 17. Kadar sulfat dalam air
sumur tertinggi terukur sebesar 148,454 mg L
-1
yaitu sampel air sumur Puspanegara 1 pada tahun 2008. dan terendah sumur Gunung Putri sebesar 9,887 mg L
-1
. Secara umum kualitas air sumur berdasarkan evaluasi kadar sulfat adalah memenuhi syarat
menurut Permenkes No .
492MENKESPERIV2010 memiliki baku mutu 250 mg L
-1
. Rata-rata kadar sulfat dalam air sumur menurun dari 32,056 mg L
-1
1999 menjadi 20,789 mg L
-1
2009. Namun demikian perubahan ini tidak signifikan, hasil uji statistik menunjukkan F
hit
F
tabel
; P 0,721. Hasil analisis kadar sulfat dalam tanah di daerah penelitian berkisar antara 1,2 mg L
-1
sampai 6 mg L
-1
jauh lebih rendah dari kadar sulfat dalam air sumur. Hal ini menunjukkan bahwa kadar sulfat
dalam air sumur dominan berasal dari atmosfir.
Tabel 17. Data hasil pengukuran kadar sulfat SO
4 =
air sumur pada daerah yang sering mengalami hujan asam tinggi di Wilayah Industri Cibinong-
Citeureup Kabupaten Bogor
Lokasi sampling Konsentrasi SO
4 =
mg L
-1
1999 2001 2008 I
2008 II 2009 I 2009 II
Karangasem Barat -
46,218 91,753
- 8,693
66,693 Kranggan,
- 18,868
6,598 -
12,693 6,960
Puspanegara 1 Ps. Citeureup
10,912 46,218
148,454 47,360
22,027 6,960
Puspanegara II depan Indocemen
67,045 42,857
20,515 18,027
- 54,027
Jl. Raya G.Putri 72,586
42,017 22,062
50,960 34,293
7,627 Ds. G. Putri Tlajung
Udik 4,426
16,981 9,887
9,887 -
1,360 Jln. Nurdin ITC
Cibinong 5,311
10,84 13,959
12,160 12,560
1,893 Rata-rata tahunan
32,056 43,731
24,966 27,311
19,480 20,789
Keterangan: I =sampling bulan Juni-Juli, II sampling bulan basah Desember-Januari - =Tidak diukur
Pada daerah yang jarang mengalami hujan asam intensitas tinggi kadar sulfat dalam air sumur menurun dari 18,868 mg L
-1
pada tahun 2001 menjadi 3,336 mg L
-1
pada tahun 2009 Tabel 18. Hal ini dikarenakan input SO
4 =
dari air hujan juga rendah Tabel 14.
Tabel 18. Data hasil pengukuran kadar sulfat SO
4 =
air sumur pada daerah yang jarang mengalami hujan asam tinggi di Wilayah Industri Cibinong-
Citeureup Kabupaten Bogor
Lokasi sampling Kadar SO
4 =
mg L
-1
1999 2001
2008 I 2008 II
2009I 2009II
Griya Bukit Jaya, -
- 16,392
17,166 ttd
0,023 Babakan Sentul
- -
15,299 16,000
4,293 Ttd
Kranggan, G. Putri -
18,868 6,598
- 12,693
6,690 Babakan tarikolot
- -
- -
36,693 ttd
Narogong Km 28 -
- 13,907
18,518 Ttd
0,549 Nambo
- -
6,082 5,476
21,227 18,506
Cimpaeun, Cilangkap -
- 11,381
14,971 15,093
0,626 Cikaret Cibinong
- -
15,093 13,847
30,827 0,296
Rata-rata -
18,868 12,107
14,330 15,103
3,336 Keterangan: I =sampling bulan Juni-Juli, II sampling bulan basah Desember-Januari
- =Tidak diukur
b.2. Pola Perubahan Kadar Nitrat dan Sulfat Dalam Air Hujan dan Air Sumur