Kecerdasan Intelektual Kualitas Remaja

sejumlah 14 9.3. Ikatan keluarga contoh secara umum baik sekolah negeri maupun swasta secara dominan ada pada kategori sedang 84.3, kategori baik 14.0, dan kategori rendah 1.7. Perbedaan nyata ikatan keluarga contoh pada kategori baik antara siswa negeri dan siswa swasta menunjukan 18.8 kategori baik untuk siswa negeri dan 9.3 kategori baik untuk siswa swasta.

7. Kualitas Remaja

Kualitas merupakan standart ukuran sesuatu dengan melakukan pembandingan dengan yang lain bagaimana baik dan buruknya sesuatu Hombi 2002. Begitu juga halnya dengan kualitas remaja merupakan ukuran dengan membandingkan baik dan buruknya unsur-unsur yang ada pada remaja. Kualitas remaja tersebut dapat dicerminkan ke dalam kualitas fisik mencakup segi kesehatan dan ketahanan jasmani yang memungkinkan seseorang dapat hidup sehat, aktif, produktif, dan berumur panjang. Kualitas akal dicerminkan oleh daya pikir atau kecerdasan intelektual. Manusia yang berakal selalu terdorong untuk menggali rahasia alam dan kehidupan, dan dengan itu ilmu pengetahuan dan teknologi iptek berkembang. Kualitas kalbu dicerminkan oleh keluhuran budi pekerti, moral dan akhlak. Dengan demikian dalam kualitas anak tersebut mengandung unsur kualitas fisik jasmani, kualitas akal kecerdasan intelektual, dan kualitas kalbu mental spiritual. Syarief 1997 mendefinisikan kualitas sebagai gabungan karakateristik yang menentukan derajat kehandalan degree of excellence. Oleh karena itu, kualitas sumber daya manusia SDM dapat didefiniskan sebagai gabungan dari karakteristik segenap sumberdaya yang ada dalam diri manusia, mencakup karakteristik fisik, akal, kalbu, dan nafsu yang menentukan kehandalan manusia baik sebagai makhluk indiividu maupun makhluk sosial. Dengan demikian kualitas remaja mencakup dimensi yang bersifat non fisik dan fisik. Dimensi non fisik adalah indikator-indikator kecerdasan intelektual akal dan kecerdasan emosional kalbu, sedangkan yang bersifat fisik adalah status gizi.

a. Kecerdasan Intelektual

Kecerdasan intelektual merupakan hasil test psikologis berkaitan dengan kecerdasan intelektual anak. Kecerdasan intelektual tersebut dikategorikan ke dalam rendah, agak rendah, cukup, cukup tinggi, dan tinggi. Secara umum para remaja ada dalam kategori lebih dari cukup ada 59 atau sejumlah 177 anak. Adapun data secara rinci dapat diperiksa pada Tabel 25 sebagai berikut: Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan kategori IQ Negeri Swasta Total Kategori IQ n n n Rendah 4 2.7 8 5.3 12 4.0 Agak rendah 3 2.0 19 12.7 22 7.3 Cukup 33 22.0 56 37.3 89 29.7 Cukup Tinggi 68 45.3 48 32.0 116 38.7 Tinggi 42 28.0 19 12.7 61 20.3 Total 150 100.0 150 100.0 300 100.0 Rata-Rata 119 106,79 11289 Kisaran Min-Maks 63.00-149.00 55.00-148.00 55.00-149.00 p value 0.000 Kecerdasan intelektual contoh di sekolah negeri dan swasta menunjukkan adanya perbedaan nyata. Hal ini dibuktikan dengan p value 0.000 0,1. Kecerasan intelektual contoh di sekolah negeri 2.7 rendah, 2 agak rendah, 22.0 cukup, 45.3 cukup tinggi, dan 28 tinggi. Sedangkan kecerdasan intelektual contoh di sekolah swasta 5.3 rendah, 12.7 agak rendah, 37.3 cukup, 32.0 cukup tinggi, dan 12.7 tinggi. Secara umum antara sekolah negeri dan swasta menunjukkan kecerdasan intelektual sebesar 4 rendah, 7.3 agak rendah, 29.7 cukup, 38.7 cukup tinggi, dan 20.3 tinggi. Apabila dilihat dari keberadaan siswa baik sekolah negeri maupun swasta, maka perbedaan kecerdasan intelektual contoh dapat dikatakan sangat berbeda. Apabila kemudian mereka berada dalam lingkungan pendidikan yang berbeda ini merupakan hasil dari seleksi alam. Sistem standardisasi nilai kelulusan menjadi syarat utama untuk mendaftarkan sekolah di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Seleksi tersebut mengelompokkan siswa dengan level atas di sekolah favorit, dan begitu seterusnya sampai pada level terendah. Karena pada hakekatnya pendidikan itu sendiri merupakan seleksi alamiah sesuai dengan kemampuan ekonomi dan akademik sehingga memungkinkan orang atau calon siswa melakukan pilihan-pilihan terhadap sekolah yang ada. Pada akhirnya pendidikan akan membantu mendatangkan lebih banyak persamaan kesempatan untuk sementara orang, akan tetapi juga akan menciptaan ketidaksamaan bagi banyak orang Robinson 1986. Atas dasar pilihan-pilihan sekolahan tersebut maka menempatkan orang pada kondisi dan situasi sesuai dengan kemampuan ekonomi dan akademinya. Potensi kecerdasan intelektual akademik pada mereka akan mempunyai makna jika lingkungan sekolah kondusif untuk menciptakan iklim belajar mengajar. Lingkungan sekolah tersebut mencakup kualitas sekolah, kualitas guru, dan fasilitas pendukung untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sistem pendidikan di Indonesia mengenal 2 jalur pendidikan, yaitu pendidikan berbasis sekolah dan luar sekolah Min Ho Yeom et al 2002. Pendidikan berbasis sekolah dapat dibagi lagi kedalam pendidikan umum dan pendidikan kejuruan. Pelaksanaan pendidikan berbasis sekolah terebut dilaksanakan oleh sekolah negeri dan sekolah swasta. Namun secara umum kualitas sekolah swasta berada di bawah sekolah negeri menyangkut SDM dan fasilitas pendukungnya sehingga output yang dihasikan juga kurang memuaskan. Kecuali sekolah swasta yang memang benar-benar input siswa maupun SDM dan fasilitas pendukungnya amat baik. Sayangnya keadaan sekolah swasta seperti itu hanya dialami sekolah swasta di perkotaan. Beberapa hal data sekunder berkenaan dengan kondisi sekolah negeri dan swasta dapat digunakan sebagai gambaran tentang fasilitas yang ada di sekolah masing-masing. Fasilitas-fasilitas tersebut mencakup ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, laboratorium komputer, bahasa, ipa, status guru, jenjang pendidikan guru, dan fasilitas olah raga. Fasilitas-fasilits tersebut adalah sebagai berikut: jumlah ruang kelas negeri ada 92 kelas atau rata-rata per sekolah ada 18 kelas, sedangkan swasta ada 50 kelas atau rata-rata 10 kelas per sekolah, laboratorium laboratorium komputer, negeri ada 5 dan swasta ada 5 ; ruang audio, negeri ada 3 dan swasta ada 2; laboratorium bahasa, negeri ada 3 dan swasta ada 1; dan laboratorium ipa, negeri ada 4 dan swasta ada 2, tanah lapang hanya 1 sekolah negeri; perpustakaan, negeri ada 5 dan swasta ada 4, status guru tetap guru tetap negeri ada 110 guru dan swasta ada 46 guru, status guru honorer negeri ada 40 guru atau 36.4 dan swasta ada 39 guru atau 84.8, jenjang pendidikan guru untuk jenjang S1 sekolah negeri ada 145 guru sedangkan sekolah swasta ada 79 guru, fasilitas olah raga sepak bola, sekolah negeri ada 4 dan swasta ada 2; badminton, negeri ada 4 dan swasta ada 1, lapangan basket negeri ada 3 dan swasta ada 2. Data-data tersebut menunjukkan adanya perbedaan antara sekolah negeri dan swasta mencakup fasilitas ruang kelas, ruang laboratorium, ruang audio, status guru, fasilitas olahraga. Perbedaan lain adalah dalam hal jumlah fasilitas pendukung kegiatan seperti jumlah komputer, peralatan laboratorium, peralatan olah raga, ketersediaan buku ajar dimana sekolah negeri memiliki jumlah lebih banyak dibandingkan dengan sekolah swasta. Perlu disadari bahwa output pendidikan adalah hasil dari proses dalam lembaga pendidikan tersebut. Proses tersebut melibatkan banyak variabel untuk memproses input agar menjadi output yang berkualitas. Variabel tersebut mencakup sumberdaya manusia staf pengajar dan administrasi, fasilitas fisik gedung, peralatan, dan teknologi, kebijakan pemerintah, dan input itu sendiri. Jika semua variabel tersebut baik maka diharapkan dapat menghasilkan output yang baik juga.

b. Status Gizi Remaja