sekolah swasta ada 79 guru, fasilitas olah raga sepak bola, sekolah negeri ada 4 dan swasta ada 2; badminton, negeri ada 4 dan swasta ada 1, lapangan basket
negeri ada 3 dan swasta ada 2. Data-data tersebut menunjukkan adanya perbedaan antara sekolah negeri dan swasta mencakup fasilitas ruang kelas, ruang
laboratorium, ruang audio, status guru, fasilitas olahraga. Perbedaan lain adalah dalam hal jumlah fasilitas pendukung kegiatan seperti jumlah komputer, peralatan
laboratorium, peralatan olah raga, ketersediaan buku ajar dimana sekolah negeri memiliki jumlah lebih banyak dibandingkan dengan sekolah swasta.
Perlu disadari bahwa output pendidikan adalah hasil dari proses dalam lembaga pendidikan tersebut. Proses tersebut melibatkan banyak variabel untuk
memproses input agar menjadi output yang berkualitas. Variabel tersebut mencakup sumberdaya manusia staf pengajar dan administrasi, fasilitas fisik
gedung, peralatan, dan teknologi, kebijakan pemerintah, dan input itu sendiri. Jika semua variabel tersebut baik maka diharapkan dapat menghasilkan output
yang baik juga.
b. Status Gizi Remaja
Status gizi merupakan keadaan fisik anak dengan membagi berat badan kg dengan tinggi badan kuadrat M
2
atau disebut dengan indeks masa tubuh. Namun IMT ini tidak tepat apabila diterapkan langsung kepada anak usia 2 – 20
tahun tanpa dikoreksi dengan usia. Koreksi IMT dengan usia serta jenis kelamin akan dapat menempatkan anak dengan IMT tertentu pada percentile tertentu
sehingga akan diperoleh kategori yang tepat bagi anak yang berangkutan. Secara umum anak-anak ada dalam kategori normal 67.3. Adapun data secara rinci
dapat diperiksa pada Tabel 26. Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan kriteria IMT dengan umur
Negeri Swasta
Total Kriteria IMT dengan
Umur n
n n
Kurus 41
27.3 40
26.7 81
27.0 Normal
98 65.3
104 69.3
202 67.3
Gemuk 11
7.3 6
4.0 17
5.7 Total
150 100.0
150 100.0
300 100.0
Tabel 26 tersebut memberikan gambaran bahwa di sekolah negeri terdapat 27.3 41 remaja kategori kurus, 65.3 98 anak kategori normal, dan
7.3 11 anak kategori gemuk. Sedangkan keadaan status gizi di sekolah swasta terdapat 26.7 40 anak kategori kurus, 69.3 104 anak kategori normal, dan
4.0 6 anak kategori gemuk. Adapun secara keseluruhan ada 81 anak kategori kurus27.0, 202 anak kategori normal 67.3, dan 17 anak kategori
gemuk5.7. Keadaan ini menyimpulkan bahwa antara sekolah negeri dan swasta relatif menunjukkan keadaan status gizi yang sama meskipun sekolah
swasta sedikit lebih banyak siswanya ada dalam kategori normal. Keadaan status gizi remaja juga dapt ditinjau dari jenis kelamin remaja.
Berdasarkan jenis kelamin maka dapat diketahui bahwa 80.0 perempuan mempunyai status gizi normal, sedangkan 55.5 laki-laki berstatus gizi normal.
Bahkan ada 38.7 laki-laki berstatus gizi kurus atau sepertiga laki-laki berstatus gizi kurus. Dengan demikian status gizi perempuan relatif lebih baik dibandingkan
dengan status gizi laki-laki. Rincian kategori status gizi dan jenis kelamin ada pada Tabel 27.
Tabel 27 Kategori status gizi remaja berdasarkan IMTU dan jenis kelamin Perempuan
Laki-laki Total
Kriteria IMT dengan umur n
n N
Kurus 21
14.5 60
38.7 81
27.0 Normal
116 80.0
86 55.5
202 67.3
Gemuk 8
5.5 9
5.8 17
5.7 Total
145 100.0
155 100.0
300 100.0
Lebih lanjut kategori status gizi dapat dipilahkan menjadi kategori status gizi normal dan tidak normal. Kategori normal mencakup remaja yang IMTU
masuk dalam persentile 15 sampai dengan 85, sedangkan 15 kurus dan 85 gemuk masuk dalam kategori tidak normal Tabel 53. Pengkategorian tersebut
memberikan hasil bahwa 67.3 berstatus gizi normal dan 32.7 berstatus gizi tidak normal.
Tabel 28 Kategori normal dan tidak normal status gizi remaja berdasarkan IMT dengan umur
Negeri Swasta
Total Kriteria IMT dengan umur
n n
n Normal
98 65.3
104 69.3
202 67.3
Tidak Normal 52
34.7 46
30.7 98
32.7 Total
150 100.0
150 100.0
300 100.0
Pengkategorian status gizi remaja dapat ditinjau dari jenis kelamin. Berdasarkan Tabel 28 mengenai kategori status gizi normal dan tidak normal
dengan mempertimbangkan jenis kelamin maka diketahui bahwa status gizi perempuan cenderung lebih baik. Hal ini ditunjukkan adanya perbedaan antara
perempuan dan laki-laki dimana 80 perempuan normal dan 20 tidak normal, sebaliknya 55.5 laki-laki normal dan 44.5 tidak normal Tabel 29.
Tabel 29 Kategori normal dan tidak normal status gizi remaja berdasarkan IMT dengan umur dan Jenis Kelamin
Perempuan Laki-laki
Total Kriteria IMT dengan umur
n n
n Normal
116 80
86 55.5
202 67.3
Tidak Normal 29
20 69
44.5 98
32.7 Total
145 100
155 100.0
300 100.0
Pengkategorian status gizi remaja juga dapat ditinjau berdasarkan kelompok umur. Kelompok umur tersebut terbagi ke dalam umur 12 – 13 tahun,
14 – 15 tahun, dan 16 – 17 tahun.. Berdasarkan pertimbangan umur remaja maka dapat diketahui bahwa rentang umur 14 – 15 tahun mempunyai status gizi normal
sebanyak 177 siswa 87.6 dari 202 siswa yang berstatus gizi normal atau 59.0 dari total siswa Tabel 30.
Tabel 30 Kategori status gizi remaja berdasarkan IMT dan umur remaja 12 – 13 tahun
14 – 15 tahun 16 – 17 tahun
Total Kriteria IMT
Dengan umur n
n n
n Kurus
3 17.6
69 26.4
9 40.9
81 27.0
Normal 13
76.5 177
67.8 12
54.5 202 67.3
Gemuk 1
5.9 15
5.7 1
4.5 17
5.7 Total
17 100.0
261 100.0
22 100.0 300
100.0 Kategori status gizi gemuk, normal, dan kurus pada tabel di atas
mempunyai pengertian normal dan tidak normal. Kategori gemuk dan kurus
dikategorikan ke dalam tidak normal. Kategori tersebut dapat dirinci berdasarkan kelompok umur. Namun apabila status gizi remaja tersebut dikategorikan ke
dalam normal dan tidak normal maka dapat diketahui bahwa rentang umur 14 – 15 tahun berada dalam status gizi baik dibandingkan pada kelompok umur 12 – 13
tahun dan 16 – 17 tahun. Keadaan status gizi tersebut dapat diperiksa pada Tabel 31.
Tabel 31 Kategori Status Gizi Remaja berdasarkan IMT dan umur remaja 12 – 13 tahun
14 – 15 tahun 16 – 17 tahun
Total Kriteria IMT
dengan umur n
n n
n 13
76.5 177
67.8 12
54.5 202
67.3 Normal
6.4 87.6
5.9 202
100 4
23.5 84
32.2 10
45.5 98
32.7 Tidak Normal
4.1 85.7
10.2 202
100 Total
17 100.0
261 100.0
22 100.0 300
100.0 c. Kecerdasan Emosi
Goleman 2002 mengutarakan bahwa emosi adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan
secara berangsur-angsur oleh evolusi. Akar kata emosi adalah movere kata kerja bahasa Latin yang berarti menggerakkan atau bergerak, kemudan tambahan e
untuk memberikan arti bergerak menjauh. Kata bergerak menjauh menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Seperti
halnya dalam definsi emosi menurut Oxford English Dictionary, bahwa emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan
mental pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Beberapa dimensi dalam kecerdasan emosi tersebut dapat dicerminkan dalam kategori rendah, sedang, dan baik. Secara umum kecerdasan emosi anak ada
dalam kategori sedang 54, namun kategori baik ditunjukkan sekolah negeri 56.7 . Adapun data secara rinci ada pada Tabel 32.
Tabel 32 Sebaran contoh berdasarkan kecerdasan emosi Negeri
Swasta Total
Kecerdasan Emosi n
n n
Rendah 0.0
0.0 0.0
Sedang 65
43.3 97
64.7 162
54.0 Baik
85 56.7
53 35.3
138 46.0
Total 150
100.0 150
100.0 300
100.0 Rata-Rata
68.24 65.29
66.76 Kisaran Min-Maks
52.19-96.93 52.63-86.40
52.19-96.93 p value
0.000 Salovey 1993 mengartikan kecerdasan emosi sebagai tipe dari
kecerdasan sosial yang meliputi kemampuan untuk memperhatikan emosi diri dan orang lain, membedakan emosi-emosi tersebut, dan memanfaatkan informasi
tersebut untuk mengarahkan nalar dan tindakan seseorang Lazzari 2000. Kecerdasan emosi menentukan kemampuan kita untuk mempelajari ketrampilan
praktis yang didasarkan pada lima elemen yaitu mengenali emosi, mengelola emosi, mengambil inisiatif, empathy dan kemampuan menyesuaikan diri dalam
hubungan dengan orang lain Patra 2004. Goleman 1996 dalam Patra 2004 mengemukakan bahwa IQ memberikan kontribusi keberhasilan hanya 20 pada
keberhasilan hidup dimana 80 keberhasilan hidup lebih banyak dipengaruhi oleh kecerdasan emosi. Lebih lanjut Goleman memperinci kecerdasan emosi mencakup
self-awareness, self-regulation, motivation, empathy dan social skills Kecerdasan emosi contoh antara sekolah negeri maupun swasta
menunjukkan adanya perbedaan nyata. Hal ini ditunjukkan dengan hasil p value sebesar 0,000 0,1. Kecerdasan emosi contoh di sekolah negeri memiliki kategori
rendah sebesar 0, kategori sedang sebesar 43.3 dan kategori baik sebesar 56.7. Sedangkan kecerdasan emosi contoh di sekolah swasta memiliki kategori
rendah sebesar 0, kategori sedang sebesar 64.7 dan kategori baik sebesar 35.3. Adapun kecerdasan emosi secara umum baik contoh di sekolah negeri
maupun swasta memiliki kategori rendah sebesar sedang sebesar 37 dan kategori baik sebesar 63.
Kecerdasan emosi contoh mempunyai beberapa indikator yaitu mengenali emosi diri, kendali diri self control, empathy, motivasi diri self motivation, dan
kecakapan sosial social skill. Sebagian besar indikator kecerdasan emosi
tersebut menunjukkan adanya perbedaan nyata kecuali indikator motivasi diri self motivation. Motivasi diri contoh di sekolah negeri dan swasta tidak menunjukkan
adanya perbedaan yang nyata karena p value 0.339 0.01. Sebagian besar contoh menunjukkan self motivation kategori sedang sebesar 24.3 dan kategori baik
sebesar 75.3, dan sebesar 0.3 mempunyai kategori rendah. Indikator mengenali emosi diri menggali perasaan pada diri contoh yang
meliputi kekecewaan marah, putus asa, rasa takut, kebahagiaan, kesedihan. Kenali emosi diri menunjukkan adanya perbedaan antara sekolah negeri dan swasta.
Kenali emosi diri menunjukkan prosentase lebih besar pada siswa sekolah negeri dibandingkan dengan siswa sekolah swasta di kategori kenali emosi diri yang
baik, yaitu 39.3 siswa sekolah negeri dan 19.3 siswa sekolah swasta periksa Tabel 33
Tabel 33 Sebaran contoh berdasarkan mengenali emosi diri Negeri
Swasta Total
Mengenali emosi diri n
n n
Rendah 1
0.7 0.0
1 0.3
Sedang 90
60.0 121
80.7 211
70.3 Baik
59 39.3
29 19.3
88 29.3
Total 150
100.0 150
100.0 300
100.0 Rata-Rata
63.95 59.80
61.88 Kisaran Min-Maks
25.00-95.00 37.50-85.00
25.00-95.00 p value
0.001 Indikator kendali diri Tabel 34 adalah kemampuan untuk mengendalikan
diri terhadap marah, tidak sabar, rasa cemas, keinginan, kesedihan, rasa takut, kebahagiaan, dan kebingungan. Kendali diri antara siswa sekolah negeri dan
Tabel 34 Sebaran contoh berdasarkan kendali diri Negeri
Swasta Total
Self Control n
n n
Rendah 0.0
2 1.3
2 0.7
Sedang 114
76.0 129
86.0 243
81.0 Baik
36 24.0
19 12.7
55 18.3
Total 150
100.0 150
100.0 300
100.0 Rata-Rata
59.17 56.60
57.88 Kisaran Min-Maks
33.82-100.00 20.59-79.41
20.59-100.00 p value
0.036 sekolah swasta menunjukkan perbedaan nyata. Siswa sekolah negeri menunjukkan
kendali diri kategori baik lebih besar 24.0 dibandingkan dengan sekolah
swasta 12.7. Namun, apabila dilihat secara keseluruhan maka sebagian besar contoh menunjukkan self control kategori sedang sebesar 81.0 dan kategori baik
sebesar 18.3. Motivasi diri contoh antara sekolah negeri dan swasta tidak menunjukkan
adanya perbedaan yang nyata karena p value 0.339 0,1. Sebagian besar contoh menunjukkan self control kategori sedang sebesar 24.3 dan kategori baik
sebesar 75.3. Indikator motivasi diri menggali pada diri contoh berkenaan dengan kedisiplinan, rencana kerja, skala prioritas pekerjaan, mengambil inisiatif,
tidak mudah patah semangat, dan semangat meraih yang terbaik. Keberadaan motivasi diri yang relatif baik itu menjadi modal kuat bagi para siswa untuk
meraih prestasi yang baik dalam pelajaran. Kedisiplinan yang baik untuk belajar, skala prioritas dalam kepentingan belajar, semangat untuk meraih yang terbaik,
tidak mudah patah semangat adalah unsur-unsur yang utama untuk dapat berhasil dalam meraih tujuan utama, khususnya tujuan pendidikan para siswa iu sendiri.
Tabel 35 Sebaran contoh berdasarkan motivasi diri Negeri
Swasta Total
Self Motivation n
n n
Rendah 1
0.7 0.0
1 0.3
Sedang 30
20.0 43
28.7 73
24.3 Baik
119 79.3
107 71.3
226 75.3
Total 150
100.0 150
100.0 300
100.0 Rata-Rata
73.08 71.90
72.49 KisaranMin-Maks
30.00-100.00 47.50-100.00
30.00-100.00 p value
0.339 Tabel 36 Sebaran contoh berdasarkan empati
Negeri Swasta
Total Empathy
n n
n Rendah
0.0 0.0
0.0 Sedang
32 21.3
57 38.0
89 29.7
Baik 118
78.7 93
62.0 211
70.3 Total
150 100.0
150 100.0
300 100.0
Rata-Rata 73.72
69.32 71.52
Kisaran Min-Maks 37.50-100.00
42.50-97.50 37.50-100.00
p value 0.000
Empati merupakan kemampuan membayangkan atau merasakan situasi orang lain dan memandang sesuatu atau berfikir dari sudut pandang orang lain
tersebut. Empathy dapat dikatakan merupakan kemampuan mendasar untuk keseluruhan kemampuan sosial Patra 2004. Hasil perhitungan perbedaan antara
sekolah negeri dan swasa menunjukkan hasil p value 0.00 0.01. Ini berarti ada perbedaan nyata berkaitan dengan empathy siswa sekolah negeri dan swasta.
Empathy siswa sekolah negeri cenderung lebih baik dibandingkan dengan siswa sekolah swasta. Siswa sekolah negeri menunjukkan kategori empathy baik
78.7 lebih tinggi dibandingkan siswa sekolah swasta 62.0. Indikator empati menggali pada diri contoh berkenaan dengan membantu
orang lain, merasakan apa yang dialami orang lain, peduli pada orang lain, menolong orang lain, dan menghargai perasaan orang lain. Henry et al 1996
mengemukakan bahwa empathy merupakan suatu aspek dari kemampuan sosial yang berhubungan dengan kualitas hubungan personal yang erat, pengasuhan
yang efektif. Empati merupakan juga keinginan untuk membantu orang lain di dalam masyarakat. Aspek-aspek empathy adalah penting karena aspek-aspek
tersebut berhubungan dengan kemampuan yang baik untuk membina dan melestarikan hubungan persahabatan, meningkatkan kepuasan dalam hubungan
yang akrab. Tabel 37 Sebaran contoh berdasarkan kecakapan sosial
Negeri Swasta
Total Social Skill
n n
n Rendah
0.0 0.0
0.0 Sedang
49 32.7
62 41.3
111 37.0
Baik 101
67.3 88
58.7 189
63.0 Total
150 100.0
150 100.0
300 100.0
Rata-Rata 70.93
68.82 69.88
Kisaran Min-Maks 45.00-100.00
40.00-97.50 40.00-100.00
p value 0.076
Kecakapan sosial merupakan indikator dari kecerdasan emosi. Indikator kecakapan sosial merupakan ketrampilan sosial dari seseorang untuk dapat
menjalin relasi, berinteraksi, dan komunikasi dengan individu lainnya. Indikator social skill menggali kemampuan-kemampuan yang ada pada diri contoh
mengenai kemampuan berkomunikasi, mencari teman, mendengarkan orang lain, perhatian terhadap orang lain, mampu menjaga kerahasiaan pembicaraan.
Kemampuan berkomunikasi adalah kemampuan pada diri seseorang untuk dapat menyampaikan pesan kepada orang lain dan sebaliknya menerima pesan
dari orang lain secara baik. Komunikasi tidak sekedar berbicara akan tetapi juga kemampuan untuk menentukan topik pembicaraan dan penguasaan bahan
pembicaraan, serta kemampuan mendengarkan pembicaraan orang lain. Apabila masing-masing pihak tidak memiliki bahan pembicaraan serta masing-masing
pihak tidak memperhatikan pembicaraan orang lain, maka hal ini menjadi kendala dalam keberlanjutan komunikasi. Komunikasi dapat berkembang meningkat pada
level komunikasi interpersonal. Tahap ini merupakan tahap dimana komunikasi telah mencapai keakraban yaitu mencapai tahap memasuki hal-hal yang bersifat
pribadi. Komunikasi ini merupakan bentuk dari interaksi sosial. Karena dalam berinteraksi dengan orang lain seseorang melakukan komunikasi. Oleh karena itu
kemampuan berkomunnikasi benar-benar dibutuhkan agar interaksi sosial dan komunikasi dapat mencapai pada taraf keakraban yang baik.
Kecakapan sosial contoh antara sekolah negeri dan swasta menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata. Ini dibuktikan dengan hasil p value sebesar 0.076
0.01. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa antara sekolah negeri dan swasta memiliki social skill yang tidak berbeda. Hasil tabulasi menunjukkan bahwa
social skill contoh di kedua sekolahan tersebut menunjukkan kategori sedang sebesar 37.0 dan baik sebesar 63.0. Namun secara terinci contoh di sekolah
negeri memiliki social skill kategori sedang sebesar 32.7 dan kategori baik sebesar 67.3. Sedangkan contoh di sekolah swasta mempunyai social skill
kategori sedang sebesar 41.3 dan kategori baik sebesar 58.7. Apabila ditinjau dari besaran prosentase maka tampak bahwa prosentase social skill contoh di
sekolah negeri 67.3 pada kategori baik lebih besar daripada social skill contoh di sekolah swasta 58.7.
8. Harapan Siswa terhadap Guru Harapan siswa terhadap guru merupakan cerminan bagaimana siswa
mempunyai harapan positif terhadap para guru mereka. Harapan tersebut merupakan jawaban terhadap pernyataan-pernyataan untuk guru dengan rentang
sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju. Harapan siswa terhadap guru tersebut merupakan wujud tanggapan siswa terhadap pernyataan-pernyataan
berkenaan dengan performance guru mereka. Pernyataan-pernyataan tersebut menyangkut kehadiran di kelas, perlakuan terhadap siswa, keterbukaan guru,
sikap terhadap siswa, cara mengajar, dorongan kepada siswa. Tanggapan tersebut dapat dikategorikan ke dalam kategori rendah, sedang, dan baik. Secara umum
kebanyakan siswa anak mempunyai harapan terhadap guru mereka dalam kategori baik 78.7. Secara rinci data mengenai harapan siswa terhadap guru
ada pada Tabel 38. Tabel 38
Sebaran contoh berdasarkan harapan siswa terhadap guru Negeri
Swasta Total
Harapan Siswa Terhadap guru
n n
n Rendah
2 1.3
0.0 2
0.7 Sedang
15 10.0
47 31.3
62 20.7
Baik 133
88.7 103
68.7 236
78.7 Total
150 100.0
150 100.0
300 100.0
Rata-Rata 77.98
70.43 74.21
Kisaran Min-Maks 27.50-97.50
45.00-92.50 27.50-97.50
p value 0.000
Harapan siswa terhadap guru di sekolah negeri maupun swasta menunjukkan perbedaan rata-rata yang nyata p 0.01. Hasil ini dapat diartikan
bahwa di kedua sekolahan tersebut memiliki perbedaan harapan siswa terhadap guru. Tabel menunjukkan bahwa contoh di sekolah negeri memberikan tanggapan
terhadap pernnyataan mengenai guru mereka kategori rendah sebesar 1.3, tanggapan kategori sedang sebesar 10.0, dan tanggapan kategori baik sebesar
88.7. Sedangkan contoh di sekolah swasta memberikan tanggapan kategori rendah sebesar 0, kategori sedang sebesar 31.3, dan tanggapan kategori baik
sebesar 68.7. Secara keseluruhan contoh di sekolah negeri dan swasta memberikan tanggapan kategori rendah sebesar 0.7, tanggapan kategori sedang
sebesar 20.7, dan tanggapan kategori baik sebesar 78.7. Dengan demikian berdasarkan hasil tersebut dapat diartikan bahwa unjuk kerja guru di negeri
maupun swasta dalam kategori sedang dan baik. Namun, secara khusus guru di sekolah negeri mempunyai pengakuan oleh siswanya pada kategori baik sebesar
88.7 dibandingkan dengan sekolah swasta sebesar 68.7.
9. Frekuensi Konsumsi Pangan Remaja dalam Mingguan Frekuensi konsumsi pangan remaja merupakan ragam makanan dan
jumlah konsumsi ragam makanan tersebut. Frekuensi konsumsi pangan remaja didapat dengan melakukan metode food frequensi harian, mingguan, dan sebulan.
Frekuensi konsumsi pangan tersebut mencakup pangan karbohidrat, lauk-pauk hewani dan nabati, minuman, sayuran, dan buah-buahan. Frekuensi konsumsi
pangan remaja dikelompokkan dalam rendah, sedang, dan tinggi dalam mingguan dirinci dalam Tabel 39, sedangkan frekuensi konsumsi pangan remaja berdasarkan
sekolah negeri dan swasta terinci pada Tabel 40. Tabel 39
Frekuensi konsumsi pangan dalam mingguan Rendah
Seminggu 1 kali Sedang
Seminggu 1-2 kali
Tinggi Seminggu 3 - 5 kali
Jenis Pangan n
n n
Sumber Karbohidrat Beras
0,0 0.0
300 100.0
Jagung 251
83.7 43
14.3 6
2.0 Ubi jalar
246 82.0
53 17.7
1 0.3
Roti 262
87.3 7
2.3 31
10.3 Lauk Pauk
Daging sapi 250
83.3 44
14.7 6
2.0 Ikan
48 16.0
128 42.7
124 41.3
Ayam 95
31.7 119
39.7 86
28.7 Telur
24 8.0
61 20.3
215 71.7
Tempe 12
4.0 19
6.3 269
89.7 Tahu
23 7.7
34 11.3
243 81.0
Minuman Susu
107 35.7
90 30.0
103 34.3
Konsumsi jenis pangan dapat dipilahkan kedalam sumber karbohidrat, protein, dan lemak. Konsumsi pangan pokok sebagai sumber karbohidrat adalah beras dan
roti hanya mencapai 10.3. Kemudian untuk jenis lauk pauk tempe dan tahu menjadi lauk yang favorit 89.7 dan 81.0 yang disusul oleh lauk telur
71.7. Sedangkan untuk lauk jenis ikan menempati urutan keempat 41.3 serta lauk jenis ayam menjadi urutan kelima 28.7. Kemudian untuk kebutuhan
asupan minuman bergizi hanya 34.3 siswa mengkonsumsi susu. Dengan demikian secara umum sebagian besar siswa mengkonsumsi sumber karbohidrat
dari beras dan mengkonsumsi lauk pauk sumber protein nabati dari tempe dan tahu serta sumber protein hewani dari telur.
Tabel 40 Frekuensi konsumsi pangan dalam mingguan sekolah negeri dan swasta
Negeri dalam seminggu Swasta dalam seminggu
Total dalam seminggu
Jenis Pangan
Rendah 1 kali
Sedang 1-2 kali
Tinggi 3 - 5 kali
Rendah 1 kali
Sedang 1-2 kali
Tinggi 3 - 5 kali
Rendah 1 kali
Sedang 1-2 kali
Tinggi 3 - 5
kali Sumber Karbohidrat
Beras 0.0
0.0 100.0
0.0 0.0
100.0 0.0
0.0 100.0
Jagung 84.7
13.3 2.0
82.7 15.3
2.0 83.7
14.3 2.0
Ubi jalar 81.3
18.7 0.0
82.7 16.7
0.7 82.0
17.7 0.3
Roti 87.3
1.3 11.3
87.3 3.3
9.3 87.3
2.3 10.3
Lauk Pauk
Daging sapi 86.0
13.3 0.7
80.7 16.0
3.3 83.3
14.7 2.0
Ikan 13.3
48.0 38.7
18.7 37.3
44.0 16.0
42.7 41.3
Ayam 24.0
45.3 30.7
39.3 34.0
26.7 31.7
39.7 28.7
Telur 6.0
22.7 71.3
10.0 18.0
72.0 8.0
20.3 71.7
Tempe 4.0
8.0 88.0
4.0 4.7
91.3 4.0
6.3 89.7
Tahu 8.0
10.0 82.0
7.3 12.7
80.0 7.7
11.3 81.0
Minuman
Susu 32.7
27.3 40.0
38.7 32.7
28.7 35.7
30.0 34.3
10. Keadaan Siswa dalam Proses Belajar Sekolah Negeri dan Swasta